Tak Disadari, Mama Sering Melakukan 4 Hal yang Berakibat Buruk ke Anak
Ternyata melakukan 4 hal ini justru akan merusak anak
3 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, Mama selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Bagaimana pun caranya, Mama pasti mengusahakannya.
Namun perlu diwaspadai, niat baik Mama bisa berefek buruk kepada anak. Misalnya, Mama ingin membuat anak menjadi nyaman, alih-alih memintanya untuk membantu di rumah, Mama membiarkannya santai.
Orangtua tentu tidak ingin melihat anaknya terluka, frustasi, atau sedih. Tetapi perlu diketahui, pengalaman-pengalaman yang tidak mengenakkan justru akan membentuk anak.
Ketika anak bertransisi menjadi orang dewasa, dunianya tidak lagi berwarna-warni pelangi. Proses transisi ini akan menjadi mudah bila Mama mempersiapkannya dengan baik, bukan “menyuapinya”.
Apa saja 4 kesalahan utama yang membahayakan anak? Popmama.com mengulasnya untuk Mama.
1. Membuat alasan untuk anak agar terhindar dari tanggung jawab
Anak perlu belajar bahwa hidup ini penuh dengan konsekuensi. Sebagai orang dewasa, Mama tentu sudah mengetahuinya. Misalnya jika Mama tidak melakukan pekerjaan, maka beberapa hal akan terbengkalai. Hal yang sama berlaku untuk anak-anak. Jika mereka lupa atau tidak mengerjakan PR, mereka akan menerima nilai buruk atau hukuman dari guru.
Jangan kirim email ke guru anak untuk meminta pengecualian atau perpanjangan waktu. Sebaiknya Mama juga tidak mengarang cerita tentang mengapa anak tidak sempat mengerjakan PR. Ini malah akan mengajarkan anak bahwa jika mereka mengendurkan tanggung jawab mereka, mereka akan tetap memetik hasil seolah-olah mereka telah menyelesaikan pekerjaan mereka.
Dunia nyata tidak bekerja seperti ini. Atasan tidak akan menerima email atau panggilan telepon dari Mama yang menjelaskan mengapa anak malas bekerja.
Tentu sulit sebagai orangtua untuk melihat anak tidak bahagia, tetapi saat itu ketidakbahagiaan mengajarkan pelajaran berharga yang berguna untuknya kelak.
Editors' Pick
2. Melakukan segalanya untuk anak
"Bisakan Mama mencucikan piring ini?”
"Maukah Mama menyiapkan pelajaran untuk besok?”
Mengajari anak untuk melakukan hal yang sederhana ini akan membantu anak di sekolah juga mengajarkan tanggung jawab.
Apa yang salah dengan menghemat waktu di pagi hari dan menyiapkan tasnya untuk dibawa ke sekolah? Anak tidak akan tahu apa yang ada di dalam tas atau di mana semua perlengkapan sekolah disimpan. Anak akan berpikir kalau tas mereka seperti tas Mary Poppins dan apa pun yang mereka butuhkan akan muncul secara ajaib.
Biarkan anak mengepak ranselnya sendiri. Anak akan memperhatikan apa yang mereka butuhkan dan belajar soal tanggung jawab persiapan. Ini juga berlaku untuk asisten rumah tangga yang selalu menuruti dan melayani anak, tanpa disadari, justru akan merusak anak.
Yuk, pelan-pelan ajari anak untuk menjadi lebih mandiri dan mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
3. Tetap mendapatkan hadiah walau tidak menang atau juara
Tidak semua orang berhak mendapatkan piala atau hadiah. Piala, medali, dan pita adalah hadiah dan seorang anak harus merasa bangga memperolehnya.
Mama yang bekerja mungkin mendapatkan kenaikan gaji dan promosi melalui kerja keras. Atau mungkin rekan kerja mendapatkan posisi yang Mama minati, jadi Mama memutuskan untuk bekerja lebih keras saat ada kesempatan.
Anak-anak juga belajar soal ini. Kerja keras menghasilkan pengakuan dan penghargaan. Menyedihkan melihat anak menangis karena mereka tidak menang. Namun di balik itu ada pelajaran berharga dan kesempatan untuk mengembangkan rencana untuk menjadi lebih baik.
4. Mengantarkan bekal anak di jam istirahat
Tentu sangat menyenangkan untuk makan bersama anak. Namun bukan berarti Mama harus ke sekolah setiap jam istirahat, membawakan bekalnya, dan makan bersama. Jika seorang anak lapar, maka mereka akan makan sendiri. Mengajari anak bahwa mereka mendapatkan makanan yang berbeda dengan temannya setiap hari malah akan menimbulkan iri hati dan menyusahkan anak dalam bergaul.
Jika anak SD iri, biasanya akan mempermasalahkan soal keadilan. Temannya mungkin akan merasa tidak adil kalau anak Mama mendapatkan burger, sedangkan dia harus menghabiskan sayuran.
Hal terbaik yang dapat Mama lakukan untuk anak adalah membiarkan mereka menjadi anak-anak. Biarkan mereka membuat kesalahan dan kemudian berbicara dengan mereka tentang pelajaran yang dipetik dan bagaimana mereka dapat melakukan yang lebih baik lain kali.
Biarkan mereka gagal dan dorong mereka untuk bangun dan mencoba lagi. Biarkan mereka merasakan konsekuensi dan kesedihan yang bersifat sementara. Aneh rasanya jika Mama, saat anak kuliah, mengirimkan email ke dosen dan menjelaskan kenapa anak tidak mengerjakan tugasnya.
Selamat mencoba.
Baca juga:
- 6 Fakta Tentang Mengasuh Anak Menjelang Remaja
- Ingin Punya Anak Berjiwa Petualang? Lakukan 5 Tips Ini
- Anak Suka Berbohong? Ini 7 Tips untuk Menghentikan Kebiasaan Buruknya