Apa yang Dimaksud dengan Bullying? Berikut ini Penyebab dan Jenisnya

Tidak hanya di sekolah, bullying dapat terjadi di mana saja

20 Juli 2024

Apa Dimaksud Bullying Berikut ini Penyebab Jenisnya
Freepik/rawpixel-com

Bullying merupakan bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan berulang oleh satu orang atau sekelompok orang. Biasanya, bullying bertujuan untuk menyakiti mental dan fisik orang lain. 

Tindakan bullying sendiri merupakan bagian dari perilaku agresi, seperti ejekan, hinaan, dan ancaman yang sangat bertentangan dengan UUD 1945 pasal 28B ayat 2 yang berbunyi,  "Menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi".

Adanya bullying ini tentu merugikan korban hingga memengaruhi psikisnya. Bahkan, dapat menyebabkan pelakunya bertindak semena-mena terhadap korban.

Lantas, apa sih arti bullying sebenarnya? Apa saja penyebab, jenis, dan cara mengatasi bullying yang kerap kali ditakuti oleh setiap orang?

Bisa jadi wawasan baru, berikut telah Popmama.com rangkum mengenai apa yang dimaksud dengan bullying? Arti bullying, penyebab, jenis, dan cara mengatasinya.

Beritahu anak mama dan jelaskan juga ya, Ma!

1. Arti bullying

1. Arti bullying
Freepik/gpointstudio
Ilustrasi

Bullying adalah suatu perbuatan agresif yang menyakiti secara fisik dan verbal, seperti memukul, mendorong, mengejek, menghina, menjauhi, mengucilkan, dan lain sebagainya.

Bullying tidak hanya bisa dilakukan secara langsung, tetapi bisa juga secara tidak langsung, misalnya melalui gadget atau sosial media.

Kata bullying berasal dari bahasa Inggris yang berarti penindasan atau risak dalam bahasa Indonesia. Sementara berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bully berarti perundungan, yang berasal dari kata "rundung" yang artinya adalah mengganggu, mengusik terus menerus dan menyusahkan.

Kasus bullying ini biasa terjadi di mana pun, termasuk di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mempermalukan dan menyakiti orang lain (korban).

Biasanya, bullying dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, dilakukan secara berulang tanpa bertanggung jawab, dan dilakukan dengan perasaan senang.

Adapun arti bullying menurut para ahli adalah sebagai berikut.

  • Menurut Roland dan Vaaland (2006), bullying merupakan pelecehan mental atau fisik korban yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Bullying diasumsikan sebagai hubungan kekuasaan yang tidak setara antara bully dengan sang korban, sehingga kejadiannya terus berulang dari waktu ke waktu.
  • Smith dan Thompson menjelaskan bahwa bullying adalah seperangkat tingkah laku yang dilakukan secara sengaja, sehingga menyebabkan kecederaan fisik dan psikologikal bagi penerimanya. Dapat diartikan bahwa pelaku bullying menyerang korban secara sadar dan sengaja tanpa memikirkan kondisi korban.
  • Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut secara secara berulang-ulang.
  • Caloroso menegaskan bahwa bullying akan selalu melibatkan adanya ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut, dan teror.
  • Menurut Olweus (1997), bullying dapat diartikan sebagai perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka. Biasanya, bullying terjadi berulang-ulang dan ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban.

Editors' Pick

2. Penyebab terjadinya bullying

2. Penyebab terjadi bullying
Freepik

Bullying dilakukan terhadap seseorang yang dianggap lebih lemah oleh seseorang yang merasa dirinya lebih kuat. Ada banyak sekali faktor penyebab yang membuat pelaku melakukan tindakan tersebut dan seharusnya disadari oleh orangtua guna memberi arahan bahwa bullying merupakan tindakan buruk.

Nah, agar Mama bisa lebih mewaspadainya, berikut faktor penyebab terjadinya bullying.

1. Faktor keluarga
Keluarga menjadi faktor utama penyebab terjadinya aksi bullying.

Ketika anak tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang terlalu emosional, dan kurangnya perhatian terhadap anaknya, hal tersebut tentu memicu timbulnya perilaku menyimpang, salah satunya perilaku bullying. 

Kesibukan orangtua hingga lupa mencurahkan perhatian kepada sang anak membuat sosialisasi anak menjadi tidak sempurna, sehingga memungkinkan untuk berperilaku menyimpang.

2. Faktor lingkungan (Teman sebaya)

Faktor penyebab terjadinya bullying juga dapat disebabkan oleh lingkungan, misalnya teman sebaya. Teman tersebut memberikan pengaruh negatif, baik secara aktif maupun pasif.

Mereka bisa menganggap bahwa bullying merupakan tindakan wajar dan tidak akan berdampak apa-apa. Padahal, bullying jelas-jelas salah dan sangat merugikan orang lain.

3. Media massa

Seperti yang Mama ketahui, anak-anak dan remaja sangat mudah untuk dipengaruhi. Sebab, di usia tersebut mereka sedang mencari jati diri .

