Pasti Bisa! 8 Langkah untuk Memulihkan Trauma pada Anak!
Penyebab trauma pada anak bermacam-macam, bagaimana Mama bisa membantu mereka pulih?
31 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Trauma adalah kerusakan yang terjadi pada kondisi mental seseorang akibat suatu peristiwa yang pernah ia alami sebelumya. Biasanya trauma terjadi pada masa lampau, dan hal itu akan terus dialami sebelum trauma tersebut disembuhkan. Maka dari itu sebelum trauma semakin memperburuk kondisi mental, maka penanganan yang cepat dan tepat perlu diperhatikan oleh setiap anggota keluarga.
Setelah mengetahui hal tersebut, pastinya Mama tidak menginginkan hal itu terjadi pada anak mama, bukan?
Tenang, Mama tidak perlu khawatir akan trauma berkepanjangan yang dialami oleh anak mama, karena dengan penanganan yang tepat, ia dapat kembali ceria seperti sedia kala. Dengan kesabaran dan ketulusan hati mama, trauma yang dialaminya dapat berangsur-angsur hilang.
Nah, kali ini Popmama.com akan menjelaskan mengenai langkah yang harus Mama lakukan untuk memulihkan trauma yang dialami oleh anak mama. Simak baik-baik ya, Ma!
1. Mencari sumber trauma
Mama tidak 24 jam mendampingi anak mama. Mungkin sekali ia mengalami trauma saat Mama tidak di dekatnya. Misalnya, ketika di sekolah ia di-bully temannya.
Mama bisa melihat perubahan sikap anak mama setelah mengalami trauma. Anak yang biasanya ceria, mungkin menjadi rewel dan pendiam. Atau anak yang tenang, mungkin jadi pemarah.
Di saat-saat seperti ini mungkin Mama agak kesulitan untuk mengorek informasi dari mereka, namun tidak perlu khawatir, karena cepat atau lambat, anak mama akan memberitahukan masalah yang menimpanya kepada Mama.
Tapi, ada syaratnya agar anak terbuka. Mama harus melakukan pendekatan yang benar.
Seperti yang diungkapkan oleh Sharon Stanley, Ph.D., penulis Relational and Body-Centered Practices for Healing Trauma: Lifting the Burdens of the Past, untuk membantu seseorang yang mengalami peristiwa traumatis, Mama harus tenang dan selaras dengan anak mama.
Posisikan diri Mama menjadi teman yang nyaman untuk diajak curhat dan jangan membuat kesan memaksa. Pendekatan ini bisa membuat anak dengan senang hati menceritakan masalahnya kepada Mama.
Bersikaplah tenang dan sabar, jika Mama menunjukan emosi marah atau emosi negatif lainnya, anak mama mungkin akan semakin trauma.
2. Jadilah pendengar yang baik
Bukan hanya orang dewasa saja yang senang untuk didengar, anak mama pun merasa sangat senang jika Mama dapat mendengarkan cerita yang mereka coba untuk utarakan.
As simple as that, right?
Bukan hanya akan mendapatkan informasi yang harus Mama ketahui dari anak, dengan menjadi pendengar yang baik maka Mama juga dapat mempererat hubungan Mama dengannya. Kelak, ia akan dengan senang hati menceritakan segalanya kepada Mama tanpa harus Mama tanyakan.
Dari lansiran laman Psychology Today, Mama dapat memulainya dengan merasakan pengalaman mereka saat Mama melihat wajah, mata, dan postur tubuh anak mama.
Mama bisa mengasah empati somatik yang Mama miliki, yaitu semacam kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan anak mama saat ini
3. Berikan solusi berupa contoh yang mudah dipahami
Setelah mengatahui dengan detail mengenai penyebab trauma, yang harus Mama lakukan selanjutnya adalah tarik napas, menenangkan diri, lalu berikan solusi terbaik.
Mama dapat memberikan solusi berupa perumpamaan yang mudah dipahami oleh anak, namun tetap dapat menyelesaikan keresahan yang ia rasakan.
Seperti yang dikutip pada laman Psychology Today, Mama bisa membimbing anak mama dalam kegiatan sederhana yang dapat membantu mereka merasa aman, tenang, dan terkendali.
Jangan biarkan mereka tidak paham mengenai apa yang Mama sampaikan. Untuk memastikannya, Mama tidak perlu ragu untuk bertanya kepadanya, apakah mereka memahami solusi yang Mama berikan atau tidak.
