Anak Suka Makan Benda yang Tak Seharusnya? Awas Pica Disorder!
Bukan sekedar rasa ingin tahu, gangguan ini perlu diperhatikan serius oleh orangtua
10 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di usia bayi hingga jelang remaja, wajar jika anak mengalami satu fase di mana ia mogok makan atau punya kebiasaan makan yang aneh. Misalnya, jika biasanya orang makan nasi dengan lauk-pauk sayur dan protein, adakalanya anak ingin 'bereksperimen' dengan paduan nasi dengan wafer, nasi dengan buah, dan sebagainya.
Selama apa yang dikonsumsi anak merupakan makanan normal, orangtua tak perlu mengkhawatirkannya. Tetapi, ada gangguan makan pada anak yang perlu menjadi perhatian khusus orangtua. Salah satunya adalah pica disorder atau biasa disebut dengan pika.
Pika adalah kebiasaan mengonsumsi benda yang bukan makanan, misalnya kapur, cat tembok, bahkan binatang seperti semut. Gangguan makan ini paling umum dialami oleh anak-anak dalam rentang usia satu hingga enam tahun, bahkan juga remaja dan orang dewasa.
Seperti apa ciri-ciri dan penanganan anak dengan pika? Berikut Popmama.com merangkum informasinya untuk Anda:
Editors' Pick
Tanda-tanda Anak Mengidap Pika
Dilansir dari share.upmc.com, pika pada anak dapat dikenali dari tanda-tanda berikut ini :
- Anak secara teratur mengonsumsi benda-benda bukan makanan secara diam-diam.
- Perilaku makan yang menyimpang ini terjadi lebih dari satu bulan.
- Anak marah jika dilarang mengonsumsi benda yang tidak seharusnya tersebut.
- Pada kasus yang ekstrem, bahkan anak menolak makan-makanan lain selain yang 'disukainya' tersebut.
Anak yang mengidap pika cenderung suka mengonsumsi benda-benda non-makanan, misalnya lumpur, semut, pasir, cat, kapur, lem, bedak, sabun, rambut, ampas kopi, abu rokok, kertas, dan bahkan kotoran hewan.
Apa Faktor Pemicu Pika?
Meski tidak terjadi pada semua, tetapi beberapa kasus anak pengidap pika juga memiliki gangguan lain. Misalnya: cacat intelektual, gangguan obsesif kompulsif atau OCD, dan juga pada anak dengan gangguan perkembangan.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab pika. Namun, berdasarkan pengamatan ahli, pika dapat terjadi di saat tubuh anak kekurangan zat tertentu, seperti zat besi yang membuatnya berpotensi anemia.