10 Negara Penghasil Sampah Terbanyak dan Terbesar di Dunia
Masalah sampah yang merepotkan dialami negara-negara ini.
22 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sampah merupakan salah satu masalah dunia yang dihadapi banyak negara tidak terkecuali Indonesia. Isu ini berkaitan langsung dengan masalah lingkungan. Seperti yang kita ketahui, sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari dapat merusak dan mencemari lingkungan.
Sampah juga menjadi sumber dari banyak masalah lainnya, seperti merusak keindahan, menimbulkan bau yang tidak sedap, mendatangkan bajir level rendah hingga tinggi, mencemari lingkungan, bahkan menjadi penyebab berbagai penyakit berbahaya.
Banyak negara maju yang memiliki objek wisata favorit juga masih berhadapan dengan sampah. Negara-negara ini bahkan dapat dikategorikan sebagai penghasil sampah terbesar di dunia.
Indonesia adalah negara penghasil sampah terbesar ke-5 di dunia pada 2020. Hal ini tercatat dalam laporan Bank Dunia yang bertajuk The Atlas of Sustainable Development Goals 2023.
Menurut laporan tersebut, pada 2020 Indonesia memproduksi sekitar 65,2 juta ton sampah.
Di atas Indonesia ada negara Brasil yang menghasilkan sampah sebanyak 79 juta ton, India 189 juta ton, Amerika Serikat 265 juta ton, dan di puncaknya ada Tiongkok dengan sampah sekitar 395 juta ton.
Negara lain yang masuk ke daftar 10 penghasil sampah terbesar adalah Rusia, Meksiko, Jerman, Jepang, dan Prancis pada catatan tahun itu.
Sementra itu, melansir sensoneo.com pada tahun 2022 ternyata ada perubahan urutan. Sensoneo sendiri merupakan perusahaan yang bergerak memberikan solusi cerdas untuk mengelola sampah tingkat perusahaan dan negara dengan biaya yang efisien. Memanfaatkan penggunaan teknologi pengelolaan sampah cerdas yang unik.
Data ini merupakan analisis komparatif pengelolaan sampah di 38 negara anggota Organisasi untuk negara anggota OECD.
Dalam penelitiananya diperhatikan enam faktor utama, yaitu; sampah yang dihasilkan, daur ulang, insinerasi sampah, tempat pembuangan akhir, pembuangan sampah ilegal, dan sampah lainnya.
Simak pembahasan 10 negara penghasil sampah terbanyak dan terbesar duniadi Popmama.com!
10. Selandia Baru
Negara yang menempati peringkat sepuluh adalah Selandia Baru dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 781 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 255 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 0 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 727 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 0 kg, dan angka daur ulang sebesar 32,7%.
Mengutip dari website The Guadian, Selandia Baru tak sehijau kelihatannya dimana terjadi polusi akibat limbah plastik yang menjadi krisis besar.
Selandia Baru sendiri memiliki kemampuan daur ulang plastik yang terbatas di Selandia Baru (jenis 1, 2, dan 5). Ini berarti banyak plastik yang akhirnya di tempat pembuangan sampah atau diekspor ke luar negeri tanpa diolah terlebih dahulu.
Runtuhnya impor daur ulang China pada tahun 2018 membuat negara-negara Barat, termasuk Selandia Baru, kesulitan mengelola sampah plastik mereka. Negara-negara berkembang seringkali menjadi tempat pembuangan bagi sampah Barat, yang menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan yang berkelanjutan.
9. Islandia
Negara yang menempati peringkat sembilan adalah Islandia dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 702 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 117 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 33 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 418 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 0 kg, dan angka daur ulang sebesar 16,7%.
Islandia sendri merupakan sebuah pulau di Samudra Atlantik Utara, tepatnya di selatan Lingkar Arktik. Karena kondisi alamnya yang sulit dengan pegunungan, gletser, dan lapangan lava, sedikit orang yang tinggal di negara tersebut.
Iklim yang keras, populasi yang tidak seimbang, jarak transportasi yang rata-rata berjarak jauh antar wilayah perkotaan, serta kurangnya sumber daya mengakibatkan penumpukan sampah untuk jangka waktu yang lama. Karena masalah tersebut, daerah bagian Utara dari Iceland memiliki masalah infrastruktur yang kurang berkembang ketimbang daerah yang lebih padat penduduk sebagaimana yang dikutip dari sciencedirect.com.
8. Kanada
Negara yang menempati peringkat kedelapan adalah Kanada dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 706 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 183 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 34 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 643 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 0 kg, dan angka daur ulang sebesar 25,9 %.
Menurut data sebuah studi tahun 2019 yang dipesan oleh Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada (ECCC) dari nationalobserver.com, Kanada membuang sekitar 3,3 juta ton plastik setiap tahunnya. Lebih lagi, hampir separuh dari totalnya adalah kemasan.
Lebih dari tiga perempat saat ini pergi ke tempat pembuangan sampah, sebagian kecil dibakar dan sekitar satu persen berakhir langsung di lingkungan. Hanya sekitar 9% atau 305.000 ton yang berhasil didaur ulang. Masalah ini mendatangkan krisis ekologi di Kanada.
