Guru dan Murid Gorontalo Disebut Child Grooming, Apa Penyebabnya?
Ketahui tahapan terjadi child grooming dan ajarkan anak cara untuk menghindarinya
28 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Belakangan ini viral beredar video mesum guru dan murid gorontalo. Banyak orang menyebut kasus tersebut sebagai bagian dari child grooming. Hal ini lantaran pelaku tega memanipulasi korban yang masih di bawah umur.
Tak hanya menjalin hubungan asmara, guru bahasa Indonesia berinisial DV (57) dan siswi kelas 12 itu juga sampai melakukan hubungan seksual. Pada dasarnya, orang dewasa memang bisa saja menjerat korban anak melalui child grooming.
Dengan adanya kasus ini, setidaknya Mama dan Papa perlu tahu lebih lanjut tentang child grooming termasuk cara pencegahannya. Berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut beberapa fakta child grooming.
Apa Itu Child Grooming pada Kasus Murid Gorontalo?
Menurut Magen Yeladim International Child Safety Institute, Michael Werner, seorang psikiater asal Amerika, grooming adalah sebuah proses di mana pelaku menarik korban dengan memberikan kasih sayang.
Pelaku berusaha membawa korban ke dalam hubungan yang bersifat romantis. Jenis hubungan ini berbeda dari hubungan pertemanan seperti dengan teman sebaya.
Di sisi lain, National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) menjelaskan bahwa child grooming adalah upaya orang dewasa untuk membangun hubungan emosional dengan anak atau remaja melalui manipulasi, eksploitasi, hingga pelecehan.
Oleh karena itu, kasus child grooming dianggap sebagai bentuk baru kejahatan seksual yang terjadi di Indonesia. Motif dari child grooming adalah untuk secara sengaja mendekati korban dengan tujuan melakukan aktivitas seksual.
Pelaku menggunakan keterampilan atau strategi tertentu agar korban dapat dimanipulasi oleh tindakannya.
Editors' Pick
Pelaku Child Grooming Tidak Dibatasi Usia
National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) menyatakan bahwa child grooming dapat menimpa siapa saja dan terjadi di mana saja.
Pelakunya pun tidak terbatas pada usia tertentu, bisa orang asing atau bahkan seseorang yang dekat dengan anak. Child grooming bisa berlangsung secara daring atau online. Kondisi tersebut dikenal sebagai cyber child grooming.
Ruang publik tidak menutup kemungkinan bisa menjadi lokasi terjadinya perilaku child grooming. Biasanya, terdapat perbedaan usia yang signifikan antara pelaku dan korban.
Dampak Child Grooming pada Anak
Menurut sebuah jurnal berjudul ‘Cyber Child Grooming sebagai Bentuk Kekerasan Berbasis Gender Online di Era Pandemi’ oleh Imara Pramesti Normalita Andari, dijelaskan bahwa child grooming bisa terjadi lewat media sosial.
Ia menyatakan pula terdapat beberapa dampak negatif dari perilaku grooming terhadap anak-anak. Korban dapat mengalami kerugian psikologi lantaran merasa cemas, tertekan, takut, dan depresi.
Korban bisa kehilangan rasa percaya diri, menarik diri dari lingkungan sosial, tertutup, dan merasa tidak bebas bergerak baik secara online maupun offline.
Ada kemungkinan seorang anak yang menjadi korban child grooming tidak memberi tau orang lain jika mereka mengalami perilaku ini. Hal itu karena korbannya akan merasa malu, bersalah, dan tidak sadar kalau mereka sedang dimanipulasi.
Tahapan Terjadi Child Grooming
Magen Yeladim International Child Safety Institute menjelaskan terdapat beberapa tahapan terjadinya child grooming, antara lain:
- Pelaku akan menargetkan calon korban yang terlihat memiliki rasa percaya diri rendah, terisolasi, dan kesepian. Anak yang mengalami konflik dalam keluarga atau minim perlindungan orangtua biasanya menjadi target korban child grooming.
- Pelaku akan berupaya membangun kepercayaan terhadap korban. Pelaku akan menganalisa apa saja yang korban perlukan, belajar memahami kebutuhan korban, hingga menjalin komunikasi yang dekat dengan korban.
- Pelaku akan mengisi kebutuhan korban. Biasanya, pelaku akan memberikan hadiah spesial atau perhatian lebih yang selama ini dibutuhkan korban. Cara seperti itu dilakukan untuk membangun kepercayaan.
