Jadikan Anak Pemimpin di Masa Depan, Bukan Bos! Ini Tips dan Caranya!
Pemimpin lebih baik daripada bos, mengapa? Bagaimana caranya menjadikan anak pemimpin di masa depan?
29 Januari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti pernah mendengar istilah, "Be a leader not a boss". Ya, istilah tersebut sering sekali terdengar di telinga. Mama pasti tidak mau anak mama menjadi pemimpin yang hanya memerintah tanpa melakukan tindakan apapun dan keinginan semua Mama adalah menjadikan anaknya adalah pemimpin yang baik serta mengayomi bawahannya.
Untuk mengetahui lebih dalam, mari kita membahas apa perbedaan pemimpin dan bos. Berikut adalah perbedaan pemimpin dan bos:
Bos adalah orang yang:
- Mendorong pegawai atau bawahannya,
- langsung memberi perintah,
- menuntut dihormati,
- membuat pegawai merasa lebih rendah nilainya,
- menyalahkan orang lain jika terjadi kesalahan,
- melakukan tindakan dengan otoriter dan berpegang pada otoritas semata.
Sedangkan, leader cirinya:
- Mengembangkan orang lain yang bekerja dengannya,
- dalam merencanakan sesuatu, lebih mementingkan diskusi dengan anggota tim,
- tidak mengejar kehormatan namun mendapat rasa hormat,
- membuat anggota tim merasa dihargai,
- mengajak memecahkan masalah bersama-sama,
- bekerja dan mengambil keputusan berdasarkan niat baik.
Setelah mengetahui perbedaan antara leader dan boss, pasti mama ingin anak mama kelak menjadi leader. Maka dari itu Popmama.com memberikan cara untuk membimbing anak menjadi leader yang baik di masa depan. Berikut adalah caranya:
1. Fokus pada kecerdasan emosional anak
Kecerdasan emosional berkaitan dengan seberapa baik anak memahami bagaimana caranya berempati dan bersimpati, dimana itu sangat penting dalam pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki seorang pemimpin. Untuk mengukur skala kecerdasan emosi anak, mama bisa mengambil tes kecerdasan emosional secara online untuk mengetahui kecerdasan emosi anak.
2. Ajari anak untuk menerima kegagalan
Cara ini pasti sulit bagi banyak orangtua. Mama pasti menginginkan yang terbaik bagi anak, sehingga ketika anak gagal pasti merasa kecewa bahkan terkadang memarahi anak. Dengan seperti itu berarti mama tidak menerima kegagalan anak. Bila mama sendiri tak menerimanya apalagi anak.
Maka dari itu, bila anak gagal ajarkanlah dia untuk menerima dan menghadapi kegagalan dengan cara yang sehat dan konstruktif. Misalnya dengan bersikap tenang dan mencoba lebih baik lagi ke depannya. Ingatlah bahwa di setiap kegagalan kita dapat belajar sehingga bisa menuju keberhasilan.
Cara ini dapat menjadikan anak leader yang baik. Salah satu ciri leader adalah dapat menerima kegagalan dan mencoba menyelesaikan kegagalan tersebut bersama-sama, bukan dengan menyalahkan orang lain.