Mengenal Permissive Parenting, Pola Asuh Bebas yang Menjerumuskan
Inginnya anak jadi teman dan akrab, tapi justru pola asuh ini membahayakan
8 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jika ada pekerjaan yang menuntut tanggungjawab tinggi atas hidup seseorang, jawabannya adalah mendidik dan mengasuh anak. Anak bagaikan kanvas putih bersih yang ditorehkan goresan awalnya oleh sang Orangtua. Pengasuhan anak mengambil peranan penting dalam membentuk karakter anak hingga ia dewasa kelak.
Ada begitu banyak bentuk pengasuhan orangtua. Mulai dari yang sangat tegas dan keras, hingga yang lembut dan cenderung abai. Pengasuhan anak saat ini, tidak bisa lepas begitu saja dari peran saling mewariskan dari buyut-buyut yang terdahulu. Sayangnya, banyak orangtua yang tak menyadari dan memahami seperti apa sih sebetulnya bentuk pengasuhannya.
Berikut ini Popmama.com akan mengupas tentang salah satu bentuk pengasuhan, yaitu permissive parenting, dilansir dari verywellmind.com:
Apa itu Permissive Parenting?
Permissive parenting adalah jenis pola asuh yang ditandai dengan tuntutan rendah dengan respons tinggi. Orangtua yang permisif sangat mencintai anak-anaknya, dengan sedikit panduan dan aturan. Orangtua ini seringkali tampak seperti seorang teman daripada figur orangtua, kebalikan dari helicopter parents yang sangat mengatur anak-anak mereka. Orangtua permisif jarang membuat aturan karena mereka berpendapat "ya seperti itulah anak-anak."
Karena hanya sedikit aturan, tuntutan, dan harapan, anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang permisif cenderung berjuang mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri.
Editors' Pick
Karakteristik Permissive Parenting
Orangtua yang permisif memiliki karakter-karakter, antara lain:
- Tidak konsisten terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri,
- memiliki beberapa standar perilaku,
- biasanya sangat memelihara, melindungi, dan tidak ingin anaknya tersakiti,
- seringkali tampak seperti teman ketimbang orangtua,
- menggunakan mainan, hadiah, dan makan sebagai sarana untuk mendisiplinkan perilaku anak,
- hanya memberi sedikit jadwal atau sistem aturan di rumah,
- menekankan kebebasan ketimbang tanggungjawab kepada anak,
- menanyakan pendapat anak tentang keputusan penting yang seharusnya diambil tegas oleh orangtua,
- jarang menegakkan kedisiplinan dan konsekuensi.