7 Perilaku Toxic yang Sering Terjadi di Lingkungan Sosial
Beri tahu anak, inilah perilaku toxic yang perlu mereka hindari dalam bersosialisasi
2 Agustus 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai makhluk sosial, manusia kerap tidak menyadari batasan saat berperilaku mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan, beberapa perilaku kemudian menjadi wajar dilakukan meski bisa berpotensi melukai perasaan orang lain.
Perilaku-perilaku seperti ini adalah perilaku toxic yang perlu dihindari oleh siapa pun, termasuk oleh anak remaja. Agar tak menjadi kebiasaan yang anak bawa hingga dewasa nanti, anak perlu mengetahui hal apa saja yang kerap menjadi perilaku toxic dan sudah dianggap wajar saat ini.
Pada artikel berikut ini, Popmama.com akan merangkum beberapa perilaku toxic yang sering terjadi di lingkungan sosial. Beri tahu anak agar tidak melakukan hal serupa pada orang sekitarnya, Ma.
Hati-hati, jika disepelekan bisa memicu gangguan kesehatan mental pada remaja. Amati dan dampingi anak dengan baik yuk, Ma.
1. Mudah menghakimi orang lain
Di era teknologi yang semakin canggih, nyatanya penggunaan internet justru membuat segelintir orang lebih mudah menghakimi orang lain meski tidak tahu kebenaran sesungguhnya. Bahkan, saat ini banyak orang yang berkomentar negatif dan bully kepada orang lain di media sosial, dengan atau tanpa alasan.
Perilaku seperti ini yang perlu anak hindari, Ma. Sebelum menghakimi orang lain dengan apa yang telah dilakukannya, sebaiknya cari tahu dulu penjelasan yang terjadi sebenarnya. Dengan begitu, ini akan meminimalisir ucapan negatif yang bisa melukai perasaan orang lain.
2. Meremehkan masalah psikologis orang lain
Bagi sebagian anak remaja, berkeluh kesah di media sosial kerap menjadi cara yang mereka lakukan untuk menuangkan perasaan yang sedang mereka rasakan. Baik perasaan senang atau pun terpuruk.
Namun, ketika anak sedang merasa dirinya tidak baik-baik saja, tak sedikit orang yang meremehkan psikologisnya dengan berdalih "Gitu aja kok sedih sih, lemah banget deh!"
Meremehkan masalah psikologis orang lain adalah perilaku toxic yang perlu anak hindari, Ma. Pasalnya, tidak semua orang memahami kondisi psikologis yang orang lain rasakan. Alih-alih meremehkan, sebaiknya beri dukungan pada mereka yang membutuhkan agar lebih semangat menjalani hidupnya.
Editors' Pick
3. Basa basi bikin sakit hati
Nah, kalau perilaku satu ini sepertinya sudah menjadi hal wajar yang kerap dilakukan banyak orang, ya. Basa basi yang bikin sakit hati maksudnya adalah bertanya hal-hal yang sebaiknya tak perlu diungkapkan.
Misalnya, "Kok kamu sekolah di swasta sih? Memangnya nggak keterima di sekolah negeri, ya?"
Meski maksud hati bertanya, namun basa basi seperti ini yang kerap membuat anak sakit hati dan berpikir bahwa mereka tidak memiliki kemampuan yang baik seperti anak lainnya.
Seperti diketahui, saat ini masih banyak orangtua beranggapan bahwa sekolah swasta menjadi gambaran bahwa anak tersebut tidak memiliki kemampuan lebih untuk bisa bersekolah di sekolah negeri. Padahal semua sekolah baik untuk mendidik anak-anak kok, Ma.
4. Adu nasib dengan teman
Di usia remaja, anak biasanya lebih sering bercerita kepada teman sebayanya alih-alih dengan orangtua mereka. Saat bercerita, tak sedikit orang yang kemudian akan beradu nasib dengan masalah yang sedang orang lain hadapi.
Misalnya saat anak bercerita, tak jarang ada temannya yang berkomentar, "Lah kamu mah masih mending, aku tuh kemarin lebih parah dari kamu."
Perilaku seperti ini perlu dihindari, Ma. Pasalnya, orang yang sedang bercerita lebih membutuhkan pendengar yang baik atau diberikan dukungan, bukan malah adu nasib dengan masalah yang dihadapi.
5. Berkomentar mengenai perubahan fisik
Perilaku toxic lainnya yang saat ini kerap diucapkan orang lain adalah ketika mereka berkomentar mengenai perubahan fisik yang signifikan seperti kurusan, gemukan, lebih hitam, dan lain-lain.
Setiap orang memiliki bentuk fisik masing-masing yang sudah diberikan oleh Tuhan, berkomentar demikian sama saja menghina dan tidak menghargai ciptaan Tuhan. Jadi, sebaiknya perkataan yang menyinggung perubahan fisik tidak perlu dibicarakan, karena hanya menimbulkan sakit hati pada orang lain.
6. Merasa bersalah dan insecure melihat kesuksesan teman
Nggak hanya toxic kepada orang lain, perilaku toxic juga bisa saja terjadi pada diri sendiri, Ma. Misalnya saat anak merasa bersalah ketika mereka bersantai atau tidak produktif seperti teman lainnya. Biasanya ini terjadi karena anak merasa insecure dengan kesuksesan temannya.
Sebagai orangtua, kita juga tidak boleh membandingkan kesuksesan orang lain dengan anak sendiri, ya. Ini juga yang bisa membuat anak semakin merasa tidak berkembang dan tidak yakin akan kemampuannya.
Perlu diketahui bahwa setiap orang memiliki jalan kesuksesan masing-masing. Meski anak tidak bisa mencapai kesuksesan di suatu bidang yang temannya capai, bisa jadi mereka justru akan mencapai kesuksesan di bidang lainnya.
7. Berlindung di kata 'bercanda, gitu aja baper'
Terakhir yang tak kalah penting anak ketahui, cobalah untuk berani meminta maaf atas kesalahan yang mereka perbuat pada orang lain. Jangan sampai anak berlindung pada kata, "Kan aku bercanda doang, gitu aja kok baper."
Kata baper atau singkatan dari bawa perasaan ini memang kerap menjadi perkataan yang banyak orang ungkapkan saat ini. Terlebih ketika bercanda dengan orang lain yang bisa saja melukai perasaan mereka. Alih-alih minta maaf, justru banyak orang berlindung di kata baper tersebut.
Demikianlah beberapa perilaku toxic yang ada di lingkungan sosial dan perlu anak remaja ketahui. Dimulai dari lingkungan keluarga sendiri, yuk ajarkan pada anak untuk tidak melakukan perilaku di atas agar tidak melukai perasaan orang lain.
Baca juga:
- 9 Perilaku Toxic Parenting yang Mengancam Masa Depan Anak
- 5 Kebiasaan Toxic pada Remaja yang Bisa Merusak Diri Sendiri
- Jarang Disadari, 5 Dampak Toxic Masculinity pada Anak Laki-laki