Diam-diam Merusak, Ini Bahaya Agresi Relasional yang Dialami Anak

Tindakan yang sengaja dilakukan untuk merusak di dalam pergaulan banyak dialami anak perempuan

12 Maret 2020

Diam-diam Merusak, Ini Bahaya Agresi Relasional Dialami Anak
Pixabay/Olya Adamovich

Pertemanan adalah hal yang mudah ditemukan, tapi tak semudah itu dipertahankan. Di masa jelang remaja, seringkali anak mengalami gesekan dalam hubungan pertemanannya. Terutama pada anak perempuan yang lebih banyak melibatkan perasaan dan cenderung lebih ingin menonjol agar diperhatikan lingkungan sekitarnya. 

Mungkin Mama akan mendapati hari dimana anak mama pulang dengan wajah murung dan sedih karena perilaku teman satu gengnya yang tiba-tiba berubah. Atau tangisan karena rasa sakit hati karena dipermalukan teman-temannya di depan kelas, tidak dilibatkan dalam pekerjaan kelompok atau liburan bersama dan menjadi korban atas rumor tak beralasan.

Jika ya, anak mama sedang mengalami agresi relasional. Apa yang harus dilakukan orangtua menghadapi masalah ini? Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi agresi relasional yang harus diketahui orangtua, dilansir dari health.usnews.com:

Agresi Relasional di Kalangan Anak Perempuan

Agresi Relasional Kalangan Anak Perempuan
Pixabay/Cheryl Holt

Agresi relasional adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan untuk merusak hubungan atau status sosial seseorang. Meskipun perilaku ini dapat dilakukan dan dialami segala kelompok usia, tetapi paling banyak terjadi di kalangan remaja. 

Uniknya, agresi relasional banyak terjadi pada anak perempuan. Dari 11.000 siswi kelas 3 SD hingga kelas 2 SMP menjadi korban agresi relasional sebanyak 41-48 persen.

Jenis agresi relasional terbanyak dilakukan adalah menyebar kabar bohong sehingga orang lain tidak menyukai sang Korban, disusul menggoda, ancaman verbal, dan melakukan trik jahat. 

Editors' Pick

Kasus Agresi Relasional Dimulai Semakin Dini

Kasus Agresi Relasional Dimulai Semakin Dini
Freepik

Laporan mencatat bahwa anak perempuan kelas 5 SD hingga 2 SMP mengalami tingkat agresi relasional yang paling tinggi. Akan tetapi, fenomena ini ternyata semakin awal dimulai dari tahun ke tahun. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di pubmed.gov berjudul Relational and Overt Aggression in Preschool, bibit agresi relasional ini bahkan sudah terjadi di kalangan siswa prasekolah.

Pada anak usia prasekolah, agresi relasional termanifestasi dalam ancaman berulang sebagai usaha seorang anak mempertahankan persahabatannya. Mungkin terlihat wajar karena ego seorang anak masih sangat tinggi di usia ini. Akan tetap bila terjadi setiap hari berulang kali, anak akan melewati batas, dari masalah keterampilan sosial menjadi intimidasi yang berkaitan dengan perundungan.

Bentuk-bentuk Agresi Relasional

Bentuk-bentuk Agresi Relasional
Freepik

Agresi relasional merupakan bentuk intimidasi terselubung, yang mencakup pola perilaku yang bertujuan menyakiti seseorang dengan merusak reputasinya atau memanipulasi hubungannya dengan orang lain. Seringkali hal ini tidak diperhatikan orangtua dan guru, karena terselubung dan bersifat rahasia.

Bentuk-bentuk agresi relasional meliputi:

  • Pengasingan sosial,
  • rumor dan gosip,
  • mempengaruhi orang lain untuk tidak menyukai seseorang,
  • penindasan melalui dunia maya,
  • mengintimidasi orang lain,
  • menuliskan pesan-pesan menyakitkan,
  • menggunakan ancaman untuk menjalin persahabatan,
  • menekan anak-anak lain untuk bergabung dalam geng.

Mengapa Anak Cenderung Diam dan Menyembunyikan Ketika Menjadi Korban?

Mengapa Anak Cenderung Diam Menyembunyikan Ketika Menjadi Korban
pixabay.com/sasint

Tekanan teman sebaya dan mempertahankan status sosial merupakan dua alasan besar mengapa kebanyakan anak perempuan terlibat dalam perilaku ini. Selain itu, terkadang para gadis muda ini tidak menyadari ketika mereka sudah melewati batas dari lelucon yang kejam, ke perundungan yang serius.

Karena sifat perilakunya yang rahasia, para korban tidak yakin orang dewasa dapat atau mau membantu mereka keluar dari masalah tersebut. Alasan lainnya, antara lain:

  • Merasa terhina,
  • takut jika dilaporkan, maka perilaku pelaku makin bertambah buruk,
  • tidak yakin bagaimana caranya mencari bantuan,
  • takut mengecewakan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya yang penting dalam kehidupan mereka,
  • khawatir jika menceritakan masalah ini akan mempengaruhi persahabatan mereka dengan yang lainnya.

Akibat dari Agresi Relasional Terhadap Mental Anak

Akibat dari Agresi Relasional Terhadap Mental Anak
Freepik/freephoto

Perilaku ini jika tak segera ditangani dapat menyebabkan anak kehilangan harga dirinya, takut dan menolak pergi ke sekolah, kecemasan hingga depresi, dan merasa kesepian. Pada beberapa kasus, agresi relasional ini dapat menuntun anak ke pemikiran-pemikiran putus asa untuk bunuh diri. 

Penting bagi orangtua untuk mendidik anak remaja tentang memahami batas antara gesekan dalam interaksi sosial dan yang secara emosional melukai orang lain. Memberikan pemahaman ini tentu tak bisa hanya dalam satu malam, melainkan butuh waktu dan serangkaian diskusi bersama putri Mama. Diskusi ini akan membantu anak mengidentifikasi mana perilaku yang dapat merugikan orang lain, serta membicarakan cara menangani konflik di antara anak perempuan tanpa terlibat terlalu jauh dalam perilaku ini.

Mama lah yang paling memahami anak mama. Jika Mama melihat adanya perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur, mengisolasi diri dari pergaulan dan keluarga, sering mengalami sakit kepala atau perut, atau menunjukkan perubahan perilaku dan fisik lainnya yang tidak dapat dijelaskan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak dan psikolog anak. Semoga informasi ini memberikan pencerahan.

Baca juga:

The Latest