Kisah Seorang Petani Kenalkan Metode Hitung Cepat pada Anak di Desa
Kini sudah miliki 100 murid!
4 Mei 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pendidikan adalah hak semua anak. Pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Namun terkadang, bagi anak-anak di wilayah pedalaman kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas seringkali menjadi sebuah tantangan yang besar.
Di tengah-tengah kesulitan ini, seorang petani berusia 57 tahun bernama Eko Purnomo asal desa Temurejo, Banyuwangi, Jawa Timur memiliki cita-cita mulia. Eko ingin membuat pendidikan di desanya tidak tertinggal sehingga anak-anak disana memiliki kesempatan belajar yang sama dengan yang di perkotaan.
Apa yang dilakukan pak Eko dalam memajukan pendidikan bagi anak-anak di desanya?
Pada kesempatan ini Popmama.com akan membahasnya dalam kisah seorang petani kenalkan metode hitung cepat pada anak di desa.
1. Berawal dari biaya kursus anak yang mahal
Cerita berawal saat Eko dan istrinya Titik (57) berencana memasukkan anak bungsunya ke tempat kursus pelajaran matematika. Saat itu pasangan suami istri tersebut melihat ada bakat terpendam dari anaknya terkait pelajaran berhitung.
Agar bakat itu dapat terasah dengan baik, pak Eko dan istrinya berniat memasukkan anak mereka ke tempat kursus matematika di wilayah perkotaan.
Persyaratan anaknya untuk masuk ke tempat kursus itu telah disiapkan oleh Eko dan Titik. Namun, saat akan mendaftar, Eko baru mengetahui biaya masuk ke tempat kursus tidak murah dan harus membayar biaya kurang lebih Rp 14 juta agar anaknya dapat masuk di tempat kursus matematika itu.
Karena dirasa terlalu mahal, Eko dan Titik tak jadi memasukkan anaknya ke tempat kursus. Namun, Eko berjanji berjanji akan berjuang untuk sang anak agar mendapat pendidikan setara seperti tempat kursus.
Editors' Pick
2. Tidak butuh waktu lama untuk mempelajarinya
Eko dan Titik akhirnya memutuskan mempelajari berbagai pelajaran yang diajarkan di tempat kursus matematika, termasuk metode berhitung cepat dengan jarimatika. "Saya ya sambil ngarit (nyari rumput) di sawah ya sambil nyari ilmu itu (matematika)," tutur Eko.
Karena keterbatasan dalam penggunaan smartphone, Eko dan Titik belajar melalui berbagai literatur dan sumber. “Bapak ini ndak ngerti Hp ya, jadi nyari di buku. Referensi dari orang dan lain-lain," timpal Titik.
Karena didasarkan karena rasa cinta pada anak, tidak lama bagi Eko dan Titik untuk menguasai cara cepat belajar berhitung dengan riang gembira.
3. Disalurkan pada si Anak dan menuai respon positif
Setelah belajar jarimatika, Eko dan Titik memutuskan untuk mengajari anak mereka dan hasilnya sangat bagus. Si Anak berhasil menangkap ilmu yang diajar dari kedua orangtuanya.
"Alhamdulillah, anak kami langsung tanggap. Ternyata bisa dan mampu," ungkap Titik.
Dengan proses belajar tersebut, kemampuan si Anak terhadap matematika mulai meningkat. Melihat hasil yang baik ini membuat Eko dan Titik menyalurkan pengetahuan mereka kepada anak-anak lain di sekitar mereka.
4. Mulai mengajarkan kepada anak-anak lain
Di momen ini, anak Eko dan Titik mengajak teman-teman dan tetangganya untuk belajar bersama. Titik yang sebelumnya telah fokus pada anak-anak berkebutuhan khusus, merasa terpanggil untuk ikut serta dalam perjuangan ini bersama suaminya.
Dengan semangat ini, mereka membagi tugas yaitu Titik fokus pada anak-anak berkebutuhan khusus, sedangkan Eko akan memusatkan perhatiannya pada anak-anak yatim, anak yang putus sekolah, dan anak yang ingin belajar lebih meskipun sudah sekolah.
Awalnya, hanya sedikit anak yang berminat untuk bergabung. Namun, Eko dan Titik tetap menyuarakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika ini diadakan secara gratis.
Seiring berjalannya waktu, minat anak-anak untuk belajar semakin meningkat. Di antara peserta yang paling banyak adalah anak-anak yang putus sekolah dan anak yatim. Anak-anak ini dikumpulkan di satu tempat untuk mendapatkan pembelajaran secara teratur.
5. Mendapat perhatian dari Kepala Desa
Hasil memang tidak akan mengkhianati usaha dan kerja keras Eko dan Titik. Dalam proses memajukan pendidikan di desanya, usaha mereka mendapat perhatian dari kepala desa Sambimulyo dan warga setempat.
Saat itu Kepala Desa Sambimulyo, Andik Santoso melihat bahwa ini adalah potensi bagus. Sehingga, dia dan warga berinisiatif menawarkan tempat bagi Eko untuk melaksanakan kursusnya.
Penawaran itu akhirnya disetujui oleh Eko Purnomo. Di saung milik kepala desa tersebut, Eko kemudian melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Andik juga memberikan beberapa peralatan yang mendukung kerja Eko berupa papan tulis, spidol, dan lain-lain.
Saat ini, pemerintah desa terus mensosialisasikan kepada warga untuk membawa anak-anak mereka ke tempat kursus gratis milik Eko dan Titik.
Tadi adalah kisah inspiratif pak Eko dalam kisah seorang petani kenalkan metode hitung cepat pada anak di desa.
Saat ini, kursus milik Eko memiliki murid kurang lebih sebanyak 100 anak dan beberapa diantaranya telah menjuarai olimpiade matematika. Terlebih lagi, tempat kursusnya sudah buka di 3 tempat.
Baca juga:
- Pendidikan Sangat Penting untuk Indonesia Emas, Ini Kata Najwa Shihab
- 12 Pengaruh Negatif Modernisasi bagi Pendidikan, Peluang atau Ancaman?
- Berapa Biaya Pendidikan SD Swasta di Jakarta?