Apa itu Hyperindependence dan Dampaknya pada Anak?
Perilaku terlalu mandiri yang membuat anak merasa tidak pantas mendapatkan pertolongan orang lain
10 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hyperindependence adalah sebuah trauma respon yang sering terjadi pada anak biasanya dikarenakan kurangnya kehadiran orangtua dalam hidup mereka.
Mandiri adalah salah satu sikap yang baik dan harus dibangun, namun anak yang memiliki sikap hyperindependence perlu diperhatikan karena hal tersebut menandakan adanya sebuah respon trauma.
Anak yang mengalami hyperindependence biasanya akan sulit untuk minta tolong dikarenakan rasa tidak pantas untuk mendapatkan pertolongan dari orang lain.
Oleh karenanya, anak akan cenderung mengandalkan dirinya sendiri.
Berikut Popmama.com rangkum apa itu hyperindependence dan dampaknya pada anak.
Mengenal Istilah Hyperindependence
Hyperindependence pada anak merujuk pada sikap atau pola perilaku yang membuat mereka merasa harus melakukan segalanya sendiri dan menolak bantuan dari orang lain.
Anak yang mengalami hyperindependence sering merasa tidak nyaman atau canggung saat harus bergantung pada orang lain, bahkan dalam situasi yang membutuhkan dukungan.
Mereka cenderung berupaya keras untuk menyelesaikan tugas atau menghadapi masalah sendiri, karena menganggap ketergantungan adalah tanda kelemahan.
Editors' Pick
Faktor Penyebab Hyperindependence pada Anak
Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi munculnya sikap hyperindependence pada anak:
- Lingkungan keluarga: Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang terlalu menekankan kemandirian atau tidak menyediakan dukungan emosional mungkin merasa bahwa meminta bantuan adalah sesuatu yang tabu atau salah.
- Trauma atau pengalaman negatif: Pengalaman buruk, seperti diabaikan saat membutuhkan bantuan atau sering dikritik karena kesalahan kecil, bisa membuat anak menarik diri dan berusaha keras untuk mandiri.
- Peran sosial: Anak yang diasuh dalam lingkungan yang menekankan kekuatan individu dan menilai rendah ketergantungan mungkin merasa tekanan untuk selalu menunjukkan kemandirian ekstrem.
Dampak Hyperindependence pada Perkembangan Anak
Sikap hyperindependence pada anak dapat mempengaruhi perkembangan mereka secara signifikan, baik dalam aspek emosional maupun sosial:
- Kurangnya keterampilan sosial: Anak yang selalu berusaha sendiri mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Mereka mungkin terlihat tidak mampu berkomunikasi dengan baik atau tidak terbiasa meminta bantuan, yang dapat membatasi kemampuan mereka dalam bersosialisasi.
- Isolasi emosional: Dengan tidak membuka diri kepada orang lain, anak berisiko mengalami isolasi emosional. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa kesepian, bahkan jika mereka memiliki teman atau keluarga di sekitarnya.
- Rentan terhadap stres: Anak yang merasa harus selalu mandiri mungkin lebih rentan terhadap tekanan atau stres, terutama jika mereka dihadapkan pada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi sendirian. Tekanan ini dapat berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
- Kurangnya rasa percaya pada orang lain: Anak dengan sikap hyperindependence mungkin tumbuh dengan perasaan tidak percaya kepada orang lain, sehingga sulit bagi mereka untuk membangun hubungan yang dalam dan penuh kepercayaan di masa depan.
Cara Mencegah Hyperindependence pada Anak
Untuk mencegah hyperindependence pada anak, orangtua perlu menciptakan lingkungan yang mendorong keseimbangan antara kemandirian dan kemampuan untuk menerima dukungan. Berikut beberapa cara efektif untuk mencegah hyperindependence pada anak:
- Bangun rasa aman dan percaya: Pastikan anak merasa aman dan percaya bahwa mereka bisa bergantung pada orangtua atau orang dewasa di sekitar mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan menunjukkan perhatian yang tulus, mengajak anak bicara terbuka, dan mendengarkan perasaan mereka tanpa menghakimi. Ketika anak merasa bahwa orangtua siap membantu, mereka akan lebih nyaman meminta bantuan saat membutuhkannya.
- Ajarkan bahwa meminta bantuan bukanlah kelemahan: Jelaskan kepada anak bahwa meminta bantuan atau dukungan adalah hal yang normal dan bukan tanda kelemahan. Sampaikan bahwa semua orang, termasuk orang dewasa, kadang-kadang butuh bantuan. Dengan mencontohkan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari, anak akan memahami bahwa ketergantungan sesekali adalah bagian dari hidup yang sehat.
- Dorong kerja sama dalam kegiatan sehari-hari: Ajak anak untuk terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan kerja sama, seperti permainan kelompok atau proyek keluarga. Melalui kegiatan ini, anak bisa belajar pentingnya saling mendukung dan berbagi tugas. Kerja sama juga membantu mereka menghargai peran orang lain dalam menyelesaikan masalah atau tugas bersama.
- Ajarkan pemecahan masalah bersama: Libatkan anak dalam proses pemecahan masalah, baik itu di rumah atau di sekolah. Misalnya, jika ada konflik dengan teman, bantu mereka menganalisis situasi dan diskusikan solusi yang mungkin. Cara ini mengajarkan mereka bahwa mencari solusi bisa dilakukan bersama orang lain, bukan hanya sendirian.
Cara Mengatasi Hyperindependence pada Anak
Jika anak menunjukkan tanda perilaku hyperindependence, terdapat cara untuk membantu anak mengatasi sikap ini, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Berikan dukungan emosional: Orangtua perlu menyediakan lingkungan yang aman dan penuh dukungan agar anak merasa nyaman untuk berbicara tentang kebutuhan dan perasaan mereka.
- Ajarkan kolaborasi: Melalui kegiatan seperti permainan kelompok atau proyek bersama, anak bisa belajar tentang pentingnya saling membantu dan mendukung.
- Bangun kepercayaan: Orangtua dapat menunjukkan bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian dari interaksi manusia yang sehat.
- Validasi perasaan anak: Ketika anak mulai menunjukkan kecenderungan untuk mandiri secara ekstrem, orangtua dapat merespons dengan cara yang empatik, mengakui perasaan mereka sambil mengajak mereka untuk melihat nilai dari keterlibatan orang lain dalam hidup mereka.
Demikian penjelasan mengenai apa itu hyperindependence dan dampaknya pada anak.
Baca juga:
- 7 Dongeng Sunda Pendek untuk Pengantar Tidur Anak, Ada si Kabayan!
- Cerita Sunda: Pengertian, Karakteristik dan Contohnya
- 8 Cara Mengajarkan Anak Kebiasaan Berinternet Aman