Ini 5 Cara Menghadapi dan Mengatasi Anak Keras Kepala
Ternyata mengatasi anak yang keras kepala tidak terlalu sulit Ma!
18 Mei 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menghadapi anak yang keras kepala memang bukan hal yang mudah. Mama harus lebih sabar dalam menghadapinya agar anak dapat mengerti maksud baik dari apa yang Mama sampaikan.
Mama masih suka emosi dalam menghadapinya? Sabar Ma, ini cara ampuh mengatasi anak keras kepala yang bisa Mama lakukan secara bertahap.
1. Ajak berkomunikasi dengan baik
Dari pada emosi dalam menghadapinya, lebih baik Mama mencoba untuk membuka komunikasi yang baik dengan Si Anak. Hal ini dapa Mama lakukan dengan mengajaknya berdiskusi secara perlahan.
Saat ia ngotot tidak ingin mengerjakan PR misalnya, Mama jangan langsung memarahinya. Ajak anak berbicara dan tanyakan alasan apa yang menyebabkan ia enggan untuk mengerjakannya. Sebab bisa jadi anak enggan mengerjakan PR karena PR yang diberikan kepadanya terasa sulit untuk dipahami.
Editors' Pick
2. Jangan berbicara dengan nada yang tinggi
Saat menghadapi anak yang keras kepala, secara tak sadar Mama ikut terbawa emosi dengan perilakunya sehingga berujung berbicara dengan nada yang tinggi. Saat anak berteriak misalnya, Mama terkadang turut menimpalinya dengan teriakan atau ucapan bernada tinggi pula. Jika cara seperti ini kerap Mama lakukan, coba untuk dirubah.
Cara seperti ini tidak efektif karena anak merasa tidak diperdulikan dan merasa lebih tertantang untuk berteriak lebih tinggi lagi.
3. Negosiasi dengan baik
Jika cara tersebut sudah Mama terapkan, kini saatnya untuk bernegosiasi. Negosiasi disini bukan berarti Mama harus mengikuti segala keinginan anak, tapi lebih kepada mencari jalan tengah yang baik untuknya.
Saat Si Anak tak mau tidur meski Mama sudah mengajaknya secara baik-baik, coba untuk mengajaknya bernegosiasi terkait jam tidur yang harus dipatuhinya. Tanyakan kepadanya mengenai jam tidur yang dia inginkan dan tanya alasannya. Setelah itu, Mama bisa menentukan bersama mengenai jam tidur yang cocok untuk Mama dan anak mama. Jadi, negoisasikan dengan baik ya Ma!
4. Jadikan anak sebagai teman
Mama suka menyuruh anak lalu anak kerap membantah?
Mungkin ini saatnya merubah kalimat menjadi kalimat ajakan yang lebih positif. Mama bisa mengatakan “Ayo kita kerjakan bersama atau ayo kita lakukan bersama” ketimbang menyuruhnya begitu saja.
Kata-kata ini bisa memuat anak merasa dilibatkan sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman untuk melakukannya.
5. Bercermin terhadap diri sendiri
Anak memang peniru yang ulung. Mereka mudah untuk belajar dari apa yang mereka lihat dan mereka rasakan. Jadi, ada baiknya Mama menginstropeksi diri bersama pasangan terkait lingkungan yang membentuk karakter anak.
Koreksi diri sendiri apakah Mama dan pasangan sudah menunjukkan contoh yang baik kepada anak-anak termasuk dalam menyelesaikan masalah. Jika Mama dan pasangan kerap bertengkar di depan anak dan berdebat dengan nada yang tinggi maka anak dapat saja menirunya. Sebab sebuah penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang sering bertengkar dapat memicu anak memiliki sikap yang minder dan agresif.