- Pelaku dan korban banyak menghabiskan waktu bersama. Momen ini dimanfaatkan pelaku untuk menjalin hubungan rahasia dan terisolasi dari orang lain.
- Hubungan yang mengarah ke ranah seksual mulai terjadi ketika pelaku mengenalkan banyak hal intim. Pelaku bisa saja memberikan gambar, melakukan percakapan intim, hingga menciptakan situasi yang intim. Keingintahuan korban dimanfaatkan pelaku untuk mengontrol hubungan tersebut.
- Terakhir, pelaku akan berupaya menjaga hubungan yang sudah terjalin dengan korban. Jika terjadi perilaku kekerasan seksual, pelaku akan terus memanipulasi korban agar tidak menceritakan kejadian tersebut kepada orang lain.
Cara Orangtua Membantu Anak Menghindari Child Grooming
Untuk membantu anak menghindari child grooming, orangtua dapat melakukan beberapa langkah pencegahan berikut:
- Berikan Pendidikan Seksual Sejak Dini
Orangtua perlu memberikan pemahaman yang sesuai usia tentang tubuh, privasi, dan batasan yang sehat. Ajarkan anak untuk mengenali bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain, serta bagaimana cara mengatakan "tidak" dan melaporkan jika merasa tidak nyaman.
- Bangun Komunikasi yang Terbuka
Ciptakan lingkungan di mana anak merasa aman untuk berbicara tentang apapun, termasuk hal-hal yang mengganggu mereka. Tanyakan secara rutin tentang aktivitas sehari-hari mereka, baik di sekolah maupun di internet, dan dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi.
- Berikan Pemahaman tentang Bahaya Internet
Jelaskan kepada anak tentang potensi bahaya dari berinteraksi dengan orang asing secara online. Ajarkan mereka untuk tidak memberikan informasi pribadi, seperti alamat rumah atau nomor telepon. Tegaskan anak untuk selalu berbicara dengan orangtua jika ada orang asing yang mencoba menghubungi mereka secara online.
- Awasi Penggunaan Internet dan Media Sosial
Pantau aktivitas anak di dunia maya, termasuk media sosial dan aplikasi pesan instan. Gunakan fitur kontrol orangtua (parental control) untuk membatasi akses ke situs atau konten yang tidak pantas. Ajarkan anak untuk tidak menerima permintaan pertemanan atau pesan dari orang yang tidak dikenal.
- Kenali Lingkungan Sosial Anak
Kenali teman-teman anak dan orang-orang di sekitar mereka, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Waspadai jika ada orang dewasa yang terlalu banyak menghabiskan waktu dengan anak atau memberikan perhatian berlebih. Ajak anak untuk berbicara jika ada seseorang yang membuat mereka merasa tidak nyaman.
- Ajarkan Keterampilan Menghadapi Situasi Tidak Aman
Latih anak untuk mengenali tanda-tanda manipulasi dan menghindari situasi yang membuat mereka merasa terancam. Ajarkan mereka untuk segera menjauh, mencari pertolongan, dan memberi tau orangtua jika ada seseorang yang membuat merasa tidak aman, baik di dunia nyata maupun online.
- Ajarkan Anak Menolak dengan Tegas
Anak perlu diajarkan untuk dengan tegas menolak tawaran atau ajakan yang mencurigakan, meskipun datang dari orang yang dianggap dekat. Berikan pemahaman bahwa mereka berhak menolak dengan tegas jika merasa ada yang tidak beres, Yakinkan bahwa anak tidak akan disalahkan jika melaporkan hal tersebut kepada orangtua.
- Jadi Contoh yang Baik dalam Menghormati Batasan
Orangtua harus menjadi teladan dalam menghormati batasan pribadi, baik batasan fisik maupun emosional. Dengan melihat contoh ini, anak akan lebih memahami pentingnya menjaga batasan pribadi mereka sendiri dan orang lain.
Itu
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orangtua dapat membantu anak mengenali dan menghindari situasi yang berpotensi berbahaya terkait child grooming. Semoga informasinya membantu ya, Ma!
Baca juga:
- Kasus Guru SMP di Lamongan Tampar Siswa Berkali-Kali Berakhir Damai
- Kronologi Kasus Kematian Dante hingga Yudha Arfandi Dituntut Mati
- Fakta Lengkap di Balik Kasus Nizam yang Tewas Dianiaya Ibu Tirinya