Orangtua Wajib Tahu, Cara Mendisiplinkan Anak yang Suka Berkata Kasar
Jika dibiarkan, konsekuensi seumur hidup bisa menjerumuskan anak di masa depan
20 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam masa tumbuh-kembangnya, anak banyak belajar dari lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu mereka pun sangat tinggi. Tak jarang anak melakukan hal-hal yang membuat orangtua terkejut dan berpikir, "Dari mana mereka mempelajarinya ya?" Tak terkecuali saat anak berkata kasar.
Adalah hal yang normal saat anak berkata kasar atau mengumpat sesekali. Anak yang lebih kecil punya kecenderungan mengimitasi dan mengulangi sesuatu yang mereka dengar. Anak yang lebih besar sering ingin menguji reaksi orang di sekitar mereka saat mereka berkata kasar.
Jika anak sudah mulai menggunakan kata-kata kasar dan cukup sering mengulanginya, berikut ini Popmama.com punya tips teknik mendisiplinkan anak yang suka berkata kasar, dilansir dari Very Well Family:
1. Sadari tentang nilai keluarga
Nilai-nilai yang dianut memainkan peran besar dalam memutuskan bagaiman menanggapi kata-kata kasar yang dilontarkan anak. Ada keluarga yang menganggap kata-kata kasar bukanlah masalah besar. Tetapi ada juga keluarga yang sangat tersinggung dengan kata-kata kasar dan sumpah serapah.
Seperti apapun nilai keluarga mama, sebaiknya bicarakan dengan anak tentang bagaimana orang lain memiliki pandangan dan nilai berbeda dalam menanggapi kata-kata kasar. Meski bagi keluarga mama kata-kata kasar itu adalah hal yang biasa, tetapi pada orang lain bisa jadi sangat menyinggung.
Editors' Pick
2. Gali alasan anak berkata kasar
Saat mendengar anak berkata kasar, mungkin kemarahan orangtua akan tersulut dengan cepat. Tetapi orangtua perlu melihat kembali mengapa anak berkata kasar.
Seorang anak berusia 5 tahun yang mengulang kata kasar yang mereka dengar dari sekitarnya akan berbeda motivasinya dengan anak remaja yang memaki temannya.
Terkadang anak melontarkan kata-kata kasar karena mereka belum memiliki kebijaksanaan dan keterampilan hidup yang penting, seperti keterampilan sosial dan komunikasi. Apabila hal ini masalahnya, penting bagi orangtua untuk segera mengajari anak keterampilan itu. Jika tidak, bisa ada konsekuensi seumur hidup.