Tak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga bisa terserang penyakit asma. Asma termasuk penyakit kronis dalam jangka panjang menyebabkan peradangan dan penyumbatan saluran pernafasan sehingga menyebabkan sesak napas.
Gangguan kesehatan ini tentu saja berpengaruh dalam aktivitas sehari-hari anak. Apalagi, jika terdapat pemicu di sekitar anak, asma pun bisa kambuh secara tiba-tiba.
Selain menjalani pengobatan dari dokter, orangtua pun perlu berperan aktif saat merawat anak yang mengalami asma. Dengan cara mengajarkan anak mengenali pemicu terjadinya asma dan cepat tanggap saat asma mereka kambuh.
Lebih lanjut, berikut Popmama.com berikan tips merawat anak yang mengidap penyakit asma. Dilansir dari laman MedicalNewsToday.
1. Ketahui pemicu dan gejala asma pada anak
Unsplash/Fernanda Greppe
Orangtua perlu mengetahui apa saja hal yang memicu terjadinya asma pada anak. Hal ini untuk meminimalisir gejala atau kambuhnya asma anak mama.
Salah satu pemicu asma, yaitu olahraga karena biasanya melibatkan banyak gerak yang melelahkan. Namun, bukan berarti Mama membiarkan anak untuk tidak bergerak sama sekali. Sebaiknya, tetap arahkan mereka untuk aktif, tetapi dalam batas yang wajar.
Konsultasilah dengan dokter untuk mengetahui seluruh pemicu asma anak. Jangan lupa juga untuk meminta saran obat-obatan apa saja yang dapat meringankan gejala asma pada anak, Ma.
Editors' Pick
2. Hal yang harus dipahami saat anak mengalami asma
Pixabay/coltsfan
Ketika anak mama didiagnosis mengalami asma, biasanya dokter akan mencari tahu pemicu sebelum memberikan pengobatan lanjutan. Selain itu, dokter juga akan memberikan pemahaman tentang rencana tindakan pada orangtua atau pengasuh anak untuk mengendalikan asma.
Rencana tindakan asma yang dimaksud, meliputi:
minum obat asma dengan benar,
menghindari pemicu asma,
melakukan pengendalian asma,
mengukur tingkat keparahan asma,
menanggapi serangan atau gejala asma yang memburuk, serta
mencari pertolongan darurat jika perlu.
Ketika seluruh rencana tindakan asma ini dipahami oleh orang terdekat anak. Maka, dapat mengurangi risiko terkena serangan asma yang parah. Anak yang mengalami asma pun akan lebih terjaga kualitas hidupnya.
3. Lakukan pemantauan asma secara rutin
Unsplash/Kelly Sikkema
Biasanya, dokter akan menyarankan anak yang mengalami asma untuk konsultasi rutin setiap 2–6 minggu sekali setelah pengobatan pertama. Tidak hanya mengandalkan tindakan medis, orangtua sebaiknya bersikap lebih aktif dalam memantau kondisi asma anak.
Mama dan Papa bisa menggunakan Peak Flow Meter (PFM), alat yang digunakan untuk mengukur peak expiratory flow rate (PEFR), atau disebut juga dengan aliran puncak. Tes PEFR ini bertujuan untuk mengukur seberapa cepat anak bisa menghembuskan napasnya.
Tak hanya itu, pemantauan juga bertujuan untuk menemukan dan mempertahankan angka aliran puncak "terbaik pribadi". Maka, catatlah skor aliran puncak anak selama 2–3 minggu setelah diagnosis, Ma.
Skor terbaik pribadi tersebut akan menentukan dosis dan metode pemberian obat. Dengan membandingkan skor di masa mendatang dengan skor terbaik individu, dokter pun dapat mengukur apakah pengobatan asma mereka berhasil pada anak mama.
4. Tanda-tanda pengendalian asma yang baik
Unsplash/Devon Daniel
Untuk mengetahui apakah tindakan orangtua telah tepat dan efektif dalam merawat anak yang asma. Mama dan Papa mungkin dapat melihat beberapa tanda pengendalian asma yang baik berikut ini:
batuk dan sesak yang terjadi tidak lebih dari 2 hari/minggunya,
anak hanya membutuhkan obat pereda asma cepat dalam waktu kurang dari 2 hari/minggu,
orangtua dan anak memahami cara menjaga fungsi paru-paru dengan baik sehingga mengetahui pemicu atau alergen asma,
tingkat aktivitas tetap normal,
gejala asma yang membangunkan anak dari tidur terjadi kurang dari 1–2 malam/bulan,
anak tidak membutuhkan perawatan medis darurat,
anak hanya mengalami 1 atau lebih serangan asma per tahun yang membutuhkan pengobatan kortikosteroid, dan
aliran puncak anak selalu lebih tinggi dari 80% dibanding skor aliran puncak terbaiknya.
5. Jika pengobatan tak membantu, segera cari pertolongan darurat
Pixabay/paublr75
Umumnya, obat untuk mengendalikan asma dibagi ke dalam 2 jenis. Pertama, obat yang diberikan langsung saat serangan dan episode asma terjadi. Sementara yang kedua, ialah obat-obatan lain untuk mendukung pengendalian penyakit jangka panjang, termasuk mengurangi peradangan saluran napas dan pencegahan gejala asma lanjutan.
Namun, jika obat-obatan tersebut tidak membantu, serta anak mama mengalami serangan asma yang hebat, mintalah pertolongan tenaga medis. Segera bawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Beberapa kondisi darurat pada anak yang perlu Mama waspadai, yaitu apabila aliran puncak anak berada pada skor kurang dari setengah aliran puncak terbaiknya, kian sulit untuk bernapas atau bahkan tidak bisa sama sekali, serta bibir dan kuku mulai terlihat biru.
Tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa anak mengalami kekurangan oksigen. Biasanya, rumah sakit akan menyediakan tabung oksigen untuk menyuplai oksigen tubuh anak ke tingkat yang aman. Selain itu, dokter akan meningkatkan dosis obat untuk sementara hingga kondisi anak membaik.
Itulah beberapa informasi penting terkait pengendalian dan pengobatan asma yang sebaiknya orangtua pahami. Semoga dapat membantu Mama dan Papa yang sedang merawat anak dengan penyakit asma, ya.