7 Cara Tepat Menghadapi Anak yang Terlalu Narsis
Nomor 7 benar banget!
18 Januari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak remaja yang penuh percaya diri memang menyenangkan. Mama pasti bangga memiliki anak seperti itu.
Namun bagaimana jika anak terlampau percaya diri hingga sering disebut ‘narsis’ oleh teman-temannya? Duh, itu pasti tidak baik ya, Ma.
Sebelum membahas ini lebih lanjut, Mama perlu mengerti definisi narsisme terlebih dahulu nih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narsisme adalah hal atau keadaan mencintai diri sendiri secara berlebihan. Namun agar lebih singkat, orang Indonesia sering menyingkat penggunaan kata narsisme menjadi narsis saja.
Nah, begitulah remaja narsis, ia terlalu mencintai dirinya sendiri hingga merasa kalau ia harus selalu menjadi pusat perhatian.
Menurut Verywell Family, remaja dengan gangguan kepribadian narsisme kesulitan untuk memiliki hubungan yang sehat dengan orang di sekitarnya. Tak hanya itu dampaknya, pendidikan dan dunia pekerjaannya juga kelak akan terganggu.
Walau sepertinya mengkhawatirkan, namun masalah ini ternyata normal terjadi pada remaja lho, Ma. Artikel itu menyebutkan setidaknya 6 persen populasi orang dewasa mengalami narsisme, namun biasanya memang jarang terdiagnosis sebelum usia 18 tahun.
Tapi sebelum terdiagnosis, sebenarnya saat remaja mereka sudah menunjukkan gejala-gejala narsisme, salah satunya ingin selalu jadi pusat perhatian.
Jika anak Mama salah satu remaja yang mengalami narsisme, maka inilah 7 cara tepat menghadapi mereka.
1. Bangun empati
Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain atau kelompok lain.
Empati lebih sering diajarkan pada balita atau anak usia sekolah dasar. Padahal, kebanyakan anak remaja juga masih perlu diajarkan atau diingatkan kembali akan sikap baik yang satu ini lho, Ma.
Berikan pertanyaan seperti, “Menurut kamu, bagaimana perasaan temanmu jika kamu tiba-tiba membatalkan janji dengannya?”
Dalam kesempatan lain, tanyakan juga hal sederhana seperti, “Menurut kamu, bagaimana rasanya jika kamu terlahir di keluarga kurang mampu seperti keluarga itu?”
Pertanyaan-pertanyaan tentang perasaan orang lain seperti dua contoh di atas akan mengingatkan anak Mama untuk bisa berempati pada orang atau kelompok lain.
2. Ajarkan tanggung jawab
Salah satu cara terbaik untuk mengatasi narsisme pada anak adalah membuatnya bertanggung jawab pada sikap, pilihan, dan keputusan yang ia buat.
Tidak perlu membenarkan semua kesalahan yang ia buat, dan jangan coba untuk selalu membantunya setiap kali ia gagal.
Biarkan pengalaman-pengalaman itu menstimulasi kemampuannya untuk bertanggung jawab. Jika ia merusak suatu barang, misalnya ponsel, maka sebaiknya jangan dibelikan lagi, melainkan buat ia mampu untuk membeli lagi ponsel sendiri.
Cara seperti itu bisa membantunya menguasai kemampuan menyelesaikan masalah. Maka Mama tidak perlu menyelesaikan masalah anak, tetapi bantu ia menyelesaikan masalahnya sendiri.