IDAI Ungkap Penyebab 1 dari 5 Anak Indonesia Berpotensi Gagal Ginjal

Sebelumnya, viral di media sosial video anak-anak padati RSCM Jakarta untuk cuci darah

28 Juli 2024

IDAI Ungkap Penyebab 1 dari 5 Anak Indonesia Berpotensi Gagal Ginjal
Freepik/DCStudio
Ilustrasi

Baru-baru ini, media sosial ramai dengan berita tentang banyaknya anak yang padati Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk menjalani cuci darah. Fenomena ini tentu tidak hanya mengejutkan, tetapi juga mengundang banyak pertanyaan dari masyarakat luas.

Salah satunya yaitu pertanyaan apa penyebab anak bisa mengalami penyakit kronis tersebut. Menanggapi situasi ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membuka suara untuk mengungkapkan akar permasalahan yang terjadi. Selain itu, IDAI juga sudah melakukan survei bahwa anak Indonesia berusia 12 sampai 18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal.

Seperti apa alasan yang membuat banyak anak di Indonesia mengalami penyakit mengerikan ini? Yuk simak rangkuman dari Popmama.com tentang IDAI ungkap penyebab 1 dari 5 anak Indonesia berpotensi gagal ginjal.

Editors' Pick

1. Fakta penting tentang gagal ginjal kronis pada anak-anak di Indonesia

1. Fakta penting tentang gagal ginjal kronis anak-anak Indonesia
Pexels/MART PRODUCTION

Warganet sempat dibuat heboh oleh video yang beredar di media sosial X. Video ini memperlihatkan bahwa RSCM Jakarta dipenuhi oleh pasien anak-anak untuk melakukan cuci darah.

Mereka dibuat bingung dan merasa tidak tega melihat anak-anak yang masih muda sudah harus menjalani cuci darah. Mengutip dari laman IDAI, penyakit ginjal kronis merupakan pemicu anak harus menjalani cuci darah atau hemodialisis.

Penyakit ginjal kronis adalah kondisi di mana ginjal tidak berfungsi dengan baik untuk waktu yang lama. Jika seorang anak mengalami penyakit ini, ginjalnya mungkin tidak bisa membersihkan darahnya dengan baik. Ini bisa membuatnya harus menjalani cuci darah atau hemodialisis.

2. IDAI menjelaskan penyebab anak-anak Indonesia berisiko gagal ginjal

2. IDAI menjelaskan penyebab anak-anak Indonesia berisiko gagal ginjal
Freepik/DCStudio

Fenomena banyaknya anak yang melakukan cuci darah di RSCM juga turut mendapatkan tanggapan dari IDAI. Menurut dr. Piprim Basarah Yanuarso, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar satu dari lima anak Indonesia berusia 12-18 tahun memiliki risiko mengalami kerusakan ginjal.

Ternyata, hal ini disebabkan oleh gaya hidup anak yang tidak sehat. IDAI pun juga melakukan survei dan menemukan bahwa sejumlah anak remaja dalam rentang usia tersebut mengalami hematuria dan proteinuria, yang menandakan adanya darah dan protein dalam urine mereka.

"Salah satu pakar ginjal dari IDAI melakukan survei pada anak-anak remaja usia 12-18 tahun. Ternyata, dari lima anak remaja yang diperiksa urinenya, satu di antaranya memiliki hematuria dan proteinuria," ujar dr. Piprim.

Menurutnya, temuan ini merupakan tanda awal kerusakan ginjal yang menunjukkan bahwa gaya hidup anak-anak di usia tersebut sangat perlu diperhatikan, termasuk pola makan, aktivitas fisik yang kurang, kebiasaan begadang, dan kurangnya olahraga.

Sementara menurut Tony Richard Samosir, Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), masalah ini disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan di daerah.

Ternyata, Indonesia hanya memiliki 14 rumah sakit yang melayani poli ginjal anak, dengan RSCM sebagai salah satu pusat rujukan nasional. Tony menekankan bahwa tidak semua rumah sakit mampu menyediakan layanan cuci darah bagi anak.

Selain itu, Tony juga menyebut bahwa jumlah dokter spesialis ginjal anak di Indonesia masih terbatas, hanya ada 32 dokter yang tersebar di beberapa kota besar.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa negara belum sepenuhnya siap dalam pengembangan fasilitas kesehatan terkait penyakit ginjal, yang menurutnya perlu mendapat perhatian serius.

3. Cara mengatasi tingginya kasus gagal ginjal dan diabetes pada anak

3. Cara mengatasi tinggi kasus gagal ginjal diabetes anak
Freepik/sewcream

Meningkatnya kasus diabetes tipe 1 pada anak-anak di Indonesia, yang mencatat lonjakan sebesar 70% antara tahun 2010 hingga 2023, menyoroti pentingnya pola makan sehat dalam mencegah penyakit ini.

Konsumsi makanan manis yang berlebihan menjadi faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan kasus diabetes pada anak-anak. Di samping itu, masalah obesitas juga turut meningkatkan risiko terkena diabetes pada mereka.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan kepada orang tua untuk lebih memperhatikan pola makan, aktivitas fisik, dan waktu tidur anak-anak mereka. Langkah-langkah ini penting dalam mencegah tidak hanya diabetes, tetapi juga masalah kesehatan lainnya.

Selain itu, dr. Piprim juga menyarankan orangtua untuk memberi tahu anaknya agar minum air putih yang cukup dan mengurangi gula.

“Ketiga kurangi gula. Bukan hanya gula putih, tapi berbagai pemanis yang ada di minuman soft drink kita. Kalau kita masuk minimarket mungkin ada 100 macam minuman manis, ini nanti bisa ke obesitas, diabetes, dan ginjal,” tutupnya.

Itu dia informasi tentang IDAI ungkap penyebab 1 dari 5 anak Indonesia berpotensi gagal ginjal. Semoga kedepannya Mama bisa menerapkan dan mencontohkan anak untuk hidup sehat, ya.

Baca juga:

The Latest