Mengapa Anak Perempuan Cenderung Suka Memboikot Teman Perempuan Lain?
Tindakan ini termasuk dalam tindakan bullying lho!
29 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gejolak jiwa anak remaja yang dalam masa puber memang sangat khas. Di masa-masa ini, anak remaja melihat teman sebaya adalah bagian penting dalam hidupnya. Wajar, Ma, punya banyak teman dan populer adalah keinginan remaja untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitarnya.
Namun, ada yang menarik di fase pubertas ini, yang disadari atau tidak oleh para orangtua. Anak perempuan, yang cenderung lebih getol bersaing ketimbang anak laki-laki, terutama dalam hal mendapatkan perhatian dari lingkungan sosialnya. Mereka menciptakan geng-geng tertentu dan saling berkompetisi, bahkan tak segan memboikot anak perempuan lain yang dianggap lebih lemah darinya.
Lalu, bagaimana menghadapi fenomena ini? Inilah hal-hal yang perlu diketahui orangtua seputar pengecualian sosial dan tindakan boikot yang lebih sering terjadi pada anak perempuan, dilansir dari verywellfamily.com:
Pengucilan Sosial adalah Bentuk Agresi Relasional
Sebagai perempuan, tentu Sahabat Popmama.com tak asing dengan tindakan boikot-memboikot antar geng perempuan yang dulu terjadi saat masih bersekolah. Tindakan ini termasuk dalam pengucilan sosial yang merupakan salah satu bentuk agresi relasional.
Tindakan intimidasi ini tergolong halus dan tidak langsung. Tetapi akibatnya adalah penolakan seseorang dari interaksi interpersonal. Korbannya mungkin tidak diundang ke pesta ulangtahun teman sekelas, tidak diizinkan duduk di kantin bersama teman yang lain atau tidak diajak bergabung dalam kelompok tugas sekolah.
Pengecualian sosial ini juga dapat terjadi dalam bentuk desas-desus tidak menyenangkan tentang korban yang tersebar, baik di dunia nyata maupun maya. Ketika rumor tersebut beredar, korban semakin kehilangan banyak teman dan banyak orang menghindarinya.
Editors' Pick
Agresi Relasional Mencapai Puncaknya Di Usia Remaja
Penelitian yang dipublikasikan dalam Psychological Science menunjukkan bahwa ketika perempuan diancam dengan pengucilan sosial, mereka cenderung menarik diri sendiri sebelum mereka diasingkan oleh kelompok.
Para peneliti sepakat, pengucilan sosial mencapai puncaknya pada usia remaja. Hal ini terjadi secara alami ketika mereka merasa ada seseorang yang tidak lagi 'sama' dengannya dalam memandang atau menyikapi suatu hal.