Masih lekat dalam ingatan, sebuah video yang viral di bulan Februari tahun lalu. Seorang anak perempuan yang menjadi korban perundungan tiga orang anak laki-laki sekelasnya.
Dalam video berdurasi 28 detik yang tersebar di media sosial itu, tampak sang Gadis Berkerudung yang duduk sambil menunduk, sementara tiga bocah laki-laki bergantian menendangnya.
Tindakan ini sungguh membuat hati miris ya, Ma. Di Indonesia, budaya yang berkembang di masyarakat adalah anak laki-laki harus kuat dan berani, serta tak boleh menunjukkan sisi lembutnya.
Sementara, perempuan sebaliknya. Akan tetapi, tumbuh bersama-sama di lingkungan yang heterogen, penting bagi tiap anak menghormati sesamanya. Tak terkecuali mendidik anak laki-laki agar menghormati dan memiliki empati terhadap lawan jenisnya.
Rumah adalah Tempat Sebaik-baiknya Anak Belajar Saling Menghormati
Freepik
Rumah adalah ruang kelas pertama dan yang paling berpengaruh bagi anak mempelajari soal sikap menghormati. Semakin dini orangtua mengajarkannya, semakin baik anak menerapkan perilaku hormat, komunikatif dan ramah ini seagai standar caranya berinteraksi pada dunia.
Sebagai orangtua, cara terbaik untuk mengajarkannya adalah dengan memberikan contoh langsung dan memperbanyak diskusi. Orangtua harus memperbaiki pemikiran-pemikiran kuno tentang apa yang 'tidak jantan' dan 'tidak keren' dilakukan anak laki-laki.
Sebaliknya, orangtua harus memastikan anak laki-laki juga memiliki keterampilan sosial dan emosional yang sama baiknya dengan anak perempuan.
Dilansir dari health.usnews.com, berikut Popmama.com merangkum tips mendidik anak laki-laki agar memperlakukan perempuan di sekitarnya dengan baik:
1. Melatih keterampilan sosial dan emosional
Freepik/Jcomp
Masih banyak anggapan masyarakat yang melabeli sebuah perilaku sebagai 'feminin' dan 'maskulin'. Misalnya, mengungkapkan perasaan dan menangis sebagai perilaku yang feminin, sehingga anak laki-laki seharusnya tidak melakukan itu. Tetapi, sebetulnya tidak ada perilaku yang bisa dikategorikan berdasarkan stereotip gender seperti itu.
Anak laki-laki harus memahami pula bahwa tidak apa-apa mengkomunikasikan perasaan kita, dan ia harus dibekali keterampilan tersebut karena akan berguna untuk mengelola hubungan di masa depan, baik itu dalam romansa, pertemanan hingga profesional.
Editors' Pick
2. Belajar memberi label perasaan
Pexels.com
Alih-alih menyembunyikan perasaan mereka, dorong anak laki-laki mama memberi label perasaan mereka dan berani mengungkapkannya. Para ahli menemukan bahwa keterampilan mengenal perasaan, menunjukkannya emosi dengan tepat dan mengkomunikasikannya kepada orang lain, sangat membantu mencegah ledakan emosi dan kekerasan oleh pria. Begitu pula dampak sebaliknya.
Dorong anak laki-laki Mama untuk lebih terbuka menunjukkan perasaan mereka, ketika malu, sedih atau pun kesal. Menahan perasaan-perasaan ini justru akan mengurangi kemampuan mereka merasakan empati terhadap sekitarnya. Jika anak laki-laki kita memiliki keterampilan mengelola perasaannya sendiri, mereka dapat mengidentifikasi perasaan orang lain di sekitarnya dengan lebih baik.
3. Hindari stereotip
freepik.com
Dunia yang sekarang ini, maskulinitas tak lagi ditelan mentah-mentah dengan stereotip bahwa "laki-laki dilarang keras menangis" atau "jadi cowok itu nggak boleh kelihatan lemah". Pernyataan-pernyataan itu tidak sehat dan hanya akan membuat anak laki-laki dibesarkan dengan pola pikir bahwa karena mereka adalah seorang laki-laki, mereka tak boleh mengungkapkan perasaannya dan mengurung emosinya. Akibatnya, anak laki-laki akan tumbuh dan menangani perasaannya dengan cara negatif.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk berhenti menggunakan kata-kata seperti, "Jangan nangis, kayak anak perempuan!" atau "Anak laki-laki harus berani dan kuat, jangan kayak anak perempuan yang lemah," dan sebagainya untuk mendeskripsikan hal yang rentan.
4. Berbicara terbuka tentang bagaimana harusnya anak laki-laki memperlakukan perempuan
Freepik/prostooleh
Alih-alih mengkomunikasikan rasa tidak nyaman di hati, dengan cara didik yang tak tepat, anak laki-laki bisa tumbuh dengan persepsi bahwa tidak apa bagi laki-laki untuk melampiaskan kemarahan mereka pada wanita, atau wajar bagi pria untuk marah jika perempuan tidak memberikan perhatian sesuai yang diinginkannya. Diam-diam, anak laki-laki membentuk kebencian dan merendahkan perempuan tanpa disadarinya.
Ajak anak laki-laki mama berdiskusi tentang suatu kasus di mana ada laki-laki yang bersikap tidak pantas kepada perempuan. Dengarkan pendapatnya. Tanyakan padanya apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki menghadapi situasi tersebut. Bantu mereka melihat tentang stereotip dalam situasi tersebut dan berikan pemahaman tentang pentingnya menghormati perempuan dan semua orang.
5. Dorong anak berteman dengan anak perempuan
Freepik/ pressfoto
Di masa remaja, anak laki-laki mungkin merasa gengsi dan merasa tidak jantan bila berteman dengan anak perempuan. Namun, pertemanan yang heterogen dengan anak perempuan sangatlah penting untuk mengasah rasa hormat dan sikap yang baik terhadap lawan jenis.
Berteman dengan anak perempuan akan mengajarkan anak laki-laki soal betapa kompleksnya emosi manusia, sehingga mereka bisa belajar seperti apa itu rasa kecewa, canggung, gelisah, galau, kesal dan sebagainya. Bukan hanya sekadar 'sedih' dan 'senang' saja.
Dengan berteman dengan anak perempuan, anak laki-laki juga belajar untuk membela teman-temannya yang direndahkan. Belajar peduli terhadap anak perempuan akan sangat membantu anak laki-laki mama mengembangkan empati dan tumbuh menjadi laki-laki memandang perempuan setara.
Sebagai orangtua, tentunya Mama ingin si Anak laki-laki tumbuh sebagai anak yang percaya diri, berani dan berkarakter.
Tetapi, jangan lupakan, di atas semua keistimewaan itu, membesarkan anak laki-laki yang memiliki rasa hormat terhadap perempuan juga tak kalah pentingnya. Semoga artikel ini menginspirasi ya, Ma.