Tidak heran jika mereka sangat mudah meniru atau mencontoh apa yang dilihat, baik melalui televisi maupun media sosial lainnya.

Apalagi, media sosial sedang banyak digandrungi. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial memiliki peran yang besar dalam kehidupan, tidak terkecuali anak-anak dan remaja. 

Bullying tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga dapat dilakukan di sosial media berupa ungkapan kasar, mencaci-maki, menjelek-jelekkan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi Mama untuk mendampingi dan memberikan pengertian pada anak-anak guna menyaring informasi yang beredar.

4. Tradisi senioritas

Adanya tradisi senioritas selama beberapa generasi menjadi penyebab terjadinya bullying. Sebab, korban merasa terintimidasi karena mendapatkan kekerasan dan perlakuan yang tidak adil.

Dengan demikian, ketika korban menjadi "senior", mereka akan mengikuti jejak seniornya yang terdahulu.

5. Pernah jadi korban bullying

Di beberapa kasus, ada pula yang menunjukkan kalau pelaku tindakan bullying ternyata juga merupakan korban. Misalnya, anak yang merasa di-bully di rumah oleh sudaranya, kemudian ia membalas dengan mem-bully temannya yang dianggap lebih lemah.

Selain itu, pelaku bullying merupakan orang yang tertekan akibat bullying di kehidupan nyata, sehingga ia menggunakan dunia maya untuk menunjukkan kalau dirinya juga punya kekuatan dengan cara menyerang orang lain.

6. Perbedaan kelas

Bullying juga disebabkan oleh adanya perbedaan kelas, seperti halnya senior dan junior, ekonomi, gender, etnis, agama, dan ekonomi. Hal tersebut hampir mirip dengan tradisi senioritas, di mana kelas tertinggi akan merasa bahwa ia memiliki kekuatan lebih dibandingkan kelas di bawahnya.

3. Jenis-jenis bullying

3. Jenis-jenis bullying
Freepik

Bullying merupakan masalah yang hingga saat ini belum bisa dimusnahkan secara menyeluruh karena perilaku tersebut akan selalu terulang. Terlebih perilaku bullying bisa dilakukan di mana saja dan tidak hanya kepada anak-anak saja. Orang dewasa pun bisa saja menjadi korban dan pelakunya.

Parahnya, dibanyak kasus korban perundungan tidak berani memberitahu siapapun tentang kondisi yang dialaminya karena diancam oleh pelaku. Oleh karena itu, Mama perlu mengetahui jenis-jenis bullying yang mungkin dialami anak mama.

Berikut adalah jenis-jenis bullying yang perlu Mama ketahui:

1. Menggoda

Menggoda merupakan jenis bullying berupa kekerasan verbal. Hal tersebut sangat berbahaya dan dapat bertahan lama. 

Umumnya, bentuk dari menggoda yang paling sering terjadi, yakni terkait dengan penampilan, seksualitas, dan persetujuan sosial.

Contoh dari menggoda, misalnya mengejek, melecehkan, berteriak, menghina, penyalahgunaan telepon, catatan buruk, hingga tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan, dan lain sebagainya.

Dampak dari bullying jenis ini biasanya tidak terlihat secara langsung. Oleh karena itu, pelakunya tidak akan ragu untuk melontarkan ucapan yang tidak pantas secara terus-menerus.

2. Pengucilan

Mungkin, beberapa anak tidak disakiti secara fisik atau verbal, tetapi bisa jadi mereka dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya. Pada bullying jenis ini, anak akan kesulitan mencari teman karena pelaku memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain untuk mengucilkan korban.

Anak yang mengalami jenis bullying ini cenderung menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri, dan tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah.

Pengucilan atau 'pengecualian atau hubungan' didasarkan pada manipulasi sosial dan dapat terjadi secara terbuka. Tujuannya adalah untuk menciptakan identitas kelompok yang menjadi mekanisme kontrol yang kuat.

Contoh dari pengucilan, di antaranya adalah berpura-pura ramah terhadap korban dan secara sporadis berubah melawannya, pemerasan dan ancaman, gosip jahat dan desas desus untuk membuat anak-anak lain merendahkan korban, dengan cara mengekspos rahasianya kepada orang lain, dan lain-lain.

3. Fisik

Bullying fisik biasanya melibatkan penyerangan secara teratur kepada seseorang yang lebih lemah. Bullying jenis ini bisa dilakukan secara agresif berupa  memukul, menendang, meludah, mendorong, menjambak, hingga merusak barang.

Jenis bullying ini sangat mudah dikenali. Mama bisa melihatnya apabila terdapat luka atau memar tanpa alasan yang jelas pada tubuh anak. 

Umumnya, anak yang menjadi korban bullying jenis ini enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik karena takut dianggap tukang mengadu atau diancam oleh pelaku bullying.

4. Pelecehan

Kebanyakan korban dari bullying jenis pelecahan ini adalah anak perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalaminya.

