Sejarah Arema Indonesia, Beda dengan Arema FC
Yuk ketahui sejarah klub Arema Indonesia yang dihantui dengan sejarah dualisme
20 Agustus 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejarah perkembangan sepakbola di Indonesia tidak akan lepas dari klub-klub besar dan bersejarah yang telah menjadi bagian di dalamnya. Salah satunya adalah klub asal Malang bernama Arema. Namun, diketahui terdapat 2 klub yang menggunakan nama Arema yaitu Arema Indonesia, dan Arema FC.
Lantas, Arema manakah yang pertama kali dibentuk? dan mengapa dapat terjadi dualisme dibalik nama besar Arema? Kali ini Popmama.com akan memberikan informasi tentang sejarah Arema Indonesia, beda dengan Arema FC. Simak informasinya di bawah ini.
Editors' Pick
1. Pembentukan klub Arema
Arema dibentuk oleh Dirk "Derek" Sutrisno dengan nama Armada 86 yang kemudian berubah menjadi Arema 86. Pada tahun tersebut PSSI juga memutuskan Arema 86 sebagai anggota dari liga profesional Galatama di musim ke delapannya. Derek pun diangkat sebagai manajer tim.
Pada tabloid Bola edisi 10 Juli 1987, Derek mengungkapkan kehadiran Arema 86 sebagai kontestan baru Galatama merupakan ide dari Acub dan Wali Kota Malang kala itu, Tom Uripan Nitiharjo. Sayangnya, upaya Derek mempertahankan Arema 86 di liga Galatama saat itu mendapat berbagai hambatan, termasuk kesulitan .
Di sinilah, Acub Zaenal yang merupakan mantan Gubernur Irian Jaya ke-3, sekaligus eks pengurus PSSI periode 80-an berandil besar untuk menambah nafas panjang bagi klub asal Malang tersebut. Usai diambil alil oleh Zaenal, nama Arema 86 kembali diubah menjadi PS. Arema Malang dan kembali ditetapkan sebagai salah satu peserta Galatama.
PS. Arema Malang resmi berdiri pada 11 Agustus 1987, sesuai akta notaris Pramu Haryono SH no 58. Klub yang lahir dibulan Agustus tersebut memiliki zodiak Leo. Oleh karena itu, Singa atau singo dipilih sebagai lambang sekaligus julukan bagi Arema.
2. Dualisme yang terjadi di Arema
Sejak dibentuk pada tahun 1987, Arema telah mengikuti berbagai kompetisi sepakbola tertinggi di Indonesia. Mulai dari Galatama, Liga Indonesia, Indonesia Super League, hingga Liga 1. Arema juga beberapa kali meraih gelar diantaranya adalah juara Galatama 92-99, juara ISL 2009-2010, dan juara Piala Indonesia 2005 serta 2006.
Namun, perjalanan klub tersebut dari Galatama hingga Liga 1 yang merupakan kompetisi strata tertinggi saat ini diwarnai dengan dualisme klub yang terjadi pada tahun 2011. Saat itu, sepakbola Indonesia juga memiliki dualisme kompetisi papan atas, yakni Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL).
Ketua Yayasan Arema Indonesia saat itu, Muhammad Nur bersama dengan Acub Zaenal mendaftarkan Arema Indonesia untuk bermain di IPL yang saat itu dianggap sebagai kompetisi yang resmi. Hanya saja, pada musim kedua PSSI memutuskan IPL sebagai kompetisi ilegal karena adanya konflik internal.
Di sisi lain, kubu Rendra Kresna (sekretaris Yayasan Arema), ternyata tidak setuju dengan keinginan ketua Yayasan Arema yang mendaftarkan Arema ke kompetisi IPL. Padahal, ketika itu Rendra diketahui sudah mengundurkan diri dari yayasan. Kubu Rendra Kresna beralasan, saat saham Arema dilepas oleh pemilik Arema terdahulu, PT Bentoel, pihak Rendra lah yang mendapat amanat dan berhak atas arah tujuan Arema.
Dua kubu itu lantas sama-sama membentuk klub bernama Arema, lalu mengikuti dua kompetisi berbeda. PT Arema Indonesia pimpinan M. Nur, mendapat suntikan dana dari konsorsium Ancora dan mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia (IPL) dengan nama Arema Indonesia. Di sisi lain, Arema versi Rendra berkompetisi Liga Super Indonesia menggunakan nama Arema Cronus.
Seiring meredupnya konflik internal di PSSI, akhirnya ISL kembali diakui sebagai satu-satunya kompetisi strata tertinggi dalam sepakbola Indonesia. Namun, Arema telah terlanjur terbagi menjadi dua klub. Pada akhirnya, PSSI mengabulkan kedua kubu untuk tetap bisa berkompetisi secara bersamaan.
Arema Indonesia, dianggap sebagai klub yang terhukum karena mengikuti IPL yang dianggap ilegal harus mengulang kompetisi dari level Liga Nusantara. Hal tersebut didasarkan pada kongres PSSI di Bandung pada 2017. Saat ini Arema Indonesia berkompetisi di Liga 3 Indonesia. Sementara itu Arema Cronus mengubah namanya menjadi Arema FC dan berkompetisi di Liga 1.
3. Tragedi yang pernah mewarnai perjalanan Arema
Arema FC pernah mengalami tragedi kelam saat sedang berlaga melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Saat itu Arema FC harus tunduk dengan skor 2-3 atas Persebaya, yang berbuntut kerusuhan dan mengakibatkan sebanyak 135 orang meninggal pada hari itu.
Pasca Tragedi Kanjuruhan, Arema FC dilarang untuk memainkan laga kandang di Malang dan sekitarnya setidaknya dalam radius 250 km. Selain itu, Arema FC juga jadi sasaran kemarahan oknum suporter. Bus mereka juga dirusak ketika bertandang ke markas PSS Sleman dalam lanjutan BRI Liga 1 pada (26/01/2023) lalu.
Itulah informasi tentang sejarah Arema Indonesia, beda dengan Arema FC. Setelah mengalami perjalanan panjang selama lebih dari tiga dekade, Arema seakan mencatatkan noda dalam sejarah sepak bola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022, yang menewaskan 135 Aremania menyebabkan sebagian suportertnya menanggalkan identitas sebagai pendukung Singo Edan.
Baca juga:
- Sejarah Hari Pramuka, Dari Awal Terbentuk Hingga Masuk di Indonesia
- Sejarah Awal Mula Huruf Braille, Alat Bantu Penyandang Tunanetra
- Sejarah dan Asal-usul Kota Medan, Dulunya Disebut ‘Tanah Deli’