Beberapa orangtua mungkin telah mengetahui tentang penyakit bipolar. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami bipolar.
Melansir laman Healthline, bipolar adalah gangguan atau penyakit mental yang ditandai oleh adanya perubahan suasana hati yang ekstrem.
Secara umum, bipolar ini menyebabkan penderitanya mengalami dua fase, yaitu mania dan depresi. Seringkali, kedua fase ini juga terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Saat mengalami mania, seseorang dengan gangguan bipolar mungkin merasakan emosi yang tinggi. Mereka bisa merasa bersemangat, impulsif, euforia, dan penuh energi.
Sedangkan selama episode depresi, penderita bipolar mungkin akan mengalami kesedihan yang mendalam, keputusasan, kehilangan energi, kurangnya minat pada kegiatan yang pernah mereka nikmati, periode tidur yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, bahkan muncul pikiran untuk bunuh diri.
Penyakit bipolar ini umumnya disebabkan oleh faktor keturunan. Namun, bisa juga karena adanya trauma psikologis yang mungkin disebabkan oleh perilaku orangtua terhadap anak.
Berikut Popmama.com rangkum beberapa perilaku orangtua yang bisa saja menyebabkan bipolar pada anak. Untuk itu, Mama dan Papa perlu menghindarinya agar si Kecil tak mengalami bipolar.
1. Kekerasan pada anak bisa sebabkan bipolar
Pexels/Mohamed Abdelghaffar
Kekerasan yang dialami oleh anak-anak bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan bipolar. Kekerasan dalam hal ini tidak hanya dalam bentuk fisik saja, tetapi bisa juga secara emosional.
Mengutip PsychCentral, studi telah menemukan bahwa sebagian besar (sekitar 50%) pasien dengan gangguan bipolar memiliki riwayat trauma masa kanak-kanak dan yang paling tinggi adalah kekerasan secara emosional.
Jadi, anak-anak yang sering menerima pukulan atau bentakan, serta kekerasan fisik maupun emosional lainnya cenderung lebih berisiko mengalami penyakit bipolar, Ma.
2. Hindari memarahi si Kecil tanpa alasan
Pexels/August de Richelieu
Saat orangtua melampiaskan amarah kepada anak secara terus-menerus, mereka sering tidak sadar jika bisa mengakibatkan bipolar. Hal ini karena pola asuh yang sering melampiaskan rasa marah disertai dengan bentakan bisa menganggu keadaan psikologis si Kecil.
Jadi, ketika Mama atau Papa sedang mengalami tekanan atau pusing karena masalah pekerjaan, hindari untuk melampiaskan amarah pada anak, ya. Ciptakanlah suasana keluarga yang aman dan nyaman untuk buah hati.
Editors' Pick
3. Orangtua bertengkar di hadapan anak
Pexels/Anna Shvets
Pertengkaran orangtua yang terjadi di depan anak dalam intensitas cukup sering dapat menimbulkan efek negatif pada si Kecil. Saat Mama dan Papa sedang berargumen dengan nada tinggi, diwarnai bentakan atau pukulan, bisa membuat anak menjadi stres.
Stres yang disertai ketakutan, kesedihan dan kecemasan yang dialami anak ini dapat menjadi pengalaman traumatis dalam diri buah hati. Trauma inilah yang bisa menyebabkan anak mengalami gangguan bipolar.
4. Meninggalkan anak dalam jangka waktu yang lama
Pexels/Pixabay
Anak yang telah ditinggalkan oleh orangtuanya berisiko mengalami gangguan bipolar. Baik ditinggalkan karena urusan pekerjaan, perceraian, atau kematian.
Hal ini karena saat ditinggalkan, anak dapat mengalami rasa sedih yang luar biasa dan berlangsung dalam waktu cukup lama. Mengingat anak-anak yang belum bisa mengelola emosinya dengan baik, maka mereka bisa mengalami depresi.
Kondisi anak yang mengalami depresi seperti ini, dapat memicu adanya gangguan bipolar, Ma. Maka, penting bagi orangtua untuk selalu hadir dan memberikan kasih sayang pada buah hati.
5. Memberi label atau sebutan buruk pada anak
Pexels/Pixabay
Terkadang, orangtua mungkin tidak sadar telah memberi label atau sebutan buruk pada anak. Ketika sedang dikuasai rasa marah, bisa saja Mama atau Papa mengeluarkan kata-kata, seperti "Dasar anak bodoh!" atau "Kamu payah sekali!".
