Setiap anak tentu pernah merasa malu atau sesekali merasa tidak mampu pada kondisi-kondisi tertentu. Pada anak normal, perasaan ini mungkin hanya muncul sesekali dan tidak menetap. Namun, pada anak yang mengalami avoidant personality disorder (AVPD), berbeda.
Avoidant personality disorder (AVDP) adalah pola perilaku yang bertahan lama terkait dengan hambatan sosial, perasaan tidak mampu, dan kepekaan terhadap penolakan yang menyebabkan masalah dalam situasi kerja dan hubungan.
Bukan rasa malu biasa, AVPD sering dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, khususnya gangguan kecemasan sosial.
Orang dengan gangguan tersebut menunjukkan pola penghindaran karena takut akan penolakan atau ketidaksetujuan, yang mereka alami sangat menyakitkan.
Gangguan tersebut mempengaruhi sekitar 2,5% populasi, dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang kurang lebih sama
2. Gejala avoidant personality disorder (AVPD)
Pexels/Trinity Kubassek
Anak yang mengalami AVPD menunjukkan beberapa gejala berikut ini:
Kebutuhan untuk disukai orang lain
Anhedonia (kurangnya kesenangan dalam aktivitas)
Merasa cemas jika mengatakan atau melakukan hal yang salah
Kecemasan dalam situasi sosial
Menghindari konflik dengan menjadi orang yang selalu menolong atau orang yang selalu baik
Menghindari obrolan yang dalam dan intens dengan orang lain
Menghindari pengambilan keputusan
Menghindari situasi karena takut ditolak
Menghindari situasi atau peristiwa sosial
Mudah terluka oleh kritik atau ketidaksetujuan
Kesadaran diri yang ekstrim
Kegagalan untuk memulai kontak sosial
Sikap takut dan tegang
Perasaan tidak mampu
Hipersensitif terhadap evaluasi negatif
Kurangnya ketegasan
Kurangnya kepercayaan pada orang lain
Harga diri rendah
Salah menafsirkan situasi netral sebagai negatif
Tidak punya teman dekat atau kurang jaringan sosial
Isolasi mandiri
Hambatan sosial
Tidak mau mengambil resiko atau mencoba hal baru
Memandang diri sendiri sebagai orang yang tidak kompeten secara sosial atau inferior
Waspada terhadap tanda-tanda ketidaksetujuan atau penolakan
Secara umum tiga gejala utama gangguan kepribadian menghindar adalah perasaan tidak mampu, hambatan sosial, dan kepekaan berlebihan terhadap penolakan atau kritik.
Penyebab AVPD melibatkan faktor genetik, lingkungan, sosial, dan psikologis. Beberapa faktor yang dapat berperan dalam perkembangan kondisi tersebut meliputi:
Pelecehan emosional
Kritik
Ejekan
Kurangnya kasih sayang atau pengasuhan oleh orangtua atau pengasuh di masa kecil
Penolakan oleh teman sebaya
Seringkali, individu dengan kelainan ini sangat pemalu saat masih anak-anak dan tidak mengatasi rasa malu ini seiring bertambahnya usia. Anak-anak yang memiliki hambatan perilaku yang tinggi mungkin lebih cenderung memiliki pengalaman sosial yang negatif, yang berperan dalam perkembangan pola pikir yang meningkatkan risiko mereka untuk mengembangkan AVPD.
4. Diagnosis avoidant personality disorder (AVPD)
Freepik/prostooleh
Avoidant personality disorder (AVPD) hanya dapat didiagnosis oleh profesional kesehatan mental terlatih berdasarkan kriteria yang diuraikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5).
Meskipun dokter keluarga dapat menjadi titik kontak pertama untuk diagnosis, dokter Anda harus merujuk ke psikolog, psikiater, atau profesional kesehatan mental lainnya untuk diagnosis.
Gangguan kepribadian ini biasanya didiagnosis pada orang dewasa, karena kepribadian anak-anak masih berkembang dan perilaku seperti rasa malu bisa menjadi pengalaman normal di masa kanak-kanak yang kemudian tumbuh besar.
5. Dampak avoidant personality disorder (AVPD) jika tidak segera ditangani
Freepik
Anak dengan AVPD cenderung mengasingkan diri dan menghindari orang lain sebagai satu-satunya strategi koping mereka. Orang dengan kondisi tersebut mungkin memiliki sedikit hubungan dan seringkali menjadi sangat terisolasi. Ini sering menyebabkan kesulitan jangka panjang lainnya, termasuk masalah dengan pekerjaan dan sekolah.
Tidak jarang orang dengan kondisi ini menghindari sekolah atau pekerjaan yang melibatkan banyak kontak sosial. Orang dengan kondisi tersebut mungkin lebih mungkin mengalami gangguan penggunaan alkohol dan zat berbahaya.
Perawatan untuk anak dengan AVPD dapat dilakukan lewat berbagai terapi, misalnya terapi bicara yang mencakup terapi perilaku kognitif, terapi psikodinamik, dan terapi skema.
Perawatan yang berhasil dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan berbagai strategi koping yang dapat digunakan orang tersebut untuk mengelola kecemasannya. Seseorang dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin akan selalu agak pemalu, tetapi sikap menghindar tidak akan mendominasi pikiran mereka.
Apabila diperlukan, psikiater dapat memberikan obat antidepresan untuk memperbaiki suasana hati, mengurangi gejala kecemasan, dan juga mengurang kepekaan terhadpa penolakan.
Itulah informasi seputar avoidant personality disorder (AVPD) yang penting diketahui orangtua. Semoga informasi ini dapat bermanfaat ya, Ma.