Ma, Anak Bisa Jadi Obesitas karena Tayangan Kuliner di Youtube
Candu tayangan kuliner bisa mengubah selera dan pola makan anak
13 April 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring dengan berkembangnya konten kuliner di media sosial, hadir pula tren mukbang yang sangat populer dan disukai banyak penonton dari berbagai kalangan usia.
Mukbang (meokbang) yang berasal dari Bahasa Korea yakni meoknun yang berarti makan dan bangsong. Dalam tren masa kini, mukbang merujuka pada tayangan seseorang yang sedang makan dan kemudian diunggah ke media sosial dan platform berbagai video Youtube.
Tren Mukbang Makanan Junk Food yang 'Menggiurkan'
Sayangnya, tren yang menampilkan pelaku dengan porsi makan yang membabi buta tetapi tetap langsing ini kebanyakan bukan mengonsumsi makanan sehat alias junk food.
Ya, seperti yang Mama tahu, biasanya mukbang ini menayangkan pilihan makanan yang menggiurkan. Misalnya aneka camilan manis, makanan cepat saji dan gorengan yang renyah-berminyak, makanan yang super pedas dan variasi makanan aneh lainnya yang sebenarnya tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam jumlah besar karena alasan kesehatan.
Tayangan Kuliner di Youtube Sebabkan Binge Eating
Salah satu dampak yang sering dikaitkan dengan mukbang adalah adanya perilaku binge eating. Binge eating merupakan gangguan makan di mana penderitanya akan terus makan dalam jumlah besar walaupun sudah merasa kenyang sehingga berpotensi menyebabkan kelebihan bobot badan atau obesitas.
Berkaitan dengan hal itulah, maka hal-hal berikut ini sangat diperlukan dalam pendampingan anak, terutama saat membuka tayangan video mukbang dan video kuliner di media sosial:
Editors' Pick
1. Ajari anak makan tanpa ditemani gadget
Ajari anak untuk tidak makan sambil menonton TV atau menonton tayangan lain di media sosial. Sebaiknya, biasakan anak untuk fokus makan bersama keluarga di meja makan untuk mengajari mereka bagaimana cara makan yang baik.
2. Beri batasan waktu nonton Youtube
Di era sekarang ini, anak-anak cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di depan smartphone dan perangkat elektronik lain dibandingkan berinteraksi dengan teman sebayanya. Dilansir dari eatright.org, American Academy of Pediatrics merekomendasikan tidak lebih dari satu jam per hari waktu bagi anak-anak berusia 2 hingga 5 tahun untuk berhadapan dengan layar. Sementara itu, untuk anak usia yang lebih besar, 3-4 jam setiap minggunya adalah waktu yang cukup.
3. Libatkan anak saat menyiapkan makanan
Banyak orangtua yang merasa keberatan saat si Anak ingin membantu di dapur. Padahal ini adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan proses menyiapkan makanan yang baik.Misalnya memperkenalkan proses mengolah makanan sehat agar tampak menarik. Hal ini tentu saja bertujuan untuk menekan keinginan mereka mengonsumsi makanan yang tidak sehat saat menonton di video mukbang di channel Youtube yang diikutinya.
Pentingnya Pendampingan Orangtua Saat Anak Nonton Youtube
Anak yang terbiasa menonton tayangan mukbang tanpa adanya pendampingan dari orangtua bisa jadi terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Apalagi melihat profil artis yang melakukan mukbang tetap tampak langsing, meskipun makan dalam jumlah besar.
Sayangnya, para pelaku mukbang tidak menunjukkan rutinitas apa yang dilakukannya untuk menjaga berat badannya tetap ideal dan tetap sehat. Apa yang ditampilkan di depan layar, hanya sebagian dari kehidupannya. Untuk itu selalu dampingi anak saat nonton Youtube agar anak memiliki perspektif yang lebih luas terhadap tontonan favoritnya.
Baca Juga:
- 5 Channel Youtube Edukatif Ini Aman dan Menghibur Untuk Anak Usia SD
- YouTube Kids Hadir dengan Aplikasi Ramah Anak dan Keluarga
- Anak Menyimpan Konten Terlarang di Ponsel, Apa Yang Harus Dilakukan?