10 Cara Membuat Anak yang Beranjak Remaja, Menjadi Sahabat Mama
Lelah menghadapi si Anak Perempuan yang selalu membantah atau tak mau diatur? Ini solusinya, Ma
9 April 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada usia 12 tahun, tiba-tiba si Anak perempuan kesayangan Mama menjadi moody, drama queen, mementingkan dirinya sendiri, fokus hanya kepada teman-teman dekatnya, selalu menyahut saat diberi tahu, dan diam seribu bahasa saat ditanya.
Tahukah Mama, bahwa di usia ini tubuh si Anak perempuan sedang dibanjiri oleh perkembangan hormon? Otaknya sedang berusaha untuk menyambungkan kembali berbagai hal yang ada di dalam pikirannya. Ia sedang berusaha menemukan jati dirinya sambil menghadapi hal-hal yang ada di sekelilingnya.
Jika Mama merasa kesulitan menghadapi si Anak perempuan, inilah saatnya Mama menerima situasi baru ini dan menyesuaikan diri dalam menghadapinya. Karena, inilah saat paling tepat untuk memperkuat hubungan Mama dengannya, sebelum ia beranjak remaja.
Berikut tips untuk Mama dalam menangani si Anak perempuan, berdasarkan pendapat Dr Laura Markham, seorang psikolog dari Columbia University.
1. Mama juga harus mau berubah
Mama harus ingat bahwa Mama tidak bisa menyamakan cara Mama mendidik si Anak, seperti Mama mendidik anak kecil seperti dulu.
Jika ia menentang Mama, itu artinya Mama harus menyesuaikan gaya didik Mama dan harus lebih sering mendengarkan dia (agar ia juga mau mendengarkan Mama).
2. Fokuslah kepada hubungan Mama dengan si Anak perempuan
Carilah kesempatan untuk selalu dekat dengannya. Peluk dia setiap hari saat hendak pergi ke sekolah, dan juga saat pulang. Lakukan ini sambil bercanda agar ia juga akan melakukan hal yang sama.
Saat hendak tidur, ikut berbaringlah di sisinya dan mengobrollah soal hari yang ia lewati. Di saat menjelang tidur, biasanya anak tidak terbebani dan lebih mau terbuka.
3. Ciptakan waktu bersama
Jadwalkan waktu bersama dengannya, setidaknya sekali seminggu. Entah pergi makan siang, pergi ke salon untuk potong rambut, atau sekadar cuci mata di mal terdekat. Manfaatkan hal ini sebagai waktu untuk dekat dengannya, baik secara fisik maupun lewat obrolan.
Mama tak perlu memaksakan untuk mengobrol secara mendalam. Lebih seringlah untuk mengarkanlah apa yang ia katakan. Jika Mama terlalu sering memberinya nasihat, ia malah merasa Mama tidak mempercayainya. Jadi, berempatilah padanya.
4. Tegaskan waktu tidur yang cukup
Penyebab utama dari sikapnya yang moody adalah kurangnya tidur. Penelitian membuktikan bahwa anak di usia ini setidaknya membutuhkan tidur selama sembilan jam.
Melihat layar ponsel atau tablet sebelum tidur, menyebabkan terjadinya penekanan terhadap hormon melatonin (penyebab kantuk) oleh sinar yang dipancarkan. Sehingga, tubuh menjadi terjaga saat kita hendak terlelap. Mama perlu menekankan aturan tidak menggunakan ponsel di kamar tidur saat malam.
Editors' Pick
5. Batasi penggunaan komputer
Di usia ini, si Anak perempuan akan mulai kehilangan minat akan bermain dengan boneka atau alat permainan lain yang biasanya ia lakukan saat kecil. Banyak dari mereka akan mulai bermain dengan komputer.
Game komputer akan mengubah kerja otak saat kita memainkannya. Dan kita tidak pernah tahu seberapa lama hal itu akan mempengaruhi kita. Si Anak tentunya butuh perhatian Mama agar tidak kecanduan oleh game tersebut.
