4 Tips untuk Mengatasi Emotional Eating pada Anak
Waspada jika anak mencari makanan setiap kali ia kesal, Ma
7 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika anak mengalami hari yang buruk di sekolah, mereka menghadapinya dengan melahap sepotong ayam goreng tambahan, es krim, atau merogoh sekantong keripik. Hati-hati, Ma. Bisa jadi anak mengalami emotional eating.
Makanan mungkin bisa menenangkan pikiran anak dan melepaskan stres sejenak. Makan saat emosi bisa membuat jumlah makanan yang dimakan tidak terkontrol dan menyebabkan kenaikan berat badan.
Jika hal ini dibiarkan terus, anak dapat mengalami obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Alih-alih menyelesaikan masalahnya, anak mencari penghiburan pada makanan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan Mama untuk membantu anak mengatasi masalah ini.
Popmama.com mengulas emotional eating pada anak untuk Mama.
Apa Itu Emotional Eating?
Emotional eating terjadi ketika anak menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi emosi, bukan makan karena lapar. Saat Anak sedang marah, sedih, stres, anak mencari makanan untuk menghilangkan rasa kesal atau sedih tersebut. Baginya, makanan dapat mengalihkan perhatian, alih-alih menyelesaikan masalah.
Tubuh mengalami peningkatan hormon kortisol sebagai respon dari stres. Sehingga tubuh mengalami peningkatan nafsu makan sebagai upaya tubuh dalam menyediakan energi yang dibutuhkan untuk merespon stres. Sehingga akhirnya anak mencari makanan.
Banyak penyakit yang mengintai jika hal ini tidak segera diatasi.
Berikut 4 tips untuk membantu Mama dan keluarga mengatasi emotional eating:
Editors' Pick
1. Menyediakan makanan yang sehat di rumah
Mulailah dengan yang sudah jelas: jika tidak ada junk food di rumah, anak tidak bisa makan berlebihan. Sebaliknya, simpan makanan yang tidak diproses, rendah kalori, rendah lemak seperti buah-buahan dan sayuran segar. Dan ingat, kebiasaan makan sehat harus dilakukan oleh seluruh keluarga. Beri contoh yang baik untuk anak kalau Mama juga mengonsumsi dan menikmati makanan yang sehat.
2. Cari tahu apa yang memicu emotional eating
Ajar anak untuk bertanya pada dirinya sendiri setiap mengambil cemilan "Mengapa saya menginginkan permen ini? Apakah saya benar-benar lapar?" Jika tidak, coba cari tahu emosi apa yang ia rasakan. Apakah anak stres, marah, bosan, takut, sedih, kesepian? Buku harian makanan, catatan tertulis tentang apa, berapa banyak, dan kapan dimakan, dapat membantu anak dan Mama melihat pola bagaimana suasana hati memengaruhi apa yang anak pilih untuk dimakan.
Periksa juga bagaimana perasaan anak. Jika Mama menyadari masalah sosial dan emosional yang mereka hadapi, itu akan membantu Mama membimbing mereka untuk membuat pilihan yang lebih baik ketika berhadapan dengan emosi mereka tanpa makan. Cari tahu apa yang terjadi dalam kehidupan pribadi mereka. Tanyakan tentang sekolah, teman, dan bagaimana perasaan mereka. Apakah mereka merasa baik atau buruk tentang sekolah atau rumah.
Temukan cara yang sehat untuk mengatasi stres. Anak dapat mencoba menarik napas dalam-dalam, berjalan-jalan, atau mendengarkan musik. Bila Mama masih belum berhasil mengatasinya, cari bantuan profesional atau konseling.
3. Temukan alternatif selain makanan
Begitu Mama mengetahui mengapa makanan membuat anak merasa lebih baik, ajarkan anak untuk memunculkan perilaku alternatif yang bisa mengatasi emosi, alih-alih melarikan diri ke makanan.
Apakah anak merasa frustasi karena tidak bisa mengerjakan ujian? Berjalan-jalanlah di sekitar rumah. Terluka oleh komentar teman sekelas? Ajak anak untuk berolahraga untuk menyalurkan rasa kesalnya. Selain itu, diskusikan dengan anak untuk mencari solusi atas komentar temannya. Bosan? Alihkan perhatian anak dengan permainan.
Biarkan anak untuk sesekali menikmati cemilan kesukaannya. Mama bisa menyediakannya di piring kecil alih-alih memberikan sekantong penuh cemilan.
Pertahankan fokus pada kesenangan dan perasaan senang sehingga kebiasaan baru yang lebih sehat lebih mudah diadopsi.
4. Rayakan kesuksesan
Fokus pada perubahan positif yang telah buat, selangkah demi selangkah. Anak akan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan dorongan daripada dengan kritik keras.
Misalnya, pujilah anak ketika ia hanya mengeluarkan satu kue dari kotak alih-alih langsung makan dari kotaknya.
Itulah cara membuat anak mengatasi emotional eating pada anak. Yuk, mulai hidup sehat dari sekarang!
Baca juga:
- 6 Hal Sederhana ini Dapat Membangun Kebiasaan Makan Sehat. Penasaran?
- Segera Bertindak! Begini Tandanya Jika Anak Mengalami Serangan Panik
- 6 Fakta Tentang Mengasuh Anak Menjelang Remaja