Ucapan tidak menyenangkan yang diterima anak tersebut dapat berpengaruh pada diri mereka sehingga si Kecil akan tidak percaya diri dan merasa tidak dihargai.
Padahal rasa percaya diri berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Tidak adanya percaya diri bisa menghambat eksplorasi, baik waktu belajar maupun bermainnya. Anak bisa saja dihantui rasa cemas berlebihan yang dapat memicu gangguan bipolar.
6. Mama dan Papa terlalu melindungi anak
Pexels/Ketut Subiyanto
Tak hanya tindakan-tindakan negatif orangtua yang dapat memicu anak mengalami bipolar. Tindakan positif untuk selalu melindungi buah hati juga tidak baik.
Meski sebenarnya, sah-sah saja bagi orangtua yang melindungi anaknya. Mengingat Mama dan Papa pasti ingin memberikan segala hal yang terbaik untuk anak.
Namun, jika orangtua melindungi secara berlebihan, anak bisa saja sulit mandiri dalam kehidupannya. Ingatlah bahwa orangtua tidak bisa selalu ada selamanya untuk anak sehingga mereka perlu tanggung jawab atas diri sendiri.
Sikap orangtua yang terlalu melindungi seperti ini juga dapat berdampak buruk pada diri anak, Ma. Si Kecil mungkin saja merasa rapuh dan mudah menyerah.
7. Pilihan pengobatan bipolar pada anak
Pexels/Romina Ornandez
Perawatan untuk anak-anak dengan gangguan bipolar biasanya melibatkan kombinasi obat-obatan dengan tambahan terapi, psikoedukasi, dan dukungan sekolah.
Melansir laman Psycom, obat yang diberikan biasanya terdiri dari kombinasi obat antidepresan, penstabil suasana hati, antipsikotik, atau obat anti-kecemasan.
Dokter akan memberikan obat-obatan paling sedikit dan dosis terendah yang menghasilkan hasil terbaik. Namun, orangtua juga harus bersabar karena perlu beberapa kali mencoba dalam menemukan obat yang tepat untuk anak.
Efektivitas pengobatan juga dapat berubah seiring bertambahnya usia. Jadi, Mama dan Papa perlu mendampingi si Kecil selama pengobatan.
Selain itu, ada beberapa cara lain sebagai pendukung proses pengobatan pada anak-anak yang mengalami gangguan bipolar, berikut di antaranya:
Terapi
Merupakan komponen penting dalam mengobati gangguan bipolar. Untuk anak yang lebih besar, terapi dapat membantu mereka belajar bagaimana mengatasi gejala dan mengembangkan kebiasaan perawatan diri yang sehat. Terapi dapat mengurangi risiko penyalahgunaan zat atau perilaku berisiko lainnya.
Sedangkan pada anak-anak yang lebih muda, terapi bermain dapat membantu mengekspresikan dan mengeksplorasi ide atau cara-cara positif mereka. Terapis juga bisa menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk merasa didengar.
Psikoedukasi
Cara ini dapat menjadi komponen penting dari perawatan untuk anak-anak dengan gangguan bipolar. Bagian dari psikoedukasi ini, misalnya rumah sakit, klinik, sekolah, dan organisasi masyarakat lainnya dapat memberikan informasi pendidikan tentang penyakit mental serta strategi komunikasi untuk anak-anak dengan gangguan bipolar.
Dukungan sekolah
Dalam hal ini, dukungan dari pihak sekah sangat penting dalam merawat anak-anak dengan penyakit mental. Jika anak Mama didiagnosis dengan gangguan bipolar, mereka mungkin memenuhi syarat untuk masuk dalam program pendidikan individual.
Pada pendidikan ini, sekolah akan menyesuaikan dengan kebutuhan, kekuatan, dan tantangan anak. Orangtua juga bisa meminta bantuan dari konselor sekolah, psikolog sekolah, pekerja sosial, perawat, dan staf lain yang dapat berpartisipasi dalam mengimplementasikan rencana ini sehingga anak dapat berhasil di sekolah.
Itulah beberapa tindakan orangtua yang dapat menyebabkan gangguan bipolar pada anak dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat ya, Ma.