Ke Psikolog di Usia 13 Tahun, Ariel Tatum Idap BPD Sejak Remaja
Borderline Personality Disorder sempat bikin Ariel ingin bunuh diri hingga sewa pembunuh bayaran
20 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap manusia dilahirkan dengan harapan memiliki kehidupan yang normal dan sehat jiwa-raga. Namun, pada perjalanannya, manusia mengalami berbagai kejadian yang mengubah kehidupannya. Entah itu kecelakaan, diagnosis penyakit hingga trauma dan tekanan yang berdampak pada kesehatan mental.
Sayangnya, jika menyoal kesehatan mental, seringkali tak disadari sejak dini karena memang gejalanya tak seperti penyakit fisik yang lebih terlihat kasat mata. Tetapi, artis Ariel Tatum berbeda. Sejak usia 13 tahun ia secara mandiri mencari bantuan profesional karena merasa apa yang dialaminya sudah tidak wajar. Di kemudian hari, Ariel didiagnosis mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) atau kepribadian di ambang. Di acara televisi Call Me Mel yang dipandu Melaney Ricardo, Ariel mengakui masalah kejiwaannya itu.
Dihantui Sulit Tidur Hingga Keinginan Bunuh Diri
Gejala BPD yang dialami Ariel mulai muncul di usia 13 tahun. Saat itu tidak bisa tidur yang parah sehingga mengganggu produktivitasnya. Dari yang awalnya sekadar tak bisa tidur, gejala-gejala lain pun muncul.
"Yang paling parah percobaan bunuh diri sih pastinya. Terus sama melukai diri sendiri. Menurut aku sudah enggak wajar, ya, karena aku pun enggak sadar akan hal itu," kata Ariel. Keinginan untuk bunuh diri itu pun semakin kuat hingga terakhir kali dirasakan Ariel pada tahun 2017 silam. Ia pun sempat berpikir menyewa pembunuh bayaran.
Merasa ada yang janggal dengan dirinya, Ariel pun memutuskan berobat ke psikolog dan psikiater. Padahal waktu itu usianya masih 13 tahun. Keputusan itu diambil oleh Ariel tanpa sepengetahuan orangtuanya dan menggunakan biaya sendiri, karena ia tidak ingin membuat sedih orangtua. Hingga sang Ibu mengetahui percobaan bunuh dirinya dan akhirnya mengetahui gangguan yang dialami Ariel.
Editors' Pick
Apa itu Borderline Personality Disorder?
Borderline Personality Disorder (BPD) merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan mengatur emosinya. Gangguan kesehatan mental ini berpola acak pada perilaku, suasana hati dan self-image seseorang. Mereka yang mengidap BPD akan mengalami episode kemarahan, depresi, dan kecemasan yang intens dan bisa berlangsung dalam hitungan jam hingga hari.
Tanda dan Gejala BPD
Dilansir dari National Institute of Mental Health, orang dengan BPD mengalami perubahan suasana hati dan menunjukkan sikap yang gamang tentang bagaimana mereka melihat dirinya sendiri dan perannya di kehidupan ini. Ketertarikan mereka terhadap hal-hal dan nilai kehidupan yang dianut akan bergonta-ganti.
Pengidap BPD juga punya kecenderungan melihat suatu hal secara ekstrem, misalnya semuanya baik atau semuanya buruk. Opini mereka terhadap seseorang juga bisa berubah dengan begitu cepat. Di suatu hari seseorang bisa dianggapnya sebagai teman, besoknya bisa menjadi musuh besar.
Gejala lain yang ditampakkan oleh pengidap BPD, antara lain:
- Perilaku melukai diri sendiri, seperti menyayat nadi.
- Sering membicarakan tentang kematian, bahkan berniat melakukannya.
- Suasana hati yang berubah-ubah secara intens dan sangat sering, di mana tiap episodenya bisa berlangsung berjam-jam sampai berhari-hari.
- Merasakan kehampaan yang sangat menyiksa.
- Sulit mempercayai orang lain yang mana perasaan ini beriringan dengan ketakutan akan tujuan orang lain terhadap dirinya.
- Tidak mampu mengelola kemarahan.
- Memiliki self-image yang tidak stabil.
- Pola hubungan dengan keluarga, teman dan pasangan yang tidak stabil, beralih dari sangat dekat dan mencintai ke sikap sangat membenci.
Faktor Pemicu Seseorang Mengidap BPD
Sebetulnya, faktor pemicu BPD masihlah belum ditemukan secara pasti. Tetapi penelitian menemukan bahwa faktor genetik, struktur otak beserta fungsinya dan lingkungan berperan meningkatkan risiko terbentuknya BPD pada seseorang:
- Faktor genetik: Orang yang memiliki keluarga dekat dengan gangguan BPD punya peluang mengidap gangguan ini lebih besar
- Faktor otak: Studi menunjukkan pengidap BPD memiliki struktur dan fungsi otak yang berubah. Terutama pada area yang mengontrol impuls dan mengatur emosi. Tetapi masih belum jelas apakah ini merupakan faktor pemicu atau penyebab BPD
- Lingkungan, budaya dan faktor sosial: Banyak pengidap BPD melaporkan bahwa dirinya pernah mengalami kejadian traumatis dalam hidup, misalnya kekerasan, pengasingan dan kejadian malang yang menimpanya di masa kecil.
BPD pada Remaja
Banyak ahli masih memperdebatkan bahwa BPD seharusnya tidak didiagnosis pada anak di bawah usia 18 tahun. Ini dikarenakan sebelum usia 18 tahun, kepribadian seseorang masihlah belum terbentuk dengan baik. Tetapi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) merangkum beberapa ketentuan yang memungkinkan untuk diagnosis BPD sebelum anak berusia 18 tahun, bahkan di bawah 13 tahun meskipun kasusnya masih sangat jarang.
Pengidap BPD akan mendapatkan beberapa psikoterapi, seperti terapi perilaku dialektik dan terapi kognitif-perilaku. Hingga kini masih belum ada obat untuk menyembuhkan BPD yang disetujui oleh FDA, tetapi ada obat-obatan yang telah terbukti dapat menekan beberapa gejalanya.
Jika anak Mama menunjukkan sikap dan perilaku yang berbeda, terlebih jika ia mengeluhkannya, jangan dianggap sepele ya, Ma. Segera ajak anak berkonsultasi ke psikolog. Bila memang psikolog merasa perlu penanganan lebih lanjut, akan diberikan rujukan ke psikiater.
Baca Juga:
- Ini yang Sebaiknya Mama Ketahui Mengenai Anak Berkepribadian Ganda
- 5 Perilaku Orangtua Ini Bisa Menyebabkan Anak Alami Gangguan Bipolar
- Ini 5 Alasan Mengapa Anak Seringkali Berperilaku Kasar dan Tidak Sopan