Ini 7 Upacara Ritual Keagamaan yang Biasa Dilakukan Umat Hindu
Selain pesona wisatanya yang indah, ritual keagamaan di Bali juga menarik perhatian banyak orang
29 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keindahan alam yang terdapat di Pulau Dewata Bali memang tidak perlu diragukan lagi. Selain kegiatan wisatanya yang menarik banyak wisatawan, Bali juga memiliki kekayaan budaya yang unik dan sangat disayangkan apabila dilewatkan.
Ritual keagamaan Bali menjadi salah satu budaya dan tradisi yang masih berhubungan dengan kegiatan agama Hindu dan sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat setempat. Di hari-hari besar, biasanya masyarakat Bali akan mengadakan ritual keagamaan.
Sebelum melaksanakannya, para ibu dan anak perempuan di Bali umumnya akan menjahit janur yang dirangkai dengan berbagai bunga dan daun-daunan tertentu (mejejahitan). Nantinya, mejejahitan ini akan menghasilkan canang (perpaduan berbagai unsur indahan) yang dirangkai oleh berbagai jenis dan warna bunga, janur, dupa, serta beras.
Setelah itu, canang akan di tata penyajiannya di atas meja dan tikar atau di atas bale (bangunan khusus untuk matanding) mereka membuatnya secara bersama-sama.
Matanding sendiri merupakan kegiatan menata berbagai bahan sesaji sehingga menjadi sebuah keutuhan sebuah banten (sesaji). Sementara laki-laki, biasanya dilibatkan dalam memetik bunga, memanjat kelapa, mencari janur, atau menyiapkan perlengkapan dan bahan-bahan lainnya untuk persiapan ritual.
Lantas, apa saja sih ritual keagamaan pemujaan leluhur yang biasa dilakukan umat Hindu di Bali?
Bisa jadi pengetahuan dan ilmu baru untuk kamu, berikut ini telah Popmama.com rangkumkan tentang upacara ritual keagamaan yang biasa dilakukan umat Hindu di Bali. Disimak sampai akhir ya!
1. Upacara Odalan
Selain Hari Raya Nyepi, umat Hindu juga memiliki banyak hari raya besar lainnya, salah satunya adalah Odalan atau Piodalan. Odalah (Piodalan) ini juga bisa disebut sebagai pujawali, petoyan atau petirtaan.
Odalan merupakan rangkaian upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi pada pura (tempat ibadah agama Hindu) atau tempat suci. Biasanya, upacara ritual ini digelar berdasarkan kalender Pawukon Bali (210 hari), setiap enam bulan sekali dan dipimpin oleh pemangku (orang suci) atau pendeta.
Upacara agama Hindu ini digelar di hari-hari baik yang telah dipilih dan ditetapkan. Hari baik tersebut adalah Purnama Kapat, Kalima, Kadasa. Anggar kasih Kulantir, Julungwangi, Medangsia, Tambir, Perangbakat dan Dukut. Saniscara Kliwon (Tumpek) Landep, Wariga, Kuningan, Krulut, Uye dan Wayang. Buda Wage Ukir, Warigadean, Langkir, Merakih, Menail dan Klawu, dan masih banyak hari baik lainnya.
Prosesi Upacara Odalan umumnya berlangsung sekitar tiga hingga tujuh hari atau lebih, tergantung klasifikasi pura yang bersangkutan. Tujuan dilaksanakannya Upacara Odalan guna mewujudkan kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin di masyarakat.
Adapun istilah Piodalan (Odalan) berasal dari kata “wedal) yang berarti “keluar” atau “lahir”. Dengan demikian, layaknya perayaan hari ulang tahun, Odalan atau Piodalan ditetapkan sebagai hari lahirnya sebuah pura atau tempat (bangunan) suci.
2. Upacara Melasti (Mekiis/Melis)
Upacara Melasti merupakan upacara untuk menyambut Hari Raya Nyepi dan dilaksanakan seminggu sebelum perayaan Nyepi. Upacara ini bertujuan untuk meningkatkan sraddha bhakti pada para Dewa dan manifestasi Tuhan guna menghilangkan penderitaan.
Selain itu, upacara Melasti ini juga dimaksudkan untuk membersihkan bhuana Agung (alam) dan penyucian diri bagi pemeluk agama Hindu di Bali, setelah kemudian mengambil air suci yang merupakan inti sari kehidupan untuk kesejahteraan manusia dan alam atau biasa disebut “angamet tirtha amertha”.
Dalam agama Hindu, masyarakat percaya bahwa sumber air seperti danau, laut, maupun mata air merupakan sumber kehidupan atau tirta amerta.
Saat upacara ini berlangsung, masyarakat akan berbondong-bondong menuju laut atau sumber air dengan mengenakan pakaian putih dan membawa perlengkapan persembahyangan. Biasanya mengusung pratima, benda atau patung yang disakralkan untuk dibersihkan secara sekala dan niskala.
Editors' Pick
3. Upacara Makare-kare
Tradisi unik di Bali yang biasa dilakukan oleh umat Hindu, yaitu Upacara Makare-kare atau yang dikenal dengan julukan “perang daun pandan”. Upacara tersebut merupakan ritual adat yang berasal dari Desa Tenganan yang diperuntukkan bagi penduduk pria dan dilaksanakan setiap bulan Juni.
