Diabetes Anak Bisa Dicegah. Ini Langkahnya!
Angka kejadian diabetes pada anak meningkat hingga 700 persen dalam 10 tahun ini. Waduh...
18 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gaya hidup masa kini ternyata membuat masa depan anak-anak rentan. Gaya hidup dengan pola makan tinggi gula, aktivitas fisik rendah, dan mitos-mitos seputar gizi dan makanan menambah daftar bahaya untuk anak-anak kita.
Mama menyadari hal ini tidak?
Salah satu bahaya yang mengancam anak-anak adalah penyakit diabetes. Penyakit yang sifatnya kronis ini, bisa menggerogoti tubuh sehat manusia dan membuatnya mengalami disfungsi. Diabetes tidak bisa diobati namun, bisa dicegah!
Dalam rangka peringatan Hari Diabetes Sedunia, 14 November, Popmama.com mengajak Mama mengerti apa itu diabetes dan bagaimana bisa melindungi anak mama dari ancamannya.
Fakta Diabetes pada Anak di Indonesia
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Kadar gula tinggi itu muncul karena glukosa yang menumpuk di dalam darah. Penumpukan itu terjadi karena glukosa tidak dapat diserap sel tubuh karena kurangnya hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.
Ada 2 jenis diabetes yaitu tipe 1 dan 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh penderita mengalami autoimun sehingga sistem imun menghancurkan sel pankreas. Diabetes tipe 1 diduga diakibatkan oleh faktor genetik.
Diabetes tipe 2 terjadi karena sel-sel tubuh yang kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan oleh tubuh dengan semestinya. Kegagalan ini terjadi karena banyak faktor, di antaranya karena kebiasaan pola hidup yang salah.
Semua tipe diabetes dapat memicu timbulnya berbagai penyakit berbahaya lain seperti jantung, stroke, ginjal, hingga kematian.
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kejadian diabetes melitus (DM) pada anak usia 0 hingga 18 tahun mengalami peningkatan sebesar 700 persen selama jangka waktu 10 tahun terakhir.
Anak-anak sebagian besar mengalami diabetes tipe 1. Tetapi belakangan, berbagai penelitian menemukan peningkatan kasus diabetes tipe 2 pada usia anak dan remaja di beberapa waktu terakhir.
Dengan catatan IDAI ini, mengukuhkan kedudukan Indonesia sebagai negara ke-6 dengan penderita diabetes terbesar di dunia. Jumlah penyandang diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Bukan sebuah prestasi yang membanggakan, kan?
Editors' Pick
Faktor Risiko Diabetes pada Anak
Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang muncul karena gaya hidup yang salah. anak-anak yang sejak dini terbiasa menjalani gaya hidup berisiko, bisa saja mengalami diabetes tipe 2. Seperti apa gaya hidup bermasalah ini?
Kurang aktivitas fisik
Anak yang terbiasa menjalani aktivitas fisik rendah cenderung mengalami obesitas. Berat badan berlebih ini biasanya dengan mudah memicu datangnya diabetes tipe 2.
Pola makan yang salah
Makanan erat kaitannya dengan kesehatan tubuh manusia. Makanan anak masa kini, rata-rata tinggi kandungan gula yang bisa menganggu fungsi pankreas.
“Di masa pertumbuhan, anak masih membutuhkan asupan yang beragam, untuk memenuhi kebutuhan perkembangannya. Ketika menyiapkan menu makanan anak, biasakan untuk membagi piring makan dalam 3 bagian; 50 persen diisi dengan sayuran dan buah, 25 persen diisi dengan karbohidrat sedangkan 25 persen sisanya diisi dengan protein seperti daging atau telur,” jelas ahli gizi Emilia Achmadi MS., RD.
Makanan yang tinggi garam juga secara tidak langsung bisa memicu diabetes. gangguan fungsi pankreas bisa terjadi karena tekanan darah tinggi yang bisa disebabkan oleh makanan bergaram tinggi itu.
Mitos mengenai makanan yang salah
Sering dengar ungkapan, “Orang Indonesia belum makan nasi, ya belum makan”? Ungkapan ini menjadi salah satu penyebab pola makan tidak seimbang kebanyakan orang Indonesia. Karbohidrat dari nasi yang tinggi glukosa tidak terlalu baik jika dikonsumsi berlebihan. Emilia menyarankan agar sumber karbohidrat yang dimakan anak bervariasi. “Gandum, kentang, ubi, jagung, adalah alternatif karbohidrat selain nasi,” katanya saat ditemui di acara media workshop terbatas Beko Indonesia.
Mitos makan lainnya membuat asupan gizi tidak seimbang. Misalnya, mitos larangan makan buah setelah makan besar yang malah mengurangi kemungkinan asupan serat dan fruktosa, gula yang lebih mudah dicerna tubuh dibanding glukosa.