Ketahui 5 Risiko Mengasuh Anak dengan Cara Otoriter
Cara pengasuhan otoriter tidak dianjurkan karena memiliki banyak risiko, Ma
4 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua memiliki cara tersendiri untuk mengasuh dan mendidik anaknya. Tentu saja, dengan memberikan segala hal yang dianggap paling baik untuk anak.
Namun, tidak semua hal baik yang menurut Mama dan Papa baik juga untuk buah hati. Mungkin saja, ada orangtua yang tidak sadar bahwa cara asuhnya merugikan anak.
Misalnya, pengasuhan secara otoriter. Dimana orangtua cenderung banyak menuntut dan tidak responsif terhadap anak.
Cara pengasuhan seperti ini tidak disarankan. Bahkan, memiliki banyak risiko atau dampak negatif, Ma.
Lebih lanjut, berikut Popmama.com jelaskan risiko yang timbul jika orangtua menjalankan pengasuhan otoriter.
1. Mama dan Papa dianggap sebagai orangtua bossy
Apabila orangtua memiliki cara pengasuha otoriter, risiko pertama yang harus siap dihadapi adalah penilaian orang lain. Orang-orang akan memandang Mama dan Papa sebagai tipe orangtua yang bossy.
Hal ini tentu saja karena cara pengasuhan yang cenderung suka memerintah, selalu ingin dituruti, dan menuntut anak untuk mengikuti apapun keputusan orangtua. Tentu saja, cara seperti ini bisa dibilang bukan suatu hal yang baik.
Editors' Pick
2. Membentuk jiwa pemberontak pada anak
Tidak hanya berisiko bagi orangtua, cara pengasuhan otoriter juga memiliki dampak pada anak-anak. Salah satunya, menumbuhkan sifat pemberontak dalam diri si Kecil, Ma.
Biasanya, pengasuhan otoriter banyak menerapkan aturan dan suka mengendalikan anak secara berlebihan. Cara seperti ini tidak akan membuat anak menjadi penurut, Ma.
Justru sebaliknya, jika Mama dan Papa terlalu mengendalikan anak, mereka dapat memiliki jiwa pemberontak di dalam diri sendiri. Lambat laun, buah hati pun bisa merasa lelah saat dikendalikan dan mungkin saja akan memilih melawan.