Stres Baik vs Buruk pada Anak, Seperti apa Perbedaannya?
Ternyata, stres tak selamanya buruk bagi anak. Tapi Mama perlu tahu perbedaan yang baik dan buruk
1 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama ini stres dianggap sebagai hal yang buruk di mata masyarakat. Stres mengakibatkan seseorang mengalami tekanan mental yang berdampak pada menurunnya kualitas hidup.
Pada kenyataannya, tak semua stres buruk. Begitu pula sebaiknya, tak semua stres yang dialami juga baik bagi kesehatan tubuh dan jiwa. Stres pula bukan hanya dialami oleh orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Lantas, bagaimana kah bentuk-bentuk stres yang baik dan buruk? Serta, bagaimana cara orangtua membantu anak mengelola stresnya? Berikut Popmama.com merangkum serba-serbinya.
Stres yang Baik
Dilansir dari understood.org, stres merupakan respons yang diterima tubuh dan otak kita sebagai penanda siap untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan. Tatkala masalah terselesaikan, otak akan merasa lega dan mengingat bahwa kita pernah sukses melewatinya.
Stres yang baik terjadi saat seseorang mampu menghadapi situasi yang ia percayai bisa mengontrolnya. Contohnya: saat anak belajar naik sepeda pertama kali. Ketakutan dan kekhawatiran bila nantinya jatuh membuatnya merasakan stres. Hanya sekejap, otaknya berubah ke mode bertahan.
Secara biologis, hal ini mengakibatkan jantung memompa darah ke kaki, penglihatannya menjadi lebih awas dan tubuh bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Saat ia berhasil mengayuh beberapa meter tanpa terjatuh, otaknya meresponnya sebagai keberhasilan mengatasi masalah. Ini adalah stres yang baik yang membantu anak menghadapi tantangan, karena ia percaya ia mampu mengatasinya.
Editors' Pick
Stres yang Bisa Ditoleransi
Marilah kita ambil contoh dari pelajaran bersepeda di atas. Saat anak berhasil melalui ketakutannya dari pelajaran bersepeda pertama kali itu, untuk kesempatan berikutnya ia akan lebih siap. Kepercayaan dirinya telah meningkat dan ia tahu punya kemampuan untuk menghadapi tantangan yang serupa. Inilah contoh stres yang bisa ditoleransi.
Stres yang Buruk
Stres yang buruk terjadi saat kita berada dalam situasi terancam yang terus berlanjut, dan kita merasa tidak bisa menyelesaikannya. Sebagai contoh: hujan turun dengan derasnya, petir dan kilat menyambar, jarak pandang terbatas dan anak mengambil jalan yang salah.
Anak mama belum pernah berada dalam kondisi buruk seperti ini, jadi ia belum punya pengalaman mengatasinya. Ia merasa tidak mampu dan tidak aman. Ketakutan pun menyelimutinya.
Ini adalah contoh stres yang buruk. Hal ini terjadi saat kita berada dalam situasi terancam yang terjadi terus-menerus, dan kita merasa tak bisa mengendalikannya. Stres yang buruk mengikis kepercayaan diri dan membuat kita mempertanyakan kemampuan kita. Di titik ini, anak mama akan nekat bersepeda melintasi lumpur, jatuh, bangkit lagi dan kembali mengayuh hingga akhirnya sampai ke rumah.
Bagaimana Stres yang Buruk Memengaruhi Anak Berjuang di Sekolah
Banyak anak menghadapi tantangan di sekolah yang tak dapat dengan mudah ia taklukkan. Hal ini umumnya terjadi pada anak yang berjuang menyelesaikan masalah akademis, tanpa dukungan yang baik dari lingkungan sekitarnya. Ia menghadapi ketakutan akan kegagalan yang berpotensi menjatuhkannya ke situasi stres yang buruk.
Menghadapi tantangan atau bahaya di hadapannya, anak berpotensi mengalami stres yang kronis. Alih-alih menganggap dirinya mampu menerjang tantangan tersebut atau setidaknya punya semangat menyelesaikan masalah, ia malah merasa tak mampu dan kondisi ini membuatnya tetap berjalan di tempat, atau malah terpuruk.
Peranan Orangtua Menghadapi Anak yang Mengalami Stres
Dukungan orangtua sangat berpengaruh terhadap kesiapan anak menghadapi stresnya. Apa yang bisa dilakukan orangtua dalam masa-masa ini?
- Bantu anak menuliskan daftar ketakutan atau tantangan yang akan dan sedang dihadapinya. Jika mereka mampu menuliskan tantangannya, sebetulnya anak Mama mengetahui apa yang bisa mereka lakukan dan pelajari agar sukses menghadapinya.
- Pahamilah faktor-faktor stres anak yang sering dialami anak di sekolah. Dengan mengetahui ini, Mama bisa membantunya mengantisipasi tantangannya dan juga menyiapkan strateginya.
Ketahuilah bahwa kecemasan berbeda dengan stres. Stres yang kronis dapat menyebabkan anak menderita kecemasan. Pelajari tanda-tandanya. Jika diperlukan, jangan ragu menghubungi psikolog anak untuk berkonsultasi dan menemukan jalan yang terbaik mengatasi problem yang dihadapi anak.
Semoga informasi ini membantu ya, Ma!
Baca juga:
- 7 Tanda Anak Mama Stres di Sekolah
- After School Restrains Collapse, Saat Anak Terlalu Lelah Sekolah
- Bukan Kelelahan Biasa, Bisa Jadi Anak Remaja Mama Mengalami Hal Ini