Editors' Pick
4. Ajarkan Si Anak untuk berani mengambil tindakan
Tidak cukup jika Mama hanya memberikan solusi kepada si Anak karena terkadang mereka hanya memahaminya namun takut untuk melakukannya. Maka dari itu, ajarkan mereka untuk berani mengambil tindakan!
Dijelaskan di laman Psychology Today, Mama perlu mengajarkan mereka untuk berani dan tidak terjebak dalam ketakutan. Salah satunya adalah dengan fokus pada dirinya saat ini dan tidak boleh terus-menerus melihat ke masa lalu yang menakutkan.
Jika mereka mau, mereka bisa membekali diri dengan belajar ilmu bela diri atau menambah kepercayaan diri dengan kursus kepribadian.
5. Dorong si Anak untuk berani bicara
Kebanyakan orangtua kita terdahulu mengajarkan untuk tidak mudah berbicara atau mengungkapkan pendapat kepada orang lain dikarenakan alasan sopan santun. Namun hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar.
Berani untuk mengungkapkan pendapat merupakan hal yang tepat untuk Mama ajarkan kepada si Anak apalagi pada generasi millenial seperti ini. Namun Mama juga harus pastikan bahwa ia dapat menyampaikan pendapatnya secara sopan dan tidak menyakiti hati orang lain.
Terkait dengan peristiwa traumatis, seperti yang dikutip dari helpguide.org, seorang anak mungkin akan lebih mudah mengungkapkan perasaannya melalui gambar daripada membicarakannya. Mama kemudian bisa berbicara dengan anak mama tentang apa yang telah mereka gambarkan.
Biarkan mereka berekspresi ya, Ma!
6. Alihkan perhatiannya dengan hobi positif
Seperti yang dilansir dari laman helpguide.org, aktivitas fisik yang dapat membakar adrenalin dan meningkatkan endorfin untuk membangkitkan mood, dapat membantu anak mama pulih dari trauma yang ia rasakan.
Tawarkan mereka untuk berpartisipasi dalam olahraga, atau aktivitas fisik dengan teman-temannya.
Jika mereka tampak resisten untuk tidak turut serta, Mama masih bisa melakukannya berdua degan anak mama di rumah yaitu dengan memainkan musik favoritnya dan berdansa bersama. Begitu anak-anak mulai bergerak, mereka mulai merasa lebih energik.
Musik dan gerak, sangat baik untuk menghalau trauma.
7. Bicarakan masalah anak kepada pihak terkait
Setelah tahu dimana, bagaimana, dan oleh siapa trauma anak terjadi, cobalah bantu dirinya untuk memutus rantai trauma itu. Jika pelakunya ada di lingkungan sekolah, segera bicarakan dengan kepala sekolah atau guru kelas agar mereka bisa membantu Mama mengambil tindakan yang tepat.
Jika trauma terjadi di lingkungan rumah atau tempat lain, bicarakan dengan pihak berwenang. Tunjukan usaha Mama untuk membela si Anak agar ia tahu bahwa banyak pihak mendukungnya untuk pulih dari trauma.
Dukungan dari lingkungan ini sangat penting untuk membuat mereka tenang dan berusaha lebih baik untuk sembuh dari ketakutannya.
8. Jika perlu, kunjungi psikolog anak
Mengunjungi psikolog atau psikiater anak merupakan cara terakhir yang bisa Mama lakukan untuk memulihkan trauma yang si Anak rasakan.
Walaupun Mama sudah berusaha sebaik mungkin untuk memulihkan trauma, namun jika hal tersebut masih belum bisa menghapus traumanya maka akan lebih baik jika Mama segera membawa anak ke ahli yang lebih baik memberikan penanganan yang tepat.
Jangan terlambat memutuskan agar masa depan anak menjadi lebih baik.
Nah, dari semua langkah yang direkomendasikan oleh Popmama.com ini, Mama harus pastikan dulu ya bahwa langkah-langkah tersebut sudah dilakukan secara runtut dan bertahap.
Pastikan perkembangan kondisi si Anak. Semangat terus ya Ma!
Baca juga:
- Jangan Salah, Ini Arti 25 Emoji yang Sering Dipakai Remaja saat Chat
- 10 Cara Mencegah Remaja agar Tak Menjadi Pelaku Cyberbullying
- Banyak Rahasia, 5 Zodiak Remaja yang Sangat Menjaga Privasinya