Mengenal Onychopagia, Kebiasaan Mengigit Kuku pada Anak
Bukan hanya iseng, onychopagia erat hubungannya dengan kondisi psikologis anak
1 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat anak tumbuh gigi, ia cenderung senang mengisap jempolnya. Hal ini terjadi secara alamiah untuk menenangkan rasa tak nyaman akibat gigi yang mau tumbuh. Lepas dari periode mengisap jempol, ternyata masih ada satu lagi kebiasaan serupa yang banyak diidap anak-anak, yaitu mengigit kuku.
Kebiasaan menggigit kuku yang dikenal dengan istilah onychopagia. Biasanya orangtua memarahi anak karena memelihara kebiasaan ini. Padahal, munculnya kebiasaan menggigit kuku bukan semata-mata karena anak iseng, melainkan erat kaitannya dengan psikologis anak.
Jangan diremehkan ya, Ma, karena onychopagia bisa menimbulkan masalah kesehatan. Berikut ini Popmama.com merangkum seputar onychopagia, hubunganya dengan psikologis anak dan cara mengatasinya, dilansir dari psychologytoday.com:
Editors' Pick
Mengenal Onychopagia
Onychophagia pada anak berkaitan dengan gangguan perilaku dan kecemasan. Biasanya onychopagia beriringan dengan kebiasaan menarik rambut dan menggaruk atau mencakar kulit sendiri berulangkali.
Onychopagia pada anak munculnya ditandai dengan gejala, seperti:
- Diliputi ketegangan atau kegelisahan sebelum menggigit kuku.
- Timbul perasaan lega bahkan gembira saat sedang menggigit kuku.
- Merasa tidak percaya diri akibat area jari tangan yang rusak karena digigiti.
- Mengalami kerusakan jaringan di kuku, kulit sekitar kuku, dan kutikula.
- Mengalami luka di mulut, masalah gigi, abses dan infeksi di sekitar mulut.
Mengapa Seorang Anak Mengidap Onychopagia?
Penyebab onychopagia pada anak sebenarnya belum diketahui secara pasti. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kebiasaan ini akan terjadi bila ada keluarga dekat yang memiliki perilaku serupa. Namun, hal ini masih menjadi pertentangan.
Penelitian lain menemukan fakta kebiasaan menggigit kuku semata-mata dilakukan anak untuk menghilangkan stres, ketegangan, kesepian, kelaparan, dan bahkan bertujuan mengalihkan diri dari kebosanan.
Kebiasaan menggigit kuku pada anak juga disebut-sebut sebagai pengembangan dari kebiasaan yang dilakukan sebelumnya, seperti mengisap jari tangan atau ibu jarinya. Selain itu, kebiasaan menggigit kuku juga dikaitkan denganAttention Deficit/ Hyperactivity Disorder (ADHD) dan masalah kesehatan mental lainnya.
Cara Mengatasi Onychopagia
Orangtua zaman dulu mengoleskan jamu yang pahit pada jari agar anak tidak suka mengisap jempol atau menggigit kukunya. Sayangnya, tindakan tidak efektif dan akhirnya mereka mencoba menerapkan cara lain seperti memakaikan sarung tangan pada anak untuk membatasi kontak antara jari dan mulut. Pada kasus yang berat, onychopagia pada anak dapat diatasi dengan menghindari faktor-faktor emosional yang memicu kebiasaan menggigit kuku.
Meski terkesan sepele, nyatanya banyak anak yang mengalami kesulitan untuk menghentikan kebiasaan menggigit kuku tersebut. Karenanya, dibutuhkan bantuan dan kerjasama dari tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan solusi terbaik agar kebiasaan ini tidak terbawa hingga anak-anak tumbuh dewasa.
Jika anak Mama terindikasi punya kebiasaan ini, konsultasikan dengan dokter anak. Jika ditemukan adanya faktor psikologis, biasanya dokter anak akan merujuk ke psikolog agar penanganannya lebih tepat pada sumber masalah.
Baca Juga:
- Waspada! Kenali Bahaya Kebiasaan Buruk Anak Mengisap Jempol
- 4 Alasan Penting Mengapa Mama Harus Melarang si Kecil Menghisap Jempol
- Cara Membantu Si Kecil Berhenti Mengisap Jempol