Tips dan Trik agar Anak Berani ke Dokter Gigi
Jangan menyerah, Ma. Coba dulu cara-cara simpel ini yuk!
6 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membawa anak ke dokter gigi sering menjadi momen yang menegangkan, ya? Anak tiba-tiba menjerit, tidak mau membuka mulut, sampai berteriak minta tolong karena takut dengan dokter gigi. Biasanya hal ini terjadi karena rasa trauma, suara mesin di ruang dokter gigi, hingga rasa nyeri di mulut saat perawatan. Jangan menyerah untuk mengajak anak ke dokter gigi, Ma! Apalagi, di usia 6 tahun, sudah banyak gigi anak yang goyang dan harus segera dicabut.
Jika Mama menyerah dan tak lagi mau membawa anak memeriksakan gigi ke dokter, maka kesehatan gigi si Anak taruhannya. Tak harus dengan cara keras, ada trik sederhana yang bisa Mama terapkan agar ia mau diajak ke dokter gigi. Dengan begitu, sesi berkonsultasi ke dokter gigi pun bisa menjadi momen menyenangkan bagi Mama dan anak. Nah, berikut 8 tips yang bisa Mama coba.
1. Biasakan ke dokter gigi sejak dini
Semakin dini usia anak saat diajak kali pertama ke dokter gigi, maka semakin besar peluang ia akan beradaptasi dan menyukainya. Hal ini disampaikan oleh Rhea Haugseth, DMD, dari American Academy of Pediatric Dentistry.
Menurut Rhea, anak bisa mulai diajak ke dokter gigi pada usia 1 tahun atau saat gigi pertamanya mulai tumbuh. Ingat ya Ma, membawa anak ke dokter gigi tak selalu harus menunggu anak sakit gigi terlebih dahulu. Semakin cepat dimulai, semakin baik untuk kesehatan gigi dan mentalnya.
2. Saat mengajak anak pertama kali, jangan ceritakan terlalu banyak detail
Saat hendak mengajak anak ke dokter gigi, terutama untuk kali pertama, cobalah untuk tidak menceritakan terlalu banyak detail. Misalnya, mengatakan seperti apa ruang periksa di dokter gigi atau apa saja tindakan yang akan dilakukan kepada anak. Alih-alih membuat anak tenang, bercerita terlalu detail justru akan membuat ia cemas berlebihan.
Dokter gigi anak dari Seattle Children's Hospital, H. Berg, DDS, MS, menyarankan Mama untuk tetap bersikap positif saat membahas tentang rencana pergi ke dokter. Namun, hindari memberikan harapan palsu pada si Anak ya, Ma.
3. Dilarang memakai dokter gigi sebagai tokoh menakutkan
Hindari menakut-nakuti anak dengan kalimat yang melibatkan dokter gigi. Misalnya, mengatakan bahwa tindakan di dokter gigi akan terasa sakit. Hindari juga menjadikan dokter gigi sebagai tokoh yang jahat bagi anak. Contohnya ketika anak nakal, sebaiknya Mama jangan menggunakan dokter gigi sebagai sosok pemberi hukuman. Kalimat yang bisa dihindari misalnya: “Kamu jangan nakal ya, nanti gigi disuntik dokter gigi!”.
Hal ini bisa membuat anak menjadi takut terhadap sosok dokter gigi. Sehingga saat kemudian Mama benar-benar mengajaknya ke dokter gigi, anak mama tentu akan menolak. Sebaliknya, katakan bahwa dokter gigi memiliki tugas untuk membersihkan gigi. Dengan begitu, anak akan menantikan momen untuk diajak ke dokter gigi.
Editors' Pick
4. Bermain peran dokter gigi dan pasien
Sebelum mengajak anak ke dokter gigi untuk kali pertama, cobalah ajak ia bermain permainan pura-pura. Mama bisa menjadi dokter gigi, sementara ia jadi pasiennya. Berg mengatakan pada permainan ini Mama bisa menggunakan sikat gigi dan belajar menghitung gigi atau menyikat gigi secara langsung.
Hindari membuat suara pengeboran atau melakukan tindakan medis lain yang bisa membuat anak takut. Biarkan juga ia bermain sikat gigi dan belajar membersihkan gigi boneka kesayangannya. Selain itu, buku bergambar dengan ilustrasi mendetail dan bahasa yang mudah dipahami juga dapat membantunya memahami apa yang diharapkan.
5. Jangan ajak anak ketika Mama ke dokter gigi
Jika Mama harus menjalani perawatan ke dokter gigi, sebaiknya jangan ajak anak. Hindari juga mengelukan betapa nyerinya perawatan di dokter gigi di depan anak. Tanpa disadari, hal ini bisa membuat anak menjadi ikut trauma dan takut pergi ke dokter gigi.
Perlu Mama ketahui bahwa ruangan dokter gigi dewasa dan dokter gigi anak berbeda. Kebanyakan ruangan dokter gigi dewasa terkesan ‘polos’, sementara ruangan dokter gigi anak dipenuhi dengan stiker lucu dan nuansa warna-warni. Nah, jika Mama mengajak si Anak ke ruangan dokter gigi dewasa yang ‘polos’, ia mungkin akan tak nyaman.
6. Bersiap menghadapi tangisan anak
Sangat wajar jika anak takut dan menangis saat kali pertama diajak ke dokter gigi. Saat menghadapi situasi ini, siapkan diri Mama ya. Cobalah untuk tetap tenang dan sebisa mungkin jangan menjadi emosi. Apabila Mama tak sabar dan memarahi anak saat ia ketakutan, bisa dipastikan kali berikutnya ia tidak akan mau lagi diajak ke dokter gigi.
7. Menghargai keberanian anak dan tidak memberi suap
Jangan jadikan momen ke dokter gigi sebagai ajang ‘menyuap’ ya, Ma. Misalnya dengan menjanjikan Si Anak akan dibelikan sesuatu apabila ia mau diajak ke dokter gigi. Hal ini hanya akan membuatnya tidak benar-benar memahami arti berkunjung ke dokter gigi yang sesungguhnya. Sebaiknya Mama menghargai keberanian anak dengan memberinya pujian.
8. Tekankan bahwa ke dokter gigi adalah sehat
Ma, ajarkan anak bahwa mengunjungi dokter gigi adalah kebutuhan, bukan pilihan. Katakan pula kalimat-kalimat positif tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Jika perlu, Mama juga bisa menjelaskan seperti apa tugas sesungguhnya dari dokter gigi. Jangan lupa berikan contoh yang baik, misalnya dengan ikut rutin menyikat gigi sebelum tidur.
Dengan begitu, anak akan terbiasa menjaga kebersihan giginya. Bisa dipastikan momen berkunjung ke dokter gigi pun akan jadi menyenangkan karena gigi Si Anak sudah terawat dengan baik dan terhindari dari masalah berat.
Baca Juga:
- Ini Ma, Daftar Perawatan yang Dilakukan Dokter Gigi Khusus Anak
- 5 Alasan Mengapa Pertumbuhan Gigi Anak Sangat Penting
- 5 Cara Mengatasi Kebiasaan Anak Gigit Kuku, Jangan Dihukum Ya, Ma!