6 Tips Agar Santai Saat Menghadapi Anak yang Memasuki Masa Puber

Jangan bingung menghadapi anak yang sedang puber, Ma. Yuk simak solusinya!

25 Oktober 2020

6 Tips Agar Santai Saat Menghadapi Anak Memasuki Masa Puber
Freepik/bearfotos

Biasanya anak-anak suka sekali berbagi cerita kepada orangtua, tapi ketika memasuki masa pubertas mereka tidak mudah lagi menceritakan segala macam hal. Mereka seakan mempunyai rahasia yang hanya mereka saja yang tahu.

Kok bisa begitu? Mungkin dalam hati Mama akan bertanya demikian.

Seorang anak di masa pubertas sudah berubah secara fisik, kognitif, emosional, dan sosial, Ma. Seperti dikutip dari laman childmind.org, anak yang memasuki masa pubertas sedang mengembangkan suatu kebebasan baru dan ia juga ingin melihat sejauh mana dirinya bisa melampaui batasan yang ditetapkan oleh orangtua mereka.

Dalam menghadapi masa pubertas ini, Mama sebaiknya menjaga komunikasi dengan ABG mama agar selalu berjalan dengan baik. Kemudian, bagaimana menghadapi anak mama di masa pubertas ini?

Nah, Popmama.com akan mencoba membantu Mama mengatasi hal tersebut.

1. Menonton dan mendiskusikan topik dalam film

1. Menonton mendiskusikan topik dalam film
Pixabay/mojzagrebinfo

Sebagai orangtua, Mama harus memperhatikan apa yang sedang anak mama tonton. Tak hanya memperhatikan, Mama juga bisa menonton acara televisi atau film bersama anak mama.

Membicarakan topik film setelah menonton adalah cara penting untuk membangun pemahaman bagi anak mengenai sesuatu hal. Dengan mendiskusikan topik dalam film, anak dapat terbantu dalam mengenali bagaimana media menanamkan kode gender atau pesan budaya mengenai apa artinya menjadi anak laki-laki atau perempuan.

Pendekatan melalui diskusi ini bisa membantu mereka mengidentifikasi sesuatu hal ketika sudah "melewati batas". Biar tidak tegang, gunakan bahasa yang ringan dan diselipkan humor ya, Ma.

2. Jangan bereaksi berlebihan

2. Jangan bereaksi berlebihan
familyeducation.com

Mama jangan pernah memperburuk situasi yang sedang buruk ya. Ini tidak akan membantu sama sekali, tapi justru membuat keadaan tidak nyaman.

Misalnya, setelah melihat foto-foto di Instagram, anak perempuan mama tiba-tiba menangis karena tidak diundang ke acara ulang tahun teman sekelas. Mama jangan sampai berkata demikian: "Ya Tuhan, Mama tidak percaya kamu tidak diundang! Ih nyebelin deh. Mama telepon orangtua teman kamu itu!"

Bertindak terlalu reaktif akan menambah kesan dramatis sebuah peristiwa, Ma. Mama sama saja dengan melempar bahan bakar ke api yang mudah terbakar. Reaksi berlebihan akan membuat anak mama menjadi lebih emosional.

Editors' Pick

3. Sisihkan waktu khusus untuk anak

3. Sisihkan waktu khusus anak
Freepik/pressfoto

Ketika memasuki masa pubertas, ABG mama biasanya sulit untuk terbuka. Seorang psikolog klinis, Laura Kirmayer, menyarankan mencari momen khusus satu atau dua kali dalam seminggu untuk menghabiskan waktu bersama anak.

Dalam momen khusus ini, Mama akan meningkatkan hubungan secara personal dengan ABG mama. Selain itu, mama bisa mengajarkan keterampilan interpesonal yang sangat penting bagi anak mama ke depan.

4. Jangan takut membicarakan seks dan narkoba

4. Jangan takut membicarakan seks narkoba
drugabuse.gov

Kenyataan yang tidak menguntungkan dan mengkhawatirkan adalah anak-anak ABG sering kali melakukan eksperimen dengan obat-obatan dan alkohol di usia pubertas.

Perkembangan seksual mencakup bagian besar dari usia pubertas ini. Di samping itu, mama juga harus bisa membangun fondasi yang kuat dan bisa memberi informasi yang tepat mengenai perkembangan fisik ABG mama.

Mama bisa memberikan informasi yang akurat dengan cara yang tidak berlebihan. Misalnya, menghadiahkan mereka buku-buku terkait perkembangan remaja dan bahaya obat-obatan. Kalau mereka tidak memahami bagian-bagian tertentu dalam buku tersebut, Mama bisa langsung memberi arahan dan mendikusikannya.

5. Anjurkan olahraga untuk anak perempuan

5. Anjurkan olahraga anak perempuan
Rawpixel.com / Freepik

Anak perempuan yang bermain dalam tim olahraga ternyata mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi, Ma. Mereka yang tergabung dalam tim olahraga cenderung lebih baik dalam bidang akademis dan memiliki masalah lebih sedikit soal citra tubuh mereka.

Menurut Anea Bogue, pencipta program pemberdayaan untuk anak perempuan, REALgirl, ada korelasi yang sangat umum antara anak perempuan yang bermain dalam tim olahraga dan tidak sama sekali. Anak perempuan yang tidak bermain dalam tim olahraga cenderung tidak percaya diri, Ma.

6. Mendidik emosi anak laki-laki

6. Mendidik emosi anak laki-laki
Pixabay/ayhamkamel

Salah satu hal yang sangat sulit dihadapi anak laki-laki di usia pubertas adalah memahami makna tentang cinta, persahabatan sejati, dan hubungan lawan jenis yang bisa jadi berbahaya untuk mereka jika tidak diberi pengertian.

Menurut Dr. Steiner-Adair, psikolog Harvard, konsultan sekolah, dan penulis buku The Big Disconnect, "Mereka (anak laki-laki) mengatakan bahwa apa pun yang mereka lakukan berdasarkan perasaan, seperti cinta, kesedihan, dan kerentanan, merupakan tindakan "keperempuanan" dan tidak baik bagi mereka.

Paling tidak, orangtua harus mendorong anak laki-lakinya untuk menjadi peka dan rentan di rumah dan harus dijelaskan juga bahwa perasaan seperti itu tidak baik diperlihatkan di luar rumah atau sekolah.

Masa puber anak memang sangat kompleks ya, Ma. Pokoknya, mama harus tetap semangat mengawal dan mendidik ABG mama agar bisa melewati fase pubertas ini dengan baik dan lancar!

Baca juga:

The Latest