Akibat Perang, 12 Juta Anak di Timur Tengah Tidak Bisa Bersekolah

Angka tersebut tidak termasuk dengan dampak konflik Suriah dan Irak

4 Oktober 2024

Akibat Perang, 12 Juta Anak Timur Tengah Tidak Bisa Bersekolah
jordantimes.com

Menurut laporan UNICEF terdapat lebih dari 12 juta anak di Timur Tengah tidak memperoleh pendidikan meskipun ada kemajuan dalam upaya memperluas pendidikan.

Angka tersebut bahkan tidak termasuk anak-anak yang terpaksa putus sekolah dikarenakan konflik yang terjadi di Suriah dan Irak, yang dapat membuat jumlah total anak yang tidak mendapatkan pendidikan mencapai hingga 15 juta, menurut laporan UNICEF yang dikutip dari abc.news.

Upaya dalam perluasan pendidikan di Timur Tengah sudah dilakukan namun terkendala oleh biaya untuk sumber daya dan modal politik yang cukup besar.

"Angka putus sekolah untuk anak-anak sekolah dasar telah menurun drastis, seringkali hingga setengahnya," kata laporan itu.

"Namun dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan telah terhenti," katanya, dengan 4,3 juta anak usia sekolah dasar dan 2,9 juta anak usia sekolah menengah pertama tidak bersekolah.

Sebanyak 5,1 juta anak tambahan tidak memperoleh satu tahun pendidikan sekolah prasekolah, sehingga jumlah total anak putus sekolah di kawasan itu menjadi 12,3 juta.

Angka itu mewakili sekitar 15 persen anak-anak di Timur Tengah yang seharusnya menerima pendidikan pra-dasar, dasar, atau menengah.

Berdasarkan laporan tersebut, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa banyak faktor mengapa sembilan negara di kawasan tersebut menyebabkan anak-anak tidak bisa bersekolah.

Berikut Popmama.com membahas 12 juta anak di Timur Tengah yang tidak bisa bersekolah.

Editors' Pick

Dampak Kemiskinan yang Terjadi Akibat Perang

Dampak Kemiskinan Terjadi Akibat Perang
abc.net.au

Kemiskinan menjadi salah satu penyebab anak-anak tidak bisa bersekolah di kawasan Timur Tengah.

Adanya perang membuat negara di kawasan tersebut mengalami kebangkrutan sehingga orangtua mengalami ketidakstabilan finansial yang membuat mereka tidak mambu untuk menanggung biaya sekolah seperti buku dan seragam.

"Di negara-negara di mana sebagian besar anak tidak bersekolah, mereka sebagian besar berasal dari rumah tangga termiskin di daerah pedesaan," berdasarkan laporan UNICEF.

Adanya Diskriminasi Gender Sehingga Anak Perempuan Cenderung Diremehkan

Ada Diskriminasi Gender Sehingga Anak Perempuan Cenderung Diremehkan
abc.net.au

Diskriminasi gender juga menjadi faktor penyebab anak-anak tidak bersekolah di kawasan itu.

"Anak-anak perempuan tidak dihargai, dan karena mereka tidak diharapkan untuk bekerja, keluarga mereka tidak melihat perlunya mereka belajar," berdasarkan laporan tersebut. 

Pernikahan dini juga menjadi masalah yang membuat pendidikan bagi anak perempuan terkesan tidak penting.

“Khususnya dalam kalangan warga miskin, anak perempuan cenderung dirugikan,” sebut perwakilan UNICEF Dina Craissati yang dikutip dari jordantimes.com.

Kekerasan yang terjadi juga menjadi faktor mengapa anak-anak perempuan tidak disekolahkan oleh orangtua mereka.

“Aku dahulu sempat bersekolah, sebelum para tentara datang (memerangi negara mereka),” kata salah satu anak dalam video yang diproduksi oleh UNICEF.

Sistem Pendidikan yang Hancur

Sistem Pendidikan Hancur
abc.net.au

Upaya penyerangan yang ditargetkan pada sekolah-sekolah juga menyebabkan fasilitas pendidikan serta pembatasan pergerakan guru dan siswa menjadi terganggu.

Berikut data yang dikumpulkan oleh UNICEF mengenai negara yang berada di kawasan tersebut mengalami penurunan pada anak-anak yang bersekolah.

  • Gaza: Terdapat 625.000 anak usia sekolah tidak mendapatkan pendidikan karena kerusakan sekolah dan fasilitas lainnya. Sekitar 93% dari 564 sekolah di Gaza mengalami kerusakan parah dan 85% lainnya memerlukan rekonstruksi total.
  • Sudan: Lebih dari 19 juta anak putus sekolah.
  • Yaman: Hampir 2.800 sekolah hancur.
  • Libia: Ketidakstabilan menjadi faktor utama dengan 175.800 anak membutuhkan perlindungan serta 111.400 anak tidak memiliki akses pendidikan.

Walaupun demikian, banyak upaya yang telah dilakukan agar anak-anak di kawasan tersebut mendapatkan akses terhadap pendidikan, namun tampaknya tidak cukup sehingga perlu bantuan yang lebih ekstra.

"Masyarakat internasional hendaknya memastikan pendanaan yang cukup untuk pendidikan dalam keadaan darurat, dan pemerintah nasional di kawasan ini hendaknya mengadopsi pendekatan yang fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan pendidikan anak-anak yang terkena dampak konflik," berdasarkan laporan tersebut. 

Demikian pembahasan 12 juta anak di Timur Tengah yang tidak bisa bersekolah.

Baca juga:

The Latest