Data Jumlah Perokok Anak di Indonesia Meningkat, Ingatkan pada Anak Ma
Belakangan ini, fenomena dimana anak-anak menjadi perokok kian semakin ramai. Lihat datanya!
18 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Merokok merupakan salah satu aktivitas yang dapat merusak kesehatan, dan bahkan mengancam nyawa, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Meskipun demikian, tampaknya Indonesia masih belum bisa memisahkan kebiasaan ini dari gaya hidup sehari-hari, di mana masih sering terlihat banyaknya perokok yang ada.
Namun, hal yang mengkhawatirkan adalah meningkatnya perokok yang masih berusia anak-anak, dan masih duduk pada bangku sekolah.
Perlu diingatkan pada anak dan remaja, dari banyak efek merokok terdapat dua gangguan yang sering terjadi, yaitu:
Gangguan Perkembangan Fisik dan Mental: Anak-anak yang merokok berisiko mengalami gangguan perkembangan fisik dan mental. Nikotin dan zat-zat berbahaya lainnya dalam rokok dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak, menyebabkan masalah dalam kognisi, memori, dan kemampuan belajar.
Gangguan Paru-Paru: Anak-anak yang merokok berisiko mengalami gangguan paru-paru, seperti bronkitis kronis, pneumonia, dan asma. Merokok juga dapat mengurangi kapasitas paru-paru dan mempengaruhi fungsi pernapasan, yang dapat menghambat aktivitas fisik dan olahraga.
Berikut ini, Popmama.com sudah merangkum fakta mengenai jumlah perokok anak di Indonesia mengalami peningkatan.
Editors' Pick
1. Data perokok anak
Ketua Komite Nasional Pengendalian Tembakau, dr Hasbullah Thabrany, M.P.H., Dr.P.h. mengatakan bahwa anak-anak yang berusia 13 hingga 16 tahun sudah merokok.
Hal ini tentu mengejutkan, mengingat di mana pada umur itu, anak-anak seharusnya masih duduk pada bangku SMP.
Dari tahun 2013 hingga 2018, angka prevalensi merokok pada populasi usia 10-18 tahun juga naik sebesar 1,9 persen.
2. Mengapa susah mengedukasi terkait kebiasaan merokok?
Menurut Pencegahan Anak Kerdil Sekretariat Wakil Presiden (Satwapres) Iing Mursalin, sebanyak 69,42% anak pada usia dini, yaitu 0 hingga 6 tahun tinggal dalam satu anggota keluarga merokok.
Oleh sebab itu, sulit untuk mengedukasi kebiasaan merokok, apalagi mengingat adanya anggota keluarga yang masih memiliki kebiasaan untuk merokok.