Bangkitkan Semangat Anak Perempuan dengan Brick by Brick!
Mendorong anak perempuan untuk mengekpresikan diri secara kreatif
2 April 2024

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
The LEGO Group baru saja meluncurkan sebuah kampanye yang bertajuk Play Unstoppable yang bertujuan mendorong anak perempuan untuk bereksperimen dan mengeskpresikan dirinya secara kreatif.
Penelitian global menemukan bahwa kepercayaan diri dan kreativitas anak perempuan sering terganggun karena dipengaruhi oleh societal pressure (tekanan sosial) yang menuntut mereka untuk senantiasa menjadi sosok yang sempurna.
Dalam survei terbarunya Play Well 2024 Research, LEGO mensurvei lebih dari 61.500 orangtua dan anak usia 5-12 tahun di 36 negara termasuk Indonesia. Survei ini mencakup pertanyaan yang menyoroti kepercayaan diri kreatif anak-anak serta pentingnya faktor-faktor seperti ketakutan akan kegagalan, tekanan untuk menjadi sempurna, dan penggunaan bahasa dalam mempengaruhi kreativitas mereka.
Seperti apa informasi lengkapnya? Berikut Popmama.com telah merangkumnya lebih lanjut.
Editors' Pick
1. Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi anak perempuan
Selain sangat berpengaruh bagi orang dewasa, kepercayaan diri ternyata juga sangat berpengaruh bagi anak-anak terutama anak perempuan. Play Well 2024 Research mengungkapkan bahwa bahkan anak perempuan berusia lima tahun pun sudah mengalami penurunan kepercayaan diri kreatif akibat tekanan untuk mencapai kesempurnaan dan pengaruh bahasa sehari-hari.
Pada usia muda ini, tiga perempat (76%) merasa percaya diri dalam kreativitas mereka, namun hal ini menurun seiring bertambahnya usia. Dua pertiga dari semua anak perempuan sering merasa khawatir untuk berbagi ide mereka.
Anak perempuan berusia 5 hingga 12 tahun mengatakan bahasa yang mereka dengar membuat mereka merasa seolah-olah mereka tidak diperbolehkan untuk bereksperimen dan melakukan kesalahan (71%), atau memperkuat kebutuhan akan kesempurnaan (73%).
Namun, 80 persen lainnya mengatakan, bahwa mereka akan lebih berani untuk mencoba hal-hal baru jika kesalahan yang diperbuat justru dipuji lebih banyak sebagai peluang untuk belajar, dan anak perempuan mengatakan bahwa mereka merasa terdorong oleh pujian yang diberikan oleh orangtuanya.
2. Membangun kepercayaan diri menggunakan bahasa sehari-hari
Dalam sebuah panduan parenting yang berjudul 10 Steps to Fostering Creative Confidence. Sang penulis Jennifer B Wallace.yang merupakan seorang peneliti parenting berlatar belakang Harvard menjelaskan tentang cara menumbuhkan kepercayaan diri kreatif, seperti menjadi lebih sadar akan stereotip gender saat berbicara tentang ide-ide kreatif.
Misalnya, menggunakan kata-kata seperti "jenius", "pintar" dan "berani" untuk mendeskripsikan pekerjaan anak laki-laki, atau "cantik", "lucu" dan "cantik" untuk mendeskripsikan pekerjaan anak perempuan. Sebagai gantinya, Wallace menyarankan untuk menggunakan campuran kata-kata tersebut, dan mendorong anak-anak untuk bertanya dan mempertanyakan stereotip sosial ini.