Ini Penyebab Anak Ditolak Lingkungan Sosialnya
Penolakan lingkungan sosial di masa jelang remaja bisa menimbulkan trauma
8 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam kehidupannya, manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhannya, baik itu secara fisik maupun psikis. Dalam hal fisik, manusia membutuhkan makanan dan minuman bergizi agar tubuh tetap sehat dan bisa bertahan hidup. Yang tak kalah pentingnya adalah dari segi psikis, dimana setiap manusia pasti ingin dicintai oleh sekitarnya.
Perasaan dicintai ini erat kaitannya dengan penerimaan diri. Namun, dalam perjalanannya, hubungan sosial antar manusia memang tak selamanya mulus. Kita akan menghadapi gesekan-gesekan dalam lingkungan sosial yang seringkali berujung penolakan. Hal ini juga dialami oleh anak-anak kita.
Dilansir dari verywellfamily.com, anak yang ditolak oleh lingkungan sosialnya adalah salah satu dari lima jenis status sosiometrik yang mengkategorikan status sosial anak berdasarkan respons teman sebaya terhadap anak tersebut.
Beberapa teman sebaya mungkin tetap berteman dengan anak yang ditolak tersebut sampai batas tertentu saja. Tetapi jarang yang menganggapnya benar-benar sebagai seorang sahabat.
Berikut Popmama.com telah merangkun alasan anak tidak diterima lingkungan sosialnya.
1. Anak agresif, penyebab atau hasil dari penolakan lingkungan sosial?
Anak-anak yang ditolak lingkungan sosialnya seringkali menunjukkan perilaku yag agresif, terlihat cemas dan menarik diri. Dalam kasus ini, orangtua perlu mengidentifikasi perilaku anak yang mana yang menyebabkan ia ditolak lingkungan sekitarnya, atau justru perilaku itu muncul sebagai hasil dari penolakan lingkungan.
Anak-anak agresif sering menggunakan agresi fisik, verbal dan atau sosial terhadap teman sebayanya. Perilaku agresif ini bisa jadi merupakan akibat dari penolakan teman sebaya.
Sayangnya, ketika agresi ini muncul, justru memicu gesekan dan penolakan yang lebih besar dan berkepanjangan dari teman sebaya.
Baca juga: Mama Harus Tahu: Penyebab Sikap Agresif pada Anak dan Penanganannya
Editors' Pick
2. Dipicu masalah perkembangan mental, kecacatan fisik dan perbedaan budaya
Di sisi lain, masalah penolakan seperti ini muncul kemungkinan karena gangguan perkembangan anak. Misalnya autisme, ADHD, gangguan obsesif-kompulsif, kecemasan sosial atau depresi.
Masalah-masalah ini dapat menyebabkan perilaku yang tidak biasa dan mengganggu bagi orang lain.
Perbedaan sikap lingkungan sosial juga bisa dialami oleh anak yang mengalami kecacatan fisik, misalnya ketulian, kebutaan, cerebral palsy dan lain-lain. Pada anak yang obesitas, kurus dan memiliki fitur-fitur tubuh yang dianggap 'berbeda' dari lingkungan sosial di sekitarnya, juga rentan mengalami penolakan sosial ini.
Selain masalah fisik dan perkembangan mental, penolakan terhadap seorang anak dapat dipicu oleh perilaku dan penggunaan bahasa yang berasal dari budaya atau etnis yang berbeda dari mayoritas anak di sekolah tertentu.
3. Membantu anak bersosialisasi agar dapat diterima lingkungan sosial
Sebagian anak dengan perbedaan-perbedaan yang telah disebutkan di atas, dapat melalui masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa dengan mulus dan memiliki banyak teman. Mereka punya keterampilan sosial yang begitu mengesankan sehingga perbedaan itu tak lagi relevan.
Namun, sebagian lainnya, menghadapi kesulitan saat harus berinteraksi dengan lingkungan sosial. Jika anak Mama menghadapi tantangan perkembangan mental, fisik atau hambatan budaya dan bahasa, Mama bisa membantunya mempersiapkan keterlibatan sosial di lingkungan pergaulan dengan membekalinya keterampilan sosial.
Mama dapat mengajari anak agar menghindari perilaku bermasalah yang dapat menimbulkan potensi penolakan lingkungan sosial, misalnya:
- Mengupil sembarangan,
- mengisap jempol,
- menarik perhatian atau menyombongkan diri,
- suka mencampuri urusan atau pembicaraan orang lain,
- mengganggu teman, dan lain-lain.
4. Membantu anak mengatasi penolakan dari lingkungan sosial
Penolakan yang dialami seorang anak di masa kecil, dapat meninggalkan luka batin padanya hingga di masa dewasa. Oleh karenanya, masalah ini harus diatasi sesegera mungkin.
Untuk membantu anak mengatasi penolakan, penting untuk memahami penyebabnya.
Popmama.com menyarankan untuk membuat daftar hal yang potensial menjadi pemicu masalah, kemudian amati perilaku anak sehari-hari. Lalu, ambil kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru.
- Bantu anak menyadari perilakunya yang mengganggu dan secara bertahap berusaha meredamnya.
- Ketika anak menunjukkan perilaku positif secara sosial, pujilah dia dan jelaskan mengapa perilaku itu baik dilakukan.
- Ajak anak berdiskusi tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikirannya, berani berpendapat dan mengemukakan topik pembicaraan yang menjadi minatnya.
- Tanamkan pada anak makna persahabatan yang lebih bernilai ketimbang menjadi seseorang yang populer. Tunjukkan padanya bahwa tak masalah hanya memiliki teman sedikit, tetapi loyal.
- Dengarkan baik-baik jika anak bercerita tentang perasaannya. Ia perlu tahu bahwa ia punya Mama dan keluarga yang mencintainya dengan tulus. Dukungan keluarga akan memberikan dampak signifikan terhadap kepercayaan diri anak.
Semoga informasi ini dapat menginspirasi Mama dan keluarga mengatasi masalah anak tidak diterima oleh lingkungan sosial yang sedang dihadapi anak ya, Ma.
Baca juga:
- Sudahkah Mama Memperhatikan Lingkar Pertemanan si Kecil?
- 9 Panduan Orangtua Tunggal Mendidik Anak Remajanya
- 5 Alasan Mengapa Anak Remaja Mudah Bertengkar dengan Orangtua