Harga minyak yang rendah membuat daur ulang plastik sulit bagi para pengolah plastik. Mereka harus menyisihkan dana ke fasilitas penyortiran dan pemrosesan yang mahal, untuk bersaing dengan produsen petrokimia yang sudah mapan dengan fasilitas yang lebih baik.
7. Estonia
Negara yang menempati peringkat selanjutnya adalah Estonia dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 369 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 104 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 167 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 64 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 46 kg, dan angka daur ulang sebesar 28,2 %.
Saat ini Estonia menghadapi masalah pengelolaan limbah. Bahkan sebagai anggota UE, Estonia mendapatkan dorongan untuk mendaur ulang 55 persen dari limbah negara belum ada kemajuan dalam satu dekade terakhir. Karena tingkat daur ulang telah terhenti sekitar 30 persen selama bertahun-tahun.
Menurut data Statistik Estonia, hanya 30,4 persen limbah yang didaur ulang pada tahun 2021; pada tahun 2016, lima tahun sebelumnya, itu adalah sepertiga dari semua limbah yang dihasilkan di Estonia. Sisanya dibakar atau dibuang di tempat pembuangan sampah sebagaimana yang dikutip dari news.err.ee.
Meski begitu, sebenarnya Pejabat di Kementerian Lingkungan Estonia sudah bekerja keras untuk menyusun rencana baru dalam mencapai target daur ulang. Selain pengumpulan daur ulang lokal, rencana ini juga mencakup langkah-langkah ekonomi termasuk meningkatkan biaya polusi.
Editors' Pick
6. Israel
Negara yang menempati peringkat selanjutnya adalah Israel dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 680 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 43 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 10 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 481 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 0 kg, dan angka daur ulang sebesar 6,3 %.
Israel memiliki angka produksi sampah per orang yang tinggi. Pada tahun 2019, rata-rata warga Israel menghasilkan 1,7 kg sampah per harinya, angka yang jauh lebih banyak daripada negara-negara Eropa.
Peningkatan produksi sampah di Israel terjadi sebesar 1,8% per tahun. Karenanya, krisis pengelolaan sampah di Israel mencapai titik kritis. Hal tersebut diperburuk dengan penggunaan plastik sekali pakai oleh banyak masyarakaat Israel.
Meskipun diperkirakan kuranag maksimal, pemerintah Israel tengah meningkatkan aspek daur ulang sampah di negaranya. Seperti dengan adanya kebijakan yang dapat mendorong konsumen dapat memberikan sampah ke titik pengumpulan, seperti pusat daur ulang atau mesin otomatis sebagaimana yang dilansir dari jpost.com.
5. Italia
Negara yang menempati peringkat kelima adalah Italia dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 503 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 151 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 99 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 105 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 54 kg, dan angka daur ulang sebesar 30%.
Italia juga berhadapan dengan masalah sampah yang semakin memburuk. Seperti pada kota Naples yang dahulu dikenal indah, kini penuh polusi akibat pembakaran sampah dan limbah beracun yang merusak lingkungan. Masalah ini disebabkan oleh pembakaran dan penguburan sampah secara ilegal oleh kelompok kriminal.
Di samping itu, pengelolaan sampah dari jutaan penduduk juga belum maksimal. Di kota Naples sampah menumpuk di jalan, ladang, dan bangunan terbengkalai. Pemerintah sudah turun tangan, Namun, upaya pembersihannya terhambat oleh kemajuan yang lambat, meskipun banyak dana telah dihabiskan untuk remediasi dan penegakan hukum.
Masalah sampah ini telah menyebar membuat beberapa petani menjadi khawatir akan polusi tanah dan air yang dapat merusak tanah dan kebun mereka.. Meskipun begitu, harapan untuk memulihkan reputasi Campania sebagai daerah yang subur dan subur masih ada.
4. Meksiko
Negara yang menempati peringkat kempat adalah Meksiko dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 359 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 13 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 0 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 219 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 89 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 0 kg, dan angka daur ulang sebesar 3,6 %.
Negara Meksiko menghadapi tantangan besar dalam menghadapi tumpukan plastik yang semakin bertambah di negara sana. Meksiko, sebagai salah satu pengimpor plastik terbesar di Amerika Latin, telah melihat peningkatan tajam dalam impor sampah plastiknya, terutama setelah larangan impor dari China pada tahun 2018.
Pemerintah Meksiko belum siap mengelola lonjakan impor ini, dan kurangnya kapasitas sistemik dan kelemahan tata kelola membuat negara itu sulit untuk menangani polusi plastik.
Kurangnya akses terhadap layanan pengelolaan limbah formal telah mengakibatkan banyaknya limbah plastik yang dibuang secara tidak teratur, menciptakan dampak lingkungan yang serius dan meningkatkan risiko kesehatan bagi para pemulung.
3. Chili
Negara yang menempati peringkat ketiga adalah Chili dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 437 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 2 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 1 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 417 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 33 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 21 kg, dan angka daur ulang sebesar 0,5%.
