Pahami Efek Pubertas Dini pada Anak dan Cara Mengatasinya
Tak hanya perubahan fisik, pubertas dini juga beresiko sebabkan perubahan emosi dan mental anak
17 Desember 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap anak pasti akan mengalami masa puber. Hanya saja kita tidak bisa mengetahui usia berapa anak akan mengalami masa puber. Sebab ada banyak faktor yang mempengaruhi pubertas seorang anak. Jadi, bisa saja anak mama mengalami masa puber lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari rentang usia normal.
Pada umumnya, pubertas anak perempuan terjadi lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Masa puber anak perempuan dimulai sejak ia berusia 8-14 tahun. Sedangkan anak laki-laki akan mengalaminya saat berusia 10-15 tahun.
Namun, ada sebagian anak yang justru mengalami pubertas dini, dimana perubahan yang dipicu dorongan hormon gonadotropin (GnRH) ini terjadi lebih cepat sebelum waktunya.
Serupa dengan gejala pubertas pada umumnya, anak akan mengalami perubahan fisik, emosi serta organ seksual anak yang mulai aktif.
Editors' Pick
Efek Pubertas Dini Bagi Anak
Dilansir dari Kids Health, pubertas dini ternyata memberikan efek yang cukup signifikan bagi fisik dan mental anak.
Pasalnya, anak akan mengalami perubahan fisik lebih cepat dibanding anak-anak seusianya. Misalnya membesarnya ukuran payudara atau penis, tumbuh rambut di area kemaluan dan ketiak atau perubahan suara pada anak laki-laki.
Perubahan tersebut bisa jadi membuat anak panik atau stres akibat belum siap menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Belum lagi jika perubahan fisiknya terlihat menonjol dibandingkan teman sebayanya yang kemungkinan akan membuat si Anak merasa malu atau tidak percaya diri.
Masa puber yang terjadi lebih cepat juga berdampak pada pertumbuhan anak lho, Ma. Contohnya masalah tinggi badan.
Baca juga : Mama, Kenali Perubahan Fisik yang Terjadi saat Anak Mulai Puber
Saat puber, tubuh anak mama akan berkembang lebih pesat sehingga ia terlihat lebih tinggi dan besar. Namun sayangnya, ketika masa puber berakhir, maka pertumbuhan anakpun otomatis ikut berhenti.
Artinya, anak tidak mampu mencapai pertumbuhan maksimal karena pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang. Kemungkinan tinggi badan anak mama justru akan terlihat lebih pendek saat teman sebayanya masih tumbuh berkembang.
Selain perkembangan fisik, pubertas dini juga mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak perempuan yang mengalami pubertas dini emosinya cenderung tidak stabil (moody) dan lebih sensitif.
Sedangkan efeknya pada anak laki-laki terlihat pada sikapnya yang lebih agresif, terutama pada lawan jenisnya. Hal ini disebabkan adanya dorongan seksual yang mulai aktif dalam dirinya.
Penyebab Pubertas Dini pada Anak
Pada umumya, pubertas terjadi akibat adanya dorongan hormon gonadotropin-releasinghormone (GnRH) pada kelenjar pituitari yang kemudian melepaskan hormon yang disebut sebagai luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
Hormon LH dan FSH inilah yang memicu aktifnya hormon seksual anak yang berpengaruh terhadap perubahan fisik serta emosi dan hasrat atau dorongan seksual anak.
Namun, pada kasus yang jarang sekali terjadi, pubertas dini disebabkan adanya gangguan pada struktur otak, seperti tumor, meningitis atau adanya masalah pada organ reproduksi anak.
Selain itu, sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa salah satu pemicu terjadinya pubertas dini disebabkan oleh obesitas, paparan bahan kimia atau stres yang dialami anak.
Bahkan, efek stres yang dialami Mama ketika mengandung pun ternyata berpengaruh pada pertumbuhan janin di dalam kandungan. Kondisi inilah yang dapat memicu perjadinya pubertas dini pada anak.