6. Perhatikan kesukaannya
Apakah ia suka menari, menyanyi, menulis, menggambar, atau berolahraga? Bantu si Anak untuk menemukan kesukaan barunya, dan doronglah ia untuk mendalami hal tersebut.
Yang penting, ini adalah hal yang ia amat sukai, bukan apa yang diinginkan oleh Mama loh ya. Dan Mama perlu ingat, jangan paksa ia untuk tampil di muka umum atau berkompetisi jika ia tak menginginkannya. Biarkan ini menjadi pengalaman menjalani apa yang ia sukai, bukan tentang pencapaiannya.
7. Jangan biarkan si Anak malas bergerak
Olahraga secara teratur memberikan keuntungan yang amat besar bagi tubuh, termasuk menyeimbangkan hormon agar dapat membantu tidur lebih mudah setiap malam.
Aturlah waktu berolahraga sesering mungkin dengan si Anak, Ma. Dan bersiaplah, bisa jadi Mama juga ikut terlibat di dalamnya. Lakukan hal ini agar Mama bisa dekat dengannya dan ikut menjadi sehat.
8. Mengobrolah tentang cinta dan seks
Mama harus ingat, si Anak Perempuan seusia ini haus informasi terkait cinta dan seks. Dan membicarakannya tidak akan membuatnya serta-merta ingin mengalaminya.
Faktanya, riset membuktikan bahwa anak yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan orangtuanya justru akan mencari kasih sayang di tempat yang salah. Berikan pengertian tentang apa yang akan dialami oleh tubuhnya agar ia paham dan tak akan mencari tahu dengan cara lainnya.
9. Jangan masukkan ke hati
Anak perempuan seusia ini biasanya selalu berkata, "Mama gak pernah bisa ngertiin aku!" Mama jangan sampai terpancing oleh hal ini, bahkan oleh kata-kata menyakitkan lain yang keluar dari mulutnya.
Penelitian membuktikan bahwa kata-kata yang dikeluarkannya ini sebenarnya bukan merujuk kepada Mama, tetapi ini terkait hormon dan emosinya yang meledak-ledak, terkait ketakutan dan rasa bimbangnya, dan juga terkait keinginannya untuk menjadi mandiri.
10. Selesaikan dalam kedamaian
Jika si Anak sedang marah kemudian Mama terpancing emosi dan balas memarahinya, saat itulah Mama justru menjauhkan si Anak. Tahan emosi Mama dengan mengatakan hal seperti, "kita sudah sepakat untuk tidak berbicara seperti itu di rumah ini," dan tambahkan, "kenapa kamu marah seperti itu?" dan ajaklah ia untuk mengobrol.
Ingatlah Ma, jika Mama ikut terpancing emosi dengan membentak-bentak, Mama tidak akan bisa mengharapkan si Anak juga akan menyelesaikan masalah dengan tenang.
Tidak ada orangtua yang sempurna. Mama pun pastinya bisa jadi lepas kendali dan mengatakan hal yang bisa jadi Mama sesali saat menghadapi si Anak Perempuan. Namun, jadikan itu sebagai pelajaran dan alat untuk semakin dekat padanya.
Dr Laura mengatakan, bahwa menghadapi anak perempuan berusia 12 tahun seperti mengenakan masker oksigen di atas pesawat. Mama harus mengenakannya terlebih dahulu untuk mengendalikan emosi, karena si Anak justru belum cukup matang untuk mengendalikan emosinya.
Jika kita meninggalkan ia dalam kemarahan, si Anak bisa jadi merasa terluka, salah kaprah dan terasingkan. Namun jika kita bisa mundur sejenak, menarik napas, meminta maaf dan memperhatikannya, kita akan lebih bisa dekat dengan si Anak.
Dengan mencontoh Mama, si Anak bisa melihat bagaimana cara mengendalikan emosi, cara meminta maaf, bagaimana masalah diselesaikan, dan akhirnya, si Anak pun akan lebih percaya dan dekat kepada Mama.
Baca juga: Cara Agar Mama Bisa Mengendalikan Amarah ke Anak