Akibat Dibully, Seorang Bocah SD di Tambun Harus Amputasi Kaki

Setelah kakinya diselengkat hingga jatuh, Fatir pun harus merelakan kakinya diamputasi.

3 November 2023

Akibat Dibully, Seorang Bocah SD Tambun Harus Amputasi Kaki
Freepik/Sewcream
Ilustrasi

Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan sebuah kabar yang miris dari dunia pendidikan. Seorang siswa SD bernama Fatir Arya Adinata menjadi korban perundungan atau bullying yang sangat parah dari teman-teman di sekolahnya. Akibat dari bullying yang menyerang mental dan juga fisiknya, Fatir dikabarkan harus menanggung cacat fisik seumur hidup.

Sayangnya, kasus yang menimpa Fatir ini tidak ditanggapi dengan serius oleh pihak sekolah. Bagaimana kronologi peristiwanya? Berikut ini Popmama.com merangkumnya dari berbagai sumber.

1. Diolok-olok dan dicederai fisik oleh teman-temannya

1. Diolok-olok dicederai fisik oleh teman-temannya

Peristiwa pilu yang dialami oleh Fatir ini sebetulnya sudah berlangsung cukup lama. Bocah laki-laki yang berusia 12 tahun ini sering diolok-olok di sekolah oleh temannya. 

Tak hanya itu, siswa sekolah dasar negeri (SDN) Jatimulya 09, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi ini juga kerapkali mendapatkan perlakuan buruk secara fisik dari teman-temannya yang berjumlah lima orang itu.

Editors' Pick

2. Terjatuh di bulan Februari 2023

2. Terjatuh bulan Februari 2023
Freepik/freephoto
Ilustrasi

Puncak dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para perundung terhadap Fatir terjadi pada bulan Februari 2023. 

Saat itu Fatir berniat untuk jajan di luar kelas bersama teman-temannya. Namun, di perjalanan Fatir dihadang dan kakinya diselengkat (sleding) oleh para perundung. Akibatnya, Fatir pun terjatuh. 

Bukannya menolong, para perundung Fatir justru mengolok-oloknya dan mengancam untuk tidak menangis dan tidak mengadu ke guru. 

3. Kondisi kaki Fatir semakin memburuk pasca kejadian

3. Kondisi kaki Fatir semakin memburuk pasca kejadian
freepik.com/rawpixel-com

Setelah diselengkat dan jatuh, Fatir kesulitan untuk berjalan dan kakinya mengalami memar. Tiga hari setelahnya, Fatir merasakan sakit yang luar biasa di kakinya. Meski masih bisa beraktivitas dan bersekolah, kaki Fatir masih sakit dan kondisinya tidak kunjung membaik. 

Orangtua Fatir membawanya ke klinik untuk mendapatkan pengobatan. Kala itu, klinik hanya memberikan obat anti nyeri. Tetapi ternyata obat anti nyeri tidak dapat membantu mengurangi rasa sakit yang diderita Fatir. Pihak keluarga pun berinisiatif membawa Fatir ke rumah sakit.

Dari hasil MRI yang dilakukan di rumah sakit, diketahui bahwa kaki Fatir mengalami infeksi dalam. Di bulan Agustus 2023 silam, dokter memutuskan agar Fatir menjalani operasi amputasi kaki untuk menyelamatkan kondisi kesehatan Fatir yang semakin menurun pasca kejadian.

4. Fatir takut melapor ke orangtuanya

4. Fatir takut melapor ke orangtuanya

Awalnya Fatir ragu menceritakan peristiwa menyakitkan tersebut. Ia bahkan meminta orangtuanya untuk tidak memarahinya sebelum menceritakan apa yang menimpanya. 

Sang Mama, Diana, mengatakan, "Tadinya dia enggak mau ngomong, dia bilang 'mamah janji dulu ya jangan marah mamah janji ya' seperti kaya orang ketakutan, saya takutin jatuh di tangga atau apalah, ternyata Fatir cerita saya kaget lah sampai seperti itu."

5. Pihak sekolah menganggap hanya becandaan anak-anak

5. Pihak sekolah menganggap ha becandaan anak-anak
Pexels/Mikhail Nilov

Atas apa yang menimpa Fatir hingga ia harus merelakan kakinya diamputasi, pihak sekolah membenarkan bahwa Fatir terjatuh di sekolah. 

Dilansir dari IDN Times, wakil kepala sekolah SDN Jatimulya 09, Sukaemah menyebutkan bahwa kejadian tersebut hanya becandaan anak-anak, "Mereka bercanda-bercanda, main terus jajan, jadi kalau untuk perundungan kayanya terlalu jauh untuk dirundung, ini mereka jajan, bercanda, selengkatan kaki satu orang ke F jatuh gitu," ujarnya kepada wartawan, Selasa (31/10/2023). 

Pihak sekolah mengatakan bahwa tidak ada perundungan di sekolah mereka karena tidak pernah menerima laporan terkait hal tersebut. "Nah yang dikatain itu semacam apa ya, kan saya di kelas terus. Kalau ada perundungan, ada bully anak-anak pasti lapor," ungkapnya. 

Pernyataan Sukaemah memancing berbagai reaksi, termasuk dari komisioner KPAI, Aris Adi Laksono. "Mereka menganggap perundungan bullying ini suatu hal yang biasa-biasa saja, karena memang kadang pengetahuannya kurang. Bahwa bentuk bullying itu bentuknya seperti apa, perundungan itu apa dan kekerasan yang lain yang terjadi di satuan pendidikan itu seperti apa, karena tidak ada pengetahuan yang komprehensif," ujar Aris.

Menurut Aris, tindakan guru dan sekolah dalam menyikapi peristiwa yang menimpa Fatir harus dievaluasi. Saat ini KPAI sedang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi untuk mendalami pernyataan pihak sekolah yang menganggap remeh kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolahnya. 

Saat ini Fatir masih menjalani perawatan secara insentif di RS Kanker Dhamais Jakarta karena kondisinya yang masih belum stabil. Sementara itu pihak keluarga sudah membuat laporan ke Polres Metro Bekasi atas kasus yang menimpa Fatir.

Bullying bukanlah hal yang bisa dianggap remeh dan hanya dianggap sebagai candaan. Dampak bullying sangatlah besar bagi korbannya, tak hanya dari sisi mental bahkan juga korban bisa berisiko cacat atau pun kehilangan nyawa. Sudah selayaknya kita sebagai orangtua lebih memperhatikan lagi dengan serius kasus-kasus perundungan yang terjadi di sekitar lingkungan anak-anak kita.

Semoga kondisi Fatir segera membaik ya dan kasus serupa tidak terjadi lagi di Indonesia.

Baca juga:

The Latest