Penting, Ajarkan Anak Etika Berkomunikasi Menggunakan Smartphone
Anak perlu tahu risiko dan konsekuensi tiap pernyataan yang ditulisnya di ranah digital
2 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Waktu terus bergulir, zaman pun berganti. Begitu pula dengan teknologi yang terus berinovasi. Disadari atau tidak, perkembangan teknologi turut mengubah cara manusia berkomunikasi.
Jika dulunya untuk berkirim kabar kita harus mengirimkan surat yang sampai dalam waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan, dengan adanya smartphone di masa kini, pesan pun dapat disampaikan lebih mudah dan efisien.
Pengguna smartphone kini bukan didominasi orang dewasa saja. Anak dan remaja pun sudah sangat fasih menggunakannya.
Bukan hanya untuk bermain game saja, melainkan juga berkirim pesan yang sekarang telah menjadi metode komunikasi utama di kalangan anak dan remaja.
Untuk urusan teknis menggunakan smartphone dan fitur-fiturnya, mungkin anak dan remaja sudah sangat menguasainya. Tetapi, bukan berarti orangtua bisa lepas tangan begitu saja.
Dibalik kemampuan anak mengoperasikan smartphone, orangtua perlu menanamkan etika berkomunikasi dalam berkirim pesan lewat teks.
Berikut ini Popmama.com merangkum 6 prinsip utama etika berkomunikasi lewat smartphone yang penting diajarkan orangtua pada anak dan remaja, dilansir dari verywellfamily.com:
1. Berkirim pesan teks tidak menggantikan tatap muka
Anak dan remaja harus diberikan pemahaman bahwa berkirim pesan teks tidak dapat menggantikan komunikasi lewat tatap muka. Berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial di sekitar sangatlah penting agar anak tidak membangun keasyikannya sendiri dengan berkirim pesan teks.
Selain itu, ikatan emosional lewat tetap muka atau ngobrol langsung lebih mudah dipahami dan berkesan ketimbang lewat tulisan dan emoji.
2. Pikir dua kali sebelum mengirim pesan
Ajarkan anak Mama pentingnya berpikir dua kali sebelum mengirim pesan, terutama saat suasana hati sedang tidak baik. Ia perlu tahu, kata-kata bisa melukai perasaan seseorang setajam pisau.
Ajak ia untuk menenangkan diri saat merasa marah terhadap komentar orang lain yang diterimanya. Pelan-pelan, minta ia menyusun kalimat demi kalimat untuk menanggapi dan mengungkapkan perasaannya. Bila perlu, masalah diselesaikan lewat tatap muka secara langsung.
Editors' Pick
3. Memahami konteks komunikasi teks
Anak dan remaja perlu diberikan pemahaman bahwa komunikasi lewat teks berpeluang salah diartikan karena konteks yang tidak utuh.
Komunikasi lewat teks membatasi pengirim dan penerima pesan untuk melihat ekspresi atau pun intonasi suara yang perlu diinterpretasikan dalam interaksi. Guyonan yang sarkastik bisa saja jadi sangat melukai perasaan seseorang jika disampaikan lewat teks.
4. Bertanggungjawab terhadap apa yang ditulis
Sejak dini, ajarkan anak dan remaja Mama tentang bertanggungjawab terhadap apapun yang ditulisnya di social media atau pun messenger.
Pesan-pesan lewat teks adalah perpanjangan komunikasi di dunia nyata. Untuk itu, mereka harus tahu risiko dan sebab-akibat yang ditimbulkan dari pernyataan-pernyataan yang dilontarkan.
Ajarkan anak untuk tidak bergunjing, menghujat, mem-bully dan menyebarkan pesan yang buruk lewat teks.
5. Menempatkan diri dan waktu yang tepat dalam menggunakan smartphone
Sebaiknya anak dan remaja diajarkan bahwa smartphone adalah alat dan ia perlu tahu kapan dan bagaimana penggunaannya yang sesuai. Hindari menggunakan smartphone saat beribadah, saat makan bersama keluarga, seminar hingga upacara kematian. Mereka perlu tahu bahwa ada waktu-waktu berharga dan kepentingan yang perlu dihormati dengan tidak asyik sendiri menggunakan smartphone.
6. Sopan santun dalam berkirim pesan
Sama dengan bertamu ke rumah orang, ajarkan pada anak sopan santun dalam berkirim pesan. Pertimbangkan jam berkirim pesan dan kondisi sang penerima pesan. Awali dengan salam, perkenalan diri serta tujuan jika berkirim pesan pada orang yang lebih tua atau urusan resmi. Ke guru, misalnya.
Di usia-usia ini, anak dan remaja perlu tahu bahwa menggunakan smartphone dan berkirim pesan lewat teks adalah privilese.
Perilaku buruk akan mengakibatkan hilangnya hak istimewa itu. Ingatkan anak dan remaja Anda bahwa tanggungjawab menggunakan smartphone bukan sekadar mampu mengoperasikannya, tetapi juga mampu menimbang mana yang bijak dan tidak dilakukan.
Itulah cara mengajarkan anak mengerti cara komunikasi menggunakan smartphone dengan sopan. Semoga menginspirasi!
Baca Juga:
- Anak Menyimpan Konten Terlarang di Ponsel, Apa Yang Harus Dilakukan?
- Tak Selalu Buruk, Ini Sisi Positif Smartphone untuk Anak
- 5 Aplikasi Smartphone Anak SD, Belajar Jadi Lebih Fun