Setelah hampir 2 tahun sekolah dari rumah, akhirnya anak-anak kita dapat menjalani sekolah tatap muka kembali. Seiring kegiatan akademis yang mulai aktif, tentunya mulai banyak kegiatan yang harus diikuti anak, baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.
Banyak orangtua yang mendapati anak mereka yang pulang sekolah dengan kondisi berbeda. Menangis, marah, bahkan tak jarang mengamuk, tanpa orangtua ketahui apa sebabnya. Kondisi ini mengarah ke after-school restraint collapse.
Berikut ini Popmama.com merangkum apa itu after-school restraint collapse dan apa yang penting orangtua lakukan untuk menghadapinya, dilansir dari Rice Psychology:
1. Apa itu after-school restraint collapse?
Pexels/keira burton
After-school restraint collapse adalah istilah yang merujuk pada kondisi anak yang mengalami kelelahan batin di sekolah dan meluapkannya ketika di rumah.
Saat di sekolah, anak menahan perasaan-perasaan tak nyaman yang dirasakannya, kemudian sesampainya di rumah, kemarahan, kesedihan, kelelahan, dan kekecewaan, dilampiaskannya menjadi satu lewat perilaku yang agresif.
Editors' Pick
2. Ciri-ciri perilaku anak yang mengalami after-school restraint collapse
Pexels/Tran Long
Anak yang mengalami after-school restraint collapse sesungguhnya tidak berniat bersikap buruk. Hanya saja, mereka perlu melepaskan emosi tertahan selama di sekolah. Biasanya anak yang mengalami after-school restraint collapse menunjukkan perilaku sebagai berikut:
Berteriak
Tantrum
Terlalu emosional
Mudah sedih
Memancing pertengkaran dengan saudara atau orangtua
Menolak mengerjakan PR atau tugas rumahtangga
Merengek atau merajuk
Menangis sambil menjerit-jerit karena penyebab sepele
3. Penyebab anak mengalami after-school restraint collapse
Freepik/user21856044
Ada berbagai penyebab mengapa anak mengalami after-school restraint collapse, antara lain:
Kurang istirahat
Menahan lapar
Overstimulasi
Jadwal belajar di sekolah dan di tempat les yang terlalu padat
Rindu orangtua dan rumah
Menghadapi topik pelajaran yang menantang
Mengalami masalah di sekolah
Kelelahan
Menghadapi ketakutan dan kecemasan di sekolah
4. Beri anak jeda waktu sesampainya di rumah
Pixabay/LuidmilaKot
Terkadang, ketika anak sampai di rumah, orangtua segera ingin tahu apa yang dilalui anak selama seharian di rumah. Tak jarang, orangtua membombardir anak dengan banyak pertanyaan dan hal ini membuat anak merasa terpojok dan lelah sehingga mengakibatkan after-school restraint collapse.
Cobalah untuk memberi jeda waktu pada anak sesampainya anak di rumah. Sambut ia dengan pelukan dan senyuman sepulangnya dari sekolah. Ciptakan suasana yang tenang dan tidak terburu-buru agar anak dapat menenangkan diri. Sediakan makanan atau camilan, tapi tak perlu memaksanya segera makan.
Anak membutuhkan waktu istirahat, baik itu fisik maupun mental di rumah. Apabila anak mengeluh ia terlalu capek, orangtua perlu me-review aktivitas selepas sekolah yang sebelumnya sudah dijadwalkan. Pertimbangkan apakah anak mampu menjalaninya dengan waktu yang terbatas, dan hasil yang didapatkan. Apabila padatnya kegiatan justru membuat anak stres, sebaiknya orangtua memilah-milah mana kegiatan yang perlu dihentikan.
5. Bekerjasama dengan guru dan sekolah
Pexels/Polina Zimmerman
Mungkin tampak mengesalkan ketika anak berperilaku buruk di rumah. Tetapi yang harus disadari, di usianya yang masih dini, anak masih perlu belajar caranya mengelola emosi dan melampiaskannya dengan cara yang tepat.
Jika pelampiasan emosi anak di rumah membuat orangtua kesulitan menghadapinya, orangtua dapat bekerjasama dengan guru dan sekolah untuk mengurangi ketegangan yang dirasakan anak. Konsultasikan dengan guru apa yang terjadi di rumah untuk mengetahui kesulitan yang sedang dihadapi anak saat di sekolah.
Orangtua, guru, dan sekolah dapat berdiskusi untuk menemukan jalan terbaik agar anak dapat terhindar dari stres yang dapat memengaruhi perkembangan jiwanya.