Ketika anak tumbuh dan menjadi dewasa, orangtua dapat menumbuhkan kemandirian dengan membiarkan anak-anak membuat pilihan, belajar dari mereka, membuat koreksi tentang ekstrakurikuler yang diperlukan.
Anak juga perlu merasakan kegagalan dan kesuksesan, ini semua dapat mengembangkan ketahanan yang mereka butuhkan untuk mengatasi setiap tantangan dan hambatan hidup. Seperti yang dikatakan dalam Kutipan Buddha, “Jatuh tujuh kali, bangun delapan kali.”
Seiring dengan bertambahnya umur, anak harus diajar mengenai kemandirian. Rasanya aneh jika kelak saat anak kuliah nanti, ia masih bergantung dengan orangtua untuk mengurus segala keperluan sekolahnya.
Tidak ada kata “terlalu dini” untuk mengajarkan kemandirian. Mama bisa mulai dari sekarang, mengajarkan beberapa hal sesuai umurnya.
Beberapa orangtua mungkin ada yang menyuruh anak keluar sebagai bentuk hukuman atau karena anak merengek. Alih-alih menggunakan waktu di luar sebagai bentuk hukuman, berkreasilah.
Perlihatkan kepada anak bagaimana Mama membuat rumah burung dari kotak susu bekas. Atau, bermain peta harta karun pun bisa dilakukan di luar rumah. Ada banyak sekali hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak di luar rumah.
Jika Mama takut karena sekarang masa pandemi, pakaikan masker dan biarkan anak bermain di sekitar halaman rumah.
2. Bertanya kepada anak, mendorongnya berdiskusi agar anak mengeluarkan pendapat
Freepik/bearfotos
Minta anak untuk mengidentifikasikan satu hal yang belum pernah mereka lakukan. Kemudian dorong dan minta mereka untuk mencobanya.
Rencanakan bagaimana, kapan, dan amati saat mereka mencoba. Jangan memberikan komentar yang dapat menjatuhkan mental anak ya, Ma.
Setelah Mama bertanya, Mama harus mengizinkan anak, tentu dengan pengawasan dan bantuan Mama jika diperlukan. Tanpa disadari, seringkali orangtua menciptakan gunung-gunung ketakutan di sekitar anak.
Dengan meminta anak mencoba hal yang baru dan memulai dari hal kecil, ini membuat anak belajar dan tentu saja, meningkatkan rasa percaya diri mereka.
3. Menceritakan tentang kesuksesan orang lain agar anak terinspirasi
Rawpixel/Teddy Rawpixel
Ketika kita melihat ke orang lain, ke kisah masa kecil kita sendiri dan kisah sukses dari anak-anak lain, menjadi lebih mudah untuk menempatkan semuanya dalam perspektif.
Misalnya, Ringo Starr, salah satu personil The Beatles, sakit kronis sejak kecil dan tidak pernah menyelesaikan sekolah, bahkan dia menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit. Ia menemukan bakatnya ketika mengetuk-ngetuk tongkat di rumah sakit.
Mama dapat menjelaskan kepada anak, bahwa dalam keadaan sulit pun mereka tetap bisa berusaha.
Editors' Pick
4. Ungkapkan ketakutan dan kekhawatiran Mama agar anak memahami perasaan orang lain
Freepik/Rawpixel-com
Orangtua tentu ingin selalu melindungi anaknya dan tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anak. Selain itu, mereka pun ingin anak berkembang. Bagaimana mengatasi ketakutan orangtua namun juga tetap mendukung anak?
Setelah anak memilih suatu kegiatan, akan sangat membantu untuk menuliskan ketakutan yang miliki. Setelah Mama melakukan ini, Mama dapat merencanakan bagaimana Mama akan merespon jika ketakutan terburuk Mama benar-benar terwujud.
5. Kumpulkan fakta tentang kekhawatiran dan bicarakan solusinya dengan anak
Freepik
Setelah menuliskan ketakutan atau kekhawatiran, dapatkan faktanya. Jika Mama takut akan penculikan, cari tahu statistik yang sebenarnya dan kemudian rencanakan dengan tepat. Kumpulkan fakta dan Mama dapat membuat pertimbangan serta rencana dari fakta tersebut.
Temukan cara lain untuk menciptakan pengalaman yang sama melalui perencanaan dan alternatif yang ada.
Dengan cara ini Mama bisa lebih mengenal anak sekaligus menjadi cara melatih anak lebih mandiri.
6. Beranikan diri melepaskan anak melakukan kegiatannya
Marcelo Santos/Getty Images via money.com
Mama mungkin merasa berat untuk melepaskan anak untuk pertama kalinya. Langkah pertama selalu berat, Ma. Inilah saatnya orangtua belajar untuk mengembangkan kebiasaan untuk melepaskan.
Mama dapat mencoba mengendalikan hasil dan arah anak ketika mereka masih muda. Namun tetapi ketika anak beranjak dewasa, mereka belajar dan berlatih tetap bertahan dan pulih dari kegagalan.
Jika orangtua menghambat kemajuan mereka atau terlalu melindungi, baik orangtua atau anak tidak akan siap dengan apa yang akan diberikan oleh dunia.
7. Berlatih, berlatih, dan berlatih menghadapi tantangan
Pixabay/khamkhor
Agar anak dapat mengalami dan memahami makna serta mengembangkan daya tahan dari tantangan, pasang surut, rasa sakit yang ditemukan seiring dengan semua pembelajaran, anak-anak akan membutuhkan banyak waktu latihan.
Dan sebagai orangtua, Mama memiliki tugas untuk berlatih melangkah keluar dari jalan dan mempercayai anak-anak kita. Jangan takut akan kegagalan, teruslah mencoba.
8. Mengawasi dan melacak hasil usaha anak
Freepik/pressfoto
Ketika orangtua melacak upaya dan hasil, menjadi sangat jelas bahwa seiring waktu, tugas "sederhana" ini bertambah.
Ini dapat menambah motivasi anak, dengan melihat hasilnya dan mengetahui bahwa anak mendapat manfaat dari berusaha sendiri.
Serta menunjukkan kepada anak bahwa Mama memiliki keyakinan pada kemampuan mereka untuk menangani hal-hal baru dan mengatasi kegagalan.
Itulah cara melatih anak untuk lebih mandiri. Setelah Mama melihat ada suatu kemajuan, rayakanlah!