Migrain pada Anak, Berbahayakah?
Faktanya, sekitar 10 persen anak-anak pernah mengalami migrain
30 Mei 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapapun yang pernah terserang migrain, tentu bisa mengingat betapa sakitnya saat penyakit ini menyerang. Terlebih di tengah-tengah kesibukan menjalankan aktivitas.
Migrain, penyakit yang satu ini memang tidak pandang bulu. Tak hanya dapat menyerang orangtua, faktanya migrain atau sakit kepala akut juga kerapkali dialami oleh anak-anak. Namun, gejala migrain pada anak berbeda dengan yang sering dirasakan orangtua.
Saat migrain menyerang, biasanya orangtua seringkali merasakan sensasi berdenyut pada salah satu sisi kepala, tetapi pada anak serangan migrain akan terasa pada seluruh kepala bukan hanya di satu sisi saja.
Editors' Pick
Mengenali Gejala Migrain pada Anak
Gejala migrain bisa bervariasi pada masing-masing anak. Polanya pun berbeda dari satu serangan ke serangan berikutnya. Beberapa anak mengalami migrain sesekali saja di waktu-waktu tertentu.Sedangkan pada anak yang lain, serangan sakit kepala ini bisa terjadi berulang; setiap minggu bahkan ada yang mengalaminya setiap hari selama beberapa minggu.
Saat migrain menyerang, aktivitas sekecil apapun akan membuat kondisinya bertambah buruk. Karena itu penting memberikan kesempatan beristirahat total pada anak untuk tidur meskipun sejenak untuk meredakan rasa sakit.
Seperti yang dilansir dari migrainetrust.org, disebutkan bahwa sekitar 10 persen anak-anak mengalami migrain dengan aura. Aura adalah fenomena neurologi fokus yang muncul sebelum atau selama migrain menyerang. Aura biasanya muncul berupa gangguan penglihatan atau bicara, rasa kesemutan, pusing, mati rasa, atau kelemahan pada anggota tubuh tertentu.
Aura penglihatan dapat mencakup kabur, bintik-bintik buta, pola lampu berkedip, bintik-bintik gelap atau berwarna, berkilau, bintang atau garis zig-zag yang biasanya berlangsung selama satu jam. Pada orang dewasa, aura umumnya terjadi sebelum migrain menyerang. Tetapi pada anak fenomena ini dapat terjadi bersamaan dengan munculnya sakit kepala.
Faktor Pemicu Terjadinya Migrain pada Anak
Migrain pada anak dapat terjadi secara tiba-tiba. Namun, orangtua dan anak-anak dapat menelusuri pemicunya. Antara lain:
- Pola tidur terganggu,
- dehidrasi,
- diet,
- kekurangan makan,
- stres atau kecemasan berlebih,
- olahraga berat atau latihan fisik,
- faktor lingkungan sekitar seperti cahaya yang terlalu terang,
- paparan berelbihan pada layar komputer.
Bagaimana Cara Mengatasi Migrain pada Anak?
Ada banyak cara yang dapat dilakukan Mama untuk membantu si Kecil mengatasi migrain. Berikut di antaranya:
Membantu anak mengenali faktor pemicunya
Buatlah sebuah catatan kecil yang berkaitan dengan faktor pemicu terjadinya migrain pada anak. Tujuannya, agar anak dapat belajar memahami hal apa saja yang dapat memicu terjadinya serangan di waktu mendatang.
Catatan ini juga sebaiknya dibawa dan ditunjukkan pada guru di sekolah, agar mereka tidak panik dan tahu apa yang harus dilakukan saat migrain menyerang.
Amati gejala yang muncul
Perhatikan tanda-tanda yang biasanya diperlihatkan anak dalam dua hingga 48 jam sebelumnya. Antara lain: kelelahan, mengantuk, kulit tampak pucat, nyeri otot, kebingungan atau bahkan mudah tersinggung. Jika anak mulai menampakkan hal-hal tersebut, bantu ia untuk mengendalikan gejalanya.
Mengendalikan gejala
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak mengendalikan gejala dan membuatnya merasa tenang saat serangan sakit kepala datang. Caranya, antara lain dengan:
- Menempelkan kompres dingin pada dahi anak,
- meminta anak untuk latihan pernapasan,
- membaringkan anak di ruangan gelap dan sejuk,
- membiarkannya tidur minimal 15 menit hingga rasa sakit berkurang.
Saat anak mengalami migrain, Mama dapat membantunya menghilangkan ketegangan dengan cara terapi pijat untuk membantu mengurangi nyeri otot di leher dan bahu. Apalagi jika penyebab umum munculnya rasa sakit di kepala anak adalah beban tas sekolah yang berat.
Baca Juga:
- Flat Head Syndrome, Sindrom yang Mengakibatkan Kepala Bayi Datar
- 5 Bahaya Jika Kepala si Kecil Sering Terbentur
- Wajib Baca! Ketahui 3 Fakta Penting Mengenai Benjolan di Kepala Bayi