Wajib Tahu, 6 Keterampilan yang Paling Dibutuhkan Anak di Masa Depan
Ternyata, selain pendidikan, ada keterampilan lain yang penting bagi anak, Ma!
17 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, Mama tentu menyadari pentingnya menyiapkan anak agar sukses di dunia yang kompetitif ini. Namun tahukah Mama bahwa selain pendidikan, ada keterampilan yang harus dimiliki oleh anak untuk masa depannya?
Ada 6 keterampilan yang paling dibutuhkan untuk masa depan anak. Mama dapat memastikan anak memilikinya sehingga siap menjalani masa depannya.
Simak ulasan Popmama.com mengenai 6 keterampilan yang paling dibutuhkan anak di masa depan.
1. Fokus
Menurut penulis buku self-help Deep Human, Crystal Lim-Lange dan Dr. Greg Lim-Lange, masalah nomor 1 yang mereka hadapi dengan anak muda saat ini adalah gangguan.
"Anak muda terlalu terganggu untuk dapat mencapai apa yang sebenarnya ingin mereka capai dalam hidup. Mereka tidak memiliki fokus dan mereka berbicara kepada kami tentang ada terlalu banyak pilihan di masa depan pekerjaan," kata Crystal.
Karena itu, penting bagi kaum muda untuk memiliki sejumlah fokus pada apa yang mereka inginkan sehingga mereka tidak terpengaruh oleh gangguan.
Beberapa latihan fokus yang dapat Mama coba dengan anak adalah permainan seperti teka-teki silang dan Uno.
2. Kesadaran diri
Kesadaran diri pada dasarnya adalah mengetahui informasi tentang diri sendiri. Ini termasuk suka, tidak suka, atau minat. Tapi tentu saja, ini tidak semudah itu. Crystal dan Greg memperhatikan selama lokakarya mereka dengan mahasiswa di Singapura bahwa mereka sering tidak tahu masalah apa di dunia yang ingin mereka selesaikan.
Ini adalah masalah karena tidak memiliki pemahaman tentang kekuatan, preferensi, perilaku, pikiran, dan emosi diri sendiri dapat mengarah pada pilihan hidup yang buruk. Pengusaha selalu menghargai kejelasan pada karyawan mereka. Tidak ada yang suka orang yang bingung atau labil.
Untuk membangun kesadaran diri pada anak, biarkan mereka melakukan kegiatan baru dan dorong mereka untuk mencoba hal-hal baru. Seperti mencoba kelas berenang hingga kelas drama.
Editors' Pick
3. Empati
Empati adalah bagaimana seseorang dapat terhubung secara mendalam dengan manusia lain tanpa merasa cemas atau takut dihakimi. Meskipun bergerak ke era di mana semuanya serba otomatis, masyarakat membutuhkan interaksi dan kontak antar manusia. Misalnya, membeli makanan dari robot mungkin tampak keren tetapi tidak ada yang mengalahkan layanan pelanggan ramah dimana pembeli berinteraksi dengan penjual.
Demikian pula di lingkungan kerja, tidak peduli berapa banyak kita mengotomatisasi, akan selalu ada kebutuhan untuk koneksi manusia. Bahkan, mungkin akan ada kebutuhan yang lebih besar untuk menampilkan kemanusiaan di tengah-tengah robot dan kecerdasan buatan.
Orangtua dapat menumbuhkan empati pada anak dengan menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka untuk berbicara dengan orangtua tentang apa saja dan juga tidak takut untuk menyampaikan emosi yang dirasakan.
4. Kesadaran penuh
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 47 persen dari waktu otak manusia terpusat pada sesuatu yang terjadi di masa lalu atau berada di masa depan. Ini menyebabkan kita tidak dapat menikmati apa yang dimiliki saat ini. Cara untuk mengoptimalkan otak adalah dengan belajar bagaimana mengendalikan perhatian sehingga anak dapat memusatkan perhatian pada apa yang terjadi di sini sekarang.
Memiliki perhatian membantu fokus, produktivitas, dan hubungan anak dengan orang lain karena mereka merasa dilihat dan didengar. Selain itu, ini juga bagus untuk kesehatan mental anak karena ini membantu untuk mengatur emosi yang sulit.
Untuk mengajarkannya kepada anak, cobalah beberapa latihan meditasi ringan atau mainkan permainan seperti berbagi pelukan 3 napas.
5. Literasi emosional
Literasi emosional adalah memiliki kapasitas untuk dapat mengidentifikasi emosi. Ini bisa berkisar dari emosi yang mudah seperti kemarahan hingga yang lebih rumit seperti cinta atau keputusasaan.
Crystal dan Greg selama lokakarya mereka di Singapura juga memperhatikan bahwa ada kekurangan literasi emosional pada generasi berikutnya. "Tiga tanggapan teratas yang kami dapatkan ketika kami bertanya kepada siswa bagaimana perasaan mereka normal, tidak ada apa-apa atau mengantuk," kenang Greg.
Tidak mengetahui emosi membuat sulit untuk terhubung dengan orang lain pada tingkat emosional. Seseorang mungkin juga menjadi robot. Di tempat kerja, memiliki literasi emosional memungkinkan seseorang untuk membuat koneksi yang mendalam dengan kolega dan klien. Ini adalah soft skill yang sangat penting.
Mama dapat mengembangkan literasi emosional pada anak hanya dengan membiarkan mereka mengekspresikan diri mereka secara bebas, dan dengan berbagi tentang emosi-emosi sulit yang dihadapi oleh Mama.
6. Kreativitas
Kreativitas selalu ditandai sebagai keterampilan masa depan. Menurut Linkedin Learning, kreativitas adalah keterampilan kedua yang paling diminati di tempat kerja tepat di belakang komputasi awan. Ini karena saat kita menjelajah ke abad yang otomatis, pekerjaan biasa dan yang berhubungan dengan admin akan diambil alih oleh kecerdasan buatan.
Ini membuat kita, manusia, untuk menghasilkan pekerjaan yang membutuhkan pikiran kreatif kita. Misalnya, perusahaan perangkat lunak sudah memiliki komputer yang dapat menulis kode untuk mereka, yang sebenarnya mereka inginkan adalah seseorang yang dapat membuat perangkat lunak baru untuk memperbaiki masalah lama. Pada dasarnya, ini semua tentang pemecahan masalah secara kreatif.
Orangtua dapat menumbuhkan kreativitas pada anak dengan melakukan proyek-proyek kecil bersama mereka di mana mereka dapat menemukan solusi. Mama juga harus mendorong anak untuk datang dengan ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah.
Cara terbaik untuk dapat mendorong keterampilan ini adalah dengan mempraktikkannya sendiri karena pada akhirnya Mama adalah panutan terbesar bagi anak.
Yuk, dicoba!
Baca juga:
- Mindfulness, Teknik Berpikir yang Perlu Diajarkan Kepada Anak
- 5 Cara Membuat Percakapan Sulit dengan Anak Jadi Lebih Mudah
- Fakta Tantrum pada Anak, Bisa Jadi Tanda Ia Kurang Lelah Beraktivitas