Melansir dari Holland Circular Hotspot.com, di Chile terdapat lebih dari 70% Limbah Padat Kota dibuang di fasilitas resmi. Ini berarti, sekitar 16 juta ton sampah yang dihasilkan setiap tahun berakhir di tempat pembuangan sampah sanitasi. Kementerian Lingkungan Hidup (MMA) memperkirakan hanya 2% Sampah Kota yang didaur ulang.
Salah satu masalah sampah yang Chili alami seperti tumpukkan sampah yang terdapat pada Gurun Atacama yang merupakan padang gurun indah berwarna merah-oranye. Tumpukan pakaian bekas terbesar di gurun ini menjad salah satu yang terbesar di dunia akibat produksi pakaian massal yang dikenal sebagai fast fashion.
Fenomena ini menciptakan begitu banyak sampah pakaian di Chili. Banyaknya pakaian yang diproduksi menyebabkan konsumen membeli 60 persen lebih banyak pakaian dan mengenakannya hanya setengah dari waktu yang mereka lakukan sebelumnya.
Tiga per lima dari semua pakaian diperkirakan berakhir di tempat pembuangan sampah atau insinerator dalam setahun setelah produksi—yang bisa berarti satu truk pakaian bekas dibuang atau dibakar setiap detiknya sebagaimana yang dikutip dari National Geographic.
2. Latvia
Negara yang menempati peringkat kedua adalah Latvia dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 478 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 155 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 13 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 253 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 0 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 68 kg, dan angka daur ulang sebesar 32,4 %.
Mengutip dari eng.lsm.lv, Latvia menghadapi masalah sampah yang rumit. Sebesar 60% sampah yang dibawa ke tempat pembuangan sampah tidak terkelompokkan dan tidak dapat diurutkan. Hal tersebut diperburuk dengan bertambahnya volume sampah.
Volume sampah meningkat tercermin dalam perhitungan perusahaan pengelolaan sampah Getlini Eko. Misalnya, satu penduduk di pinggiran kota Rīga saja menghasilkan rata-rata 280 kilogram sampah tidak terkelompokkan tahun lalu. 474 ribu ton sampah diterima di tempat pembuangan sampah pada tahun 2019, 461 ribu pada 2020, 514 ribu ton pada 2021, dan 410 ribu ton tahun lalu.
Pada tahun 2022, sebanyak 62% dari sampah yang dibawa merupakan sampah komunal tidak terkelompokkan, 15% berasal dari sektor pengelolaan sampah, sehingga tidak dapat didaur ulang, 14% adalah sampah konstruksi, 4% adalah sampah produksi, 3% adalah sampah biodegradable, dan 2% adalah jenis sampah lainnya.
Meskipun jumlah sampah yang terus tertimbun di tempat pembuangan sampah masih tinggi saat ini, statistik "Getliņi" juga menunjukkan fitur positif: jika sekitar 294.000 ton sampah tidak terkelompokkan ditimbun pada tahun 2018, jumlahnya kurang dari 250.000 ton tahun lalu.
1. Turki
Dan negara yang menempati peringkat pertama adalah Turki dengan massa sampah yang dihasilkan per penduduk dan tahun sebanyak 424 kg, massa sampah yang berhasil didaur ulang sebesar 47 kg, massa pembakaran sampah per penduduk dan tahun yang dibakar secara terkendali sebesar 0 kg.
Massa dalam kilogram per penduduk per tahun yang ditimbun dengan cara yang terkendali dan tidak terkendali sebesar 347 kg, pembuangan sampah ilegal sebesar 176 kg, angka sampah lainnya yang tidak terhitung sebesar 4 kg, dan angka daur ulang sebesar 11,0 %.
Melansir dari Politico.EU, Turki menghadapi masalah sampah yang meningkat tanpa solusi yang jelas. Apalagi semenjak Turki menjadi tujuan utama bagi eksportir sampah Eropa, dengan 11,4 juta ton sampah dari negara-negara UE masuk ke negara itu tahun lalu.
Di sisi lain, Turki belum mampu mengelola sampah sendiri. Dalam laporan OECD 2020, Turki menempati peringkat terburuk di antara negara-negara anggota dalam hal tingkat pemulihan sampah secara keseluruhan.
Meskipun pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan daur ulang di dalam negeri, seperti membebankan kontribusi daur ulang pada produsen dan memberlakukan biaya pada kantong plastik, sampai Turki berhasil mengurangi ketergantungannya pada sampah impor, negara ini masih terjebak dengan masalah sampah yang semakin meningkat.
Itulah dia 10 negara penghasil sampah terbanyak dan terbesar dunia. Indonesia sudah tidak termasuk lagi dalam daftar 10 besar jika menggunakan data tersebut.
Penting bagi kita memperhatikan dan mememinimalisir produksi sampah agar membantu negara kita terbebas dari masalah sampah.
Baca juga:
- 10 Kelebihan Memanfaatkan IPTEK di Lingkungan Negara
- 10 Contoh Kewajiban Anak-Anak di Lingkungan Masyarakat
- Dampak Globalisasi Terhadap Pelestarian Lingkungan