Kisah Sunan Ampel, Penyebar Islam di Pulau Jawa dari Kerajaan Champa
Sosok Sunan Ampel, membuat Raja Majapahit mengizinkan penyebaran Islam di pulau Jawa
15 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada abad 15 agama Islam datang untuk memperbaiki moral masyarakat di pulau Jawa. Saat itu masyarakat di pulau Jawa memang banyak melakukan kegiatan yang merugikan, seperti berjudi, sabung ayam, minum-minuman keras dan lainnya.
Sebelum Wali Songo yang lain di angkat, Sunan Ampel merupakan ulama awal pada masa awal penyebaran Islam. Kali ini Popmama.com akan membahas sosok putra dari Sunan Gresik, yaitu Kisah Sunan Ampel, penyebar Islam di Pulau Jawa dari Kerajaan Champa.
1. Lahir di Kerajaan Champa
Ayah Sunan Ampel bernama Maulana Malik Ibrahim atau Ibrahim Asmarakandi ( nantinya menjadi Sunan Gresik) yang berasal dari Samarakand. Beliau diberi amanat oleh kerajaan Turki untuk mengembangkan ajaran Islam ke Asia. Beliau inilah yang menjadi tokoh sentral penyebaran agama Islam di Asia.
Dalam perjalanannya, Ibrahim Asmarakandi tiba di Asia, tepatnya Kerajaan Champa. Beliau menjalankan tugasnya untuk menyebarkan ajaran agama Islam disana dan berlangsung dengan lancar.
Bahkan sosok Raja Champa, Prabu Singhawarman pun dapat beliau Islamkan. Setelah itu Raja Champa menjodohkan Ibrahim Asmarakandi dengan putrinya yang bernama Dewi Candrawulan.
Dari hasil pernikahan ini, lahirlah Raden Santri Ali dan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Raden Rahmat memiliki nama lain Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah, lahir pada tahun 1401 di Kerajaan Champa. Lahir dari pasangan Ibrahim Asmarakandi dan Dewi Candrawulan.
Pada tahun 1440, Raden Rahmat ikut serta dalam perjalanan sang ayah menuju Kerajaan Majapahit di tanah Jawa untuk mengunjunginya bibinya Dewi Darawati yang dinikahi oleh Raja Majapahit.
Ibrahim Asmarakandi dan rombongan pun disambut baik oleh Prabu Brawijaya, Raja Majapahit setelah Tiba di tanah Jawa. Bahkan Raden Rahmat pun kelak diberikan sebidang tanah di pulau Jawa.
Prabu Brawijaya, Raja Majapahit melarang Raden Rahmat untuk kembali dan memberikan sebidang tanah di kawasan Ampeldenta. Konon dari sinilah julukan nama Sunan Ampel dibuat, karena beliau banyak menghabiskan waktu di wilayah Ampel.
Kerajaan Champa sendiri, kini tinggal kenangan dalam sejarah. Kerajaan tersebut hancur tidak bersisa setelah perang dengan kerajaan Vietnam. Diperkirakan, lokasi kerajaan tersebut berada diantara wilayah Vietnam Selatan dan Kamboja.
Editors' Pick
2. Memulai menyebarkan Islam di pulau Jawa
Adanya ajaran yang dilakukan oleh Raden Rahmat, disambut baik oleh Prabu Brawijaya. Bahkan dia menganggap ajaran Agama Islam sangat mulia. Akan tetapi Prabu Brawijaya tidak mau memeluk Agama Islam karena ingin menjadi Raja Majapahit terakhir yang memeluk Agama Budha.
Pada saat itu juga raja memberikan izin untuk menyebarkan Agama Islam di sekitar Kerajaan Majapahit dan juga di Surabaya, namun dengan catatan tidak boleh di paksa. Pada masa itu, mayoritas keyakinan yang dianut masyarakat adalah Hindu dan Budha.
Metode dakwah Sunan Ampel cenderung berbeda dengan metode Sunan Lainnya. Beliau tidak hanya mendakwah kepada kalangan menengah kebawah, tetapi juga pada masyarakat cendikia yang memiliki pemikiran luas.
Metode pertama adalah bersosialisasi dengan masyarakat menengah ke bawah. Dalam tahap sosialisasi ini Sunan Ampel kerap menyisipkan ajaran Islam sedikit demi sedikit pada topik obrolannya.
Metode kedua yang dilakukan melalui pendekatan intelektual dengan diskusi kritis dan cerdas yang dapat diterima oleh akal manusia. Cara ini dilakukan kepada kalangan cendikia yang dikenal cerdas.
Karena menyebarkan agama Islam tidak dilarang oleh kerajaan Majapahit selama tidak dipaksakan. Mereka sangat menghargai apa yang dilah diajarkan oleh Sunan Ampel. Bahkan tidak sedikit anggota kerajaan yang memilih untuk bergabung dalam keyakinan Islam.