Bullying atau perundungan menjadi kasus yang memprihatinkan saat ini. Ada begitu banyak kasus bullying yang terjadi di Indonesia yang berujung pada tindakan kriminal hingga menghilangkan nyawa korbannya. Pasalnya, korban-korban bullying ini sebagian besar adalah anak-anak usia sekolah dan remaja.
Hal ini mendorong Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) hingga Presiden Republik Indonesia menaruh perhatian serius terhadap pentingnya edukasi mengenai pencegahan bullying ini.
Berikut ini Popmama.com merangkum informasi selengkapnya mengenai jenis-jenis bullying dan apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah tindakan ini.
1. Apa itu bullying?
Pexel/Mikhail Nilov
Bullying adalah adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya, dikutip dari pernyataan psikolog Andrew Mellor yang kami lansir dari siaran pers Rumah Sakit Pondok Indah Group "Cegah Bullying pada Anak".
Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).
Editors' Pick
2. Kasus bullying paling banyak terjadi di sekolah
Freepik/gpointstudio
Ilustrasi
Alih-alih tempat lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan dari 480 anak yang menjadi korban bullying di sekolah pada periode 2016 hingga 2020.
Hal ini bisa dikatakan sebagai ironi, karena sekolah yang seharusnya menjadi tempat anak berkembang dan terdidik, justru menjadi tempat terjadinya bullying. Sulitnya memutus mata rantai kasus perundungan ini menjadi pokok permasalahan. Sebab, korban bisa menjadi pelaku dan pelaku dapat pula menjadi korban.
Diperlukan peran serta banyak pihak untuk memutus bersama mata rantai yang sudah mengakar kuat ini. Salah satunya peran serta dari keluarga dan lingkungan sekitar.
3. Jenis-jenis bullying
Freepik/Burdun
Ilustrasi
Bullying tidak hanya terjadi secara fisik saja. Ada beberapa jenis bullying yang perlu orangtua ketahui:
Bullying fisik
Jenis perundungan yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain.
Perundungan fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan perundungan jenis lainnya
Bullying verbal
Jenis bullying ini melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus perundungan verbal termasuk jenis perundungan yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari.
Bullying relasi sosial
Jenis bullying yang bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran.
Contoh perundungan sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain.
Bullying elektronik
Jenis bullying ini dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, ponsel, internet, situs, chatting room, e-mail, SMS, dan lain-lain.
Perilaku yang termasuk perundungan elektronik antara lain menggunakan tulisan, gambar, dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contohnya cyberbullying, yaitu perundungan melalui internet.
4. Cara mengajarkan anak menghadapi pelaku bullying
Freepik/Zinkevych
Ilustrasi
Ada beberapa hal sederhana yang dapat mama ajarkan kepada anak untuk mencegah terjadinya bullying, antara lain:
Katakan dengan tegas agar pelaku bullying menghentikan tindakannya.
Hindari membuat situasi bertambah panas dengan menantang pelaku. Pelaku bullying cenderung menanggapi dengan melakukan tindakan lebih lanjut dan masalah akan semakin besar.
Jika situasi mengancam atau berbahaya, sebaiknya anak segera pergi. Jika anak mengkhawatirkan keselamatannya, segera temui guru, pembimbing, atau orang dewasa di sekitar yang dapat membantu mengatasi situasi tersebut.
Tidak perlu menanggapi serangan pelaku di dunia maya. Simpan bukti-buktinya dan blok pelaku agar tidak dapat berinteraksi lagi.
5. Apabila anak menjadi korban bullying, apa yang bisa orangtua lakukan?
Freepik
Ilustrasi
Saat anak menjadi korban bullying, tentu hal ini membuat mama merasa sedih. Namun, mama perlu melakukan tindakan tegas dan tidak menunggu kasus ini menjadi lebih jauh baru mengambil tindakan.
Jangan menunggu terlalu lama
Jika pelaku sudah membuat anak merasa cemas saat berangkat ke sekolah, terjaga pada malam hari, atau mencampuri kehidupan anak secara negatif, segera ambil tindakan. Dengan keputusan yang cepat dan tepat yang diambil, mama dapat menyelamatkan kesehatan mental bahkan nyawa anak mama.
Berbicaralah dengan petugas sekolah
Berbicaralah dengan kepala sekolah atau pembimbing yang ada di sekolah mengenai situasi tersebut sehingga tindakan bullying dapat dihentikan sesegera mungkin.
Langkah-langkah yang diambil dapat berupa menghukum pelaku atau mengadakan mediasi untuk mengatasi masalah tersebut.
Ketahui bahwa ada anak-anak lain di sekolah Anda yang mengalami masalah yang sama, maka peraturan dan protokol ditempatkan untuk alasan yang baik.
Jika Anda orangtua, rencanakan pertemuan dengan pengurus sekolah alih-alih mengatasi sendiri situasi tersebut.
Laporkan bullying di dunia maya kepada penyedia layanan internet
Ambil langkah hukum
Kontak penegak hukum setempat jika kasus bullying yang dihadapi anak sudah menyakiti secara fisik atau mencemarkan nama baik anak.
Rasa malu dapat menjadi latar belakang seseorang mengalami bullying. Anak-anak sering menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu menangani perundungan atas dirinya.
Selain itu, rasa malu juga muncul ketika anak tidak mampu melakukan usaha yang lebih baik dari yang sudah mereka lakukan. Rasa malu juga membuat mereka menyimpan rahasia dan tidak mencari serta menerima pertolongan yang diberikan kepada mereka.
Menyimpan rahasia membuat mereka mengulangi pemikiran-pemikiran yang tidak rasional hingga pada titik menganggap pemikiran tersebut merupakan kenyataan, bukannya pendapat.
Pemikiran-pemikiran ini kerap kali berujung pada logika tidak rasional berupa bunuh diri yang timbul karena bullying.
Semoga informasi ini bermanfaat dan tidak ada lagi kasus bullying yang berujung mengorbankan nyawa orang lain.