Mau Tahu? Cara Unik Tompi Mengatasi Persaingan Antar Orangtua
Namanya juga seorang papa, Tompi ternyata juga bisa cemburu sama kepintaran anak tetangga
27 April 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dokter bedah plastik yang juga penyanyi bersuara emas, Tompi, mengaku bahwa ia sama seperti orangtua lain, pernah cemburu gara-gara anak tetangga terlihat lebih pintar.
Papa dari Teuku Omar Dakari, Cut Malaka Ayesha, dan Teuku Zakarizein ini ditemui di acara konferensi pers Semua Murid, Semua Guru, di fX, Senayan. Suami Arti Indira ini menceritakan tentang pengalamannya itu.
Berikut kata laki-laki bernama asli Teuku Adi Fitrian ini.
“Saya juga pernah lebay”
Sebagai ayah tiga orang anak, Tompi paham sekali bagaimana perasaan orangtua terhadap anaknya. Wajar, jika orangtua berusaha menjadikan anaknya yang terbaik. Hal inilah yang menurut Tompi bisa memicu persaingan tidak sehat antar-orangtua.
“Saya melihat anak tetangga sudah bisa perkalian dan anak saya belum bisa. Wah, saya langsung panik dan lebay. Merasa jangan-jangan anak saya punya masalah berat. Padahal kan, bisa saja itu karena ia belum waktunya saja paham pelajaran kali-kalian,” katanya.
Editors' Pick
"Duh, saya nggak setuju waktu anak habis buat belajar saja”
Efek panik itu, kata Tompi, membuat orangtua cenderung semena-mena sama anak-anaknya. Karena anak tetangga pintar menari, anak di-leskan menari. Lalu karena anak tetangga sudah paham pelajaran IPA, anaknya harus les pelajaran.
“Sikap panik orangtua justru merugikan anak. Bayangkan mereka les ini dan itu. Banyak banget dan semua atas kemauan orangtua. Kapan anak bisa bermain dan istirahat? Padahal kan hidup mereka perlu tetap seimbang. Namanya anak-anak ya perlu bermain,” komentarnya.
Tompi pun bilang, anak-anak belajar tidak harus duduk menghadap buku pelajaran. Mereka bisa diajak jalan-jalan atau melakukan kegiatan lain dan di situlah, orangtua bisa memasukan ilmu pengetahuan.
“Prihatin deh dengan kurikulum sekarang”
Keterlibatan Tompi di kegiatan Semua Murid, Semua Guru yang digagas oleh Najeela Shihab berawal dari keprihatinan Tompi atas sikap berlebihan dari orangtua dan pemerintah. Ya, pemerintah menurutnya, tidak melindungi tumbuh kembang anak. Salah satunya dengan menyusun kurikulum pelajaran sekolah yang terlalu luas dan padat.
“Di kehidupan nyata tidak semua ilmu yang dipelajari di sekolah dipakai. Malah kebanyakan langsung lupa karena memang tidak perlu diulang lagi. Ini, ibaratnya cuma bikin penuh memori otak. Kurikulum memberikan banyak hal dan terlalu banyak sampai tidak fokus,” katanya.
Ketika Najeela bertanya, apa yang ingin Tompi lakukan dengan kondisi itu? Penyanyi Menghujam Jantungku ini bilang, “Bisakah kita menghapus kurikulum sekarang dan bikin yang baru?” Waduh.
“Seharusnya anak fokus di pelajaran yang ia minati”
Dari pengalamannya belajar di Indonesia, Tompi bilang, seharusnya anak-anak bisa memilih. Mereka sebaiknya bisa belajar sesuai dengan minat mereka saja.
“Misalnya, jika ingin jadi dokter bedah ya bolehlah belajar soal biologi. Tapi, tidak perlu belajar sampai mengakar, detail, dan sangat dalam, seperti jika ingin jadi peneliti. Di kehidupan, setiap orang hanya bisa memilih satu hal saja kok. Saya misalnya, menjadi dokter bedah plastik saja, saya tidak perlu belajar untuk jadi ilmuwan atau peneliti,” katanya.
“Tiap anak harus diberi kesempatan berkembang”
Karena sudah terlalu repot memenuhi tuntutan sekolah, anak-anak tidak berkembang sesuai minat, bakat, dan sesuai waktunya. Tompi bilang, pendidikan di Indonesia sangat ambigu. Di satu sisi muncul kampanye, masuk Sekolah Dasar, tidak perlu bisa membaca. Tetapi, saat mendaftar sekolah, anak yang mau masuk SD dites membaca.
“Jadi, wajar orangtua menjadi panik. Tapi kasihan anak-anak jadi korban. Lalu, kami bisa apa?” tanyanya.
Hmmm, bagaimana kalau kita lihat kiprah pak dokter di dunia pendidikan? Tunggu di perayaan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018 ya!