Umumnya, pelecehan ini melibatkan pertanyaan yang berulang, menjengkelkan, pernyataan atau serangan tentang masalah seksual, gender, rasial, agama atau kebangsaan.,

Contoh dari bullying jenis ini, diantaranya adalah menarik celana atau baju korban di depan orang lain, mengintip di bawah pintu toilet, membuat permintaan seksual yang tidak diinginkan, menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi, mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku, atau memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi.

Dalam beberapa kasus, pelecehan termasuk dalam tindakan kriminal, yaitu kekerasan seksual yang memungkinkan pelaku dapat ditindak secara hukum.

4. Dampak bullying yang akan didapatkan

4. Dampak bullying akan didapatkan
Freepik/rawpixel.com

Bullying merupakan masalah serius yang dapat merusak psikologi anak atau seseorang dan mengakibatkan korban jiwa.

Dalam kasus yang parah dan paling fatal, korban bisa melakukan tindakan bunuh diri akibat aksi bullying yang didapatkannya.

Adapun dampak bullying secara khusus terbagi menjadi tiga, yaitu dampak bagi korban, bagi pelaku, dan bagi yang menyaksikan bullying.

1. Dampak bagi korban

Anak yang menjadi korban bullying akan mengalami depresi, stres, gangguan kesehatan mental, serangan panik, PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder), sindrom kecemasan, hingga memicu kemarahan.

Selain itu, dampak dari bullying bagi korban juga berpengaruh pada kecerdasan dan kemampuan analisis. Jika kemampuan akademisnya menurun, hal tersebut memungkinkan anak akan memilih untuk mengasingkan diri dan selalu memiliki perasaan sedih serta kesepian yang berkepanjangan.

2. Dampak bagi pelaku

Tidak hanya koran, pelaku bullying juga tidak lepas dari dampak psikologi hingga dewasa.

Pelaku yang sering melakukan bullying sejak kecil dan remaja lebih rentan terjebak di dalam tindak kekerasan ketika dewasa, misalnya tindak kriminal, penyalahgunaan narkoba, memiliki sifat abusive, dan destruktif kepada pasangan dan anak-anaknya kelak.

Pelaku bullying juga akan memiliki perilaku yang agresif, mudah marah, impulsif, toleransi rendah, kurang berempati, dan lebih menyukai mendominasi orang lain. Selain itu, pelaku merasa harga dirinya tinggi dan sangat percaya diri 

3. Dampak bagi yang menyaksikan bullying

Jika dibiarkan terus-menerus, saksi atau penonton yang menyaksikan bullying akan merasa bahwa perilaku tersebut dianggap biasa. Tidak hanya itu, saksi juga akan menganggap bahwa perilaku bullying bisa diterima secara sosial.

Padahal, aksi bullying ini sangat bertentangan, terutama untuk anak-anak. 

Parahnya lagi, para saksi atau penonton akan memilih menjadi penindas karena takut menjadi korban selanjutnya. Sementara beberapa orang lainnya, memilih untuk diam tanpa bertindak atau menghentikan aksi bullying tersebut.

5. Cara mengatasi bullying yang bisa dilakukan

5. Cara mengatasi bullying bisa dilakukan
Freepik/jcomp

Dengan maraknya kasus bullying yang terjadi, Mama harus selalu waspada. Karena, bullying akan sangat berdampak buruk pada prestasi akademis, kehidupan sosial, kesehatan mental, dan fisik anak. 

Meski tidak semudah pertengkaran biasa, tetapi aksi bullying dapat diatasi. 

Mama dapat mengambil tindakan dan melakukan berbagai cara mengatasi bullying

Berikut cara mengatasi bullying pada anak:

  1. Membekali anak dengan pengetahuan tentang bullying dan dampaknya.
  2. Mengajari anak tentang bullying agar anak tidak menjadi korbannya.
  3. Memberi informasi bagaimana cara untuk melawan tindakan bullying.
  4. Memberi contoh seperti mendukung, mendamaikan, dan melaporkan pada orang yang lebih dewasa untuk membantu korban bullying.
  5. Memberi perhatian dan berinteraksi dengan anak, sehingga mendapatkan kemampuan yang berani dan tegas.
  6. Mengajarkan rasa peduli dan etika pada sesama manusia.
  7. Selalu mendampingi anak saat melihat informasi di media sosial atau menonton televisi.
  8. Menanamkan rasa kasih sayang dan nilai keagamaan pada anak-anak.
  9. Memberi arahan supaya anak tidak berlaku kasar secara fisik atau verbal pada teman-temannya.
  10. Meningkatkan kesadaran bullying di antara orangtua.
  11. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak.
  12. Meminta anak untuk berbicara soal bullying.
  13. Mengajari anak untuk membela diri.

Itu dia jawaban apa yang dimaksud dengan bullying? Penyebab, jenis, dan cara mengatasinya. Jika anak mama telah menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau mulai terganggung perkembangannya, tidak ada salahnya Mama  mengunjungi tenaga profesional.

Bacajuga:

The Latest