IMS 2020: Nova Rianty Ungkap Penyebab Rusaknya Mental pada Anak
Psikolog Nova Riyanti Yusuf ungkap fakta-faktanya!
18 Januari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa tahun terakhir, isu mengenai kesehatan mental banyak diperbincangkan oleh publik, terutama pada generasi muda.
Bukan tanpa alasan, pengaruh dari berbagai faktor termasuk media sosial kini bisa membuat beberapa orang insecure dengan dirinya sendiri.
Tak hanya generasi millennial, gen z pun kini banyak yang mengalaminya. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ selaku psikolog.
"Sekarang pasien saya banyak yang masih berusia 11-12 tahun yang mengalami mental illness sampai mau bunuh diri," ungkapnya.
"Penyebabnya macam-macam, ada yang mengeluhkan gurunya, mengeluhkan lingkungan sekolahnya, sistem sekolah yang nggak cocok," sambung Nova Riyanti.
Bahkan, penggunaan gadget yang berlebihan juga bisa merusak saraf di kepala hingga menyebabkan gangguan mental.
Diwawancarai secara eksklusif oleh tim Popmama.com saat acara Indonesia Millennial Summit 2020, berikut beberapa ulasan penting dari Psikolog Nova Riyanti terkait kesehatan mental anak yang harus orangtua ketahui!
1. Jenis gangguan kesehatan mental yang banyak terjadi di Indonesia
Ada begitu banyak gangguan kesehatan mental yang dapat terjadi pada seseorang. Namun, dari sekian banyak, ada 3 jenis yang paling sering ditemui di Indonesia.
"Sebenarnya data di Indonesia itu masih belum lengkap, namun secara luas mental illness yang banyak terjadi di Indonesia adalah skizofrenia, depresi, dan bipolar," jelas Nova.
Biasanya, psikolog akan mendiagnosa pasiennya dari 3 aspek utama, yakni dari bio, psikologi dan sosial.
"Setiap masalah kejiwaan itu dilihatnya dari aspek bio, psikologi dan sosial. Biologi itu dilihat apakah ada hereditary, genetik, trauma di kepala, pemakaian zat, atau narkotika. Kalau aspek psikologis itu terkait pola asuhnya bagaimana sejak kecil, sehingga kepribadiannya di umur 18 tahun terbentuk itu seperti apa. Sedangkan sosial itu lebih ke lingkungan yang memengaruhi dia, terkait masalah asmara, pekerjaan, bencana alam, dan lain-lain," sambungnya.
Editors' Pick
2. Gangguan mental bisa diprediksi melalui teknologi brain mapping
Selain dengan observasi dan wawancara dengan psikolog, biasanya tenaga ahli juga akan mempelajari kasusnya melalui bantuan teknologi.
Untuk saat ini, penggunaan teknologi di Indonesia masih terbatas dan hanya tersedia di beberapa rumah sakit.
"Sebenarnya itu mental illness harus diperiksa juga melalui teknologi bernama brain mapping, fungsinya untuk penegakan diagnostik selain wawancara dan observasi," ujarnya.
"Brain mapping sudah ada di beberapa rumah sakit di Indonesia, terbatas cuma sudah mulai ada," tambah Nova.