Dalam pelaksanaannya, penduduk pria akan menunjukkan kemampuannya dengan bertarung menggunakan daun pandan berduri tajam.
Adapun tujuan digelarnya Upacara Makare-kare adalah sebagai bentuk penghormatan atas Dewa Indra. Dalam kepercayaan Hindu, Dewa Indra dikenal sebagai dewa perang.
Begitu peperangan usai, nantinya para pria yang berkontribusi dalam perang akan dirawat dan didoakan oleh orangtuanya agar tidak merasakan sakit.
4. Galungan dan Kuningan
Salah satu upacara ritual keagamaan pemujaan leluhur oleh umat Hindu di Bali selanjutnya adalah Galungan dan Kuningan. Kedua ritual keagamaan tersebut saling melekat karena masih satu rangkaian.
Galungan dan Kuningnan merupakan hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). hari untuk memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya).
Biasanya, Galungan diperingati untuk menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang tenang, sedangkan Kuningan merupakan pemujaan terhadap leluhur (Dewa, Bhatara, dan para Pitara) guna memohon keselamatan, kemakmuran, perlindungan, dan tuntunan lahir batin.
Galungan dirayakan setiap hari Rabu pada wuku Dungulan, sedangkan Kuningan digelar setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan. Keduanya dirayakan sebanyak dua kali (6 bulan sekali) dalam setahun kalender Masehi. Meski begitu, Hari Raya Kuningan biasanya diperingat 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
5. Tumpek Uduh
Upacara ritual adat umat Hindu ini biasa dikenal dengan sebutan Tumpek Ngatag atau Tumpek Wariga. Jika Hari Raya Kuningan dilaksanakan setelah Hari Raya Galungan, berbeda dengan Hari Raya Tumpek Uduh. Ritual keagamaan yang satu ini digelar 25 hari sebelum Hari Raya Galungan di hari Sabtu Kliwon, wuku Wariga.
Saat melaksanakan Tumpek Uduh, umat Hindu akan melakukan upacara persembahan kepada Tuhan sang penguasa tumbuh-tumbuhan atau Dewa Sangkara. Persembahan tersebut dilakukan guna mengucapkan rasa syukur atas segala limpahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Selain itu, Tumpek Uduh juga merupakan sebuah wujud pelaksanaan dari Tri Hita Karana (tiga hubungan harmonis penyebab kebahagiaan), yakni hubungan harmonis antara manusia dengan alam (tumbuh-tumbuhan).
6. Tumpek Landep
Hari Raya Tumpek Landep merupakan perayaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali guna memohon keselamatan kepada Tuhan dalam wujudnya sebagai Sang Hyang Pasupati.
Selain itu, perayaan tersebut juga untuk mengucap rasa syukur atas anugerah dari segala kecerdasan dan ketajaman pikiran, sehingga dapat menciptakan sesuatu berupa benda-benda yang membantu kehidupan manusia sehari-hari, seperti sepeda motor, mobil, komputer, mesin, cangkul, pisau, dan lain sebagainya.
Adapun kecerdasan dan ketajaman pikiran tersebut dilambangkan oleh keris dengan mata tajam dan runcing. Benda pusaka keris ini sangat penting dan berarti. Oleh sebab itu, keris diupacarai pada saat Tumpek Landep berlangsung.
Tumpek Landep biasanya digelar setiap 6 bulan sekali saat Saniscara Kliwon wuku Landep. Dalam pelaksanaannya, benda-benda hasil ciptaan manusia yang membatu kegiatan dalam sehari-hari akan disembahyangi sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati.
7. Hari Raya Saraswati
Salah satu hari raya yang penting bagi Umat Hindu di Bali adalah Hari Raya Saraswati. Sebab, bagi siswa sekolah dan pekerja di dunia pendidikan mempercayai bahwa Hari Saraswati merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan yang suci. Biasanya, hari raya ini diperingati setiap 6 bulan sekali pada hari Saniscara Umanis, wuku Watugunung.
Dalam pelaksanaannya, umat Hindu Bali melakukan upacara khusus guna memuja atau mengagungkan Dewi Saraswati. Dewi Saraswati sendiri dipercaya membawa ilmu pengetahuan di bumi, sehingga semua orang di dunia menjadi pintar dan terpelajar.
Semua yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seperti buku dan kitab akan didoakan pada saat Upacara Saraswati berlangsung. Selain itu, ada pula pentas tari dan pembacaan cerita hingga semalam suntuk.
Nah, itu dia upacara ritual keagamaan yang biasa dilakukan umat Hindu di Bali. Tidak hanya itu, Bali juga memiliki beberapa upacara ritual adat lainnya, seperti Ngaben, Mebayuh, Ngerebong, dan lain sebagainya. Semoga informasi ini bermanfaat ya!
Baca juga:
- 10 Spot Foto Instagramable di Bali
- Apa Itu Tradisi Sesajen di Indonesia, Kenali Manfaat dan Tujuannya
- Unik, Ini 10 Tradisi Perayaan Ulang Tahun Anak di Seluruh Dunia