Tips dan Trik untuk Papa Bicara tentang Masa Depan dengan Anak
Mau dong Papa bisa membicarakan apa saja dengan anaknya, termasuk tentang masa depan
8 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membicarakan tentang masa depan, bisa kok dimulai sejak dini. Membicarakan soal cita-cita dan angan masa depan biasanya paling asyik dalam suasana santai dan hangat. Apakah Papa bisa terbuka menerima cita-cita anak dan mengarahkan mereka ke masa depan gemilang?
Bagaimana cara membicarakan masa depan dengan anak-anak? Simak artikel Popmama.com berikut ini ya.
1. Mulai sejak anak berusia 10 tahun
10 tahun adalah usia yang tepat untuk mulai membicarakan masa depan dengan lebih serius. Menurut buku 1001 Cara Bicara Orangtua dan Remaja yang ditulis oleh Skata/John Hopskin Center for Communication Programs dan Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Di usia 10-14 tahun Papa dan Mama bisa memberikan pengenalan mengenai pendidikan dan karier.
Ini langkah-langkah yang bisa dilakukan:
- Kenalkan berbagai profesi dari orang-orang di sekitar kita. Misalnya, menjelaskan profesi papa dan mama, apa yang dulu dikerjakan oma dan opa, dan sebagainya.
- Menjelaskan apa yang dikerjakan berbagai profesi itu, apa tujuan, dan manfaat dari pekerjaan itu.
- Yang paling penting juga, beri informasi mengenai bagaimana cara meraih pekerjaan itu. Ceritakan tentang jenjang karier, pendidikan yang harus ditempuh, dimana bersekolah untuk meraih posisi di profesi tertentu itu.
- Bantu anak papa melihat dan menemukan potensinya. Ini berarti, Papa harus menyediakan fasilitas untuk si Anak mencoba beragam hal.
- Diskusikan tentang potensi anak dan bagaimana potensi itu bisa dibina menjadi profesi. Ini termasuk juga membicarakan profesi apa yang bisa diraih dengan potensi itu. Misalnya, jika si Anak senang dan punya bakat di olahraga sepakbola, maka ia bisa menjadi pemain sepakbola, pelatih, atau komentator tayangan sepakbola.
- Bicarakan tentang situasi finansial keluarga, perhitungkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung cita-cita anak, mengusahakan sekuat mungkin biaya pendidikan.
- Jika memungkinkan, dorong kemampuan anak sehingga mereka bisa meraih nilai yang tinggi untuk mendapatkan beasiswa.
2. Bersabar dalam meluruskan perbedaan pandangan
Dalam proses diskusi, bukan tidak mungkin terjadi perdebatan dan pertentangan prinsip. Misalnya, Konflik yang mungkin muncul ketika si Anak yang senang menggambar, ketika diarahkan menjadi seorang arsitek, si Anak malah ingin menjadi seniman. Konflik bisa menjadi perdebatan panas, pertengkaran, dan perasaan tidak enak antara anak dan Papa.
Papa, haruslah bersabar menghadapi sikap anak. Seperti tetesan air yang bisa membuat batu terbelah, maka Papa tidak bisa hanya sekali berbicara dan membuat anak mengerti pikiran papa. Ambil kesempatan untuk melakukan diskusi, mengulang-ulangnya, meluangkan waktu untuk mendengarkan dan memberi jawaban atas pertanyaan anak. Jika Papa belum bisa menjawab, mintalah waktu kepada anak untuk memikirkan jawaban atau mencari jawaban bersama.