5 Batasan Privasi Remaja yang Perlu Mama Hargai Menurut Psikolog

Tidak semua hal harus Mama tahu karena anak juga punya privasi lho, apa saja?

1 November 2023

5 Batasan Privasi Remaja Perlu Mama Hargai Menurut Psikolog
Freepik/Burdun

Setiap anak akan melewati fase kehidupan, yakni menjadi remaja dan dewasa. Perubahan yang paling terasa dan paling berat adalah peralihan masa kanak-kanak ke tahap remaja. Dari yang sebelumnya anak bergantung seratus persen ke Mama dan Papa menjadi mandiri tanpa bantuan orangtua.

Dikutip dari unggahan Instagram @parentingtalk, Vera Itabiliana Hadiwidjojo sebagai Psikolog Anak dan Keluarga mengatakan sebelum usia 20 tahun segala keputusan anak masih dipengaruhi oleh emosi. Jadi, wajar jika remaja kerap dibilang sering galau dan bawa perasaan (baper).

Lantas orangtua sebisa mungkin menjaga pola komunikasi dengan si Anak. Jadi, Mama tidak terkesan sangat ingin tahu kehidupan anak karena sudah mengikuti kabar anak dengan menjalin komunikasi dua arah yang apik.  Usahakan gaya komunikasi tidak terkesan seperti interogasi yang membuat anak tidak nyaman.

Menurut Vera ada batasan privasi remaja yang perlu orangtua hargai. Apa saja? Simak ulasan Popmama.com di bawah ini.

1. Tidak mengawasi si Kecil diam-diam

1. Tidak mengawasi si Kecil diam-diam
Freepik/asier_relapagoestudio

Hal pertama yang perlu orangtua lakukan menghargai privasi anak adalah tidak mengawasinya secara diam-diam. Tindakan itu bisa membuat anak tidak nyaman.

Daripada mengawasi secara sembunyi-sembunyi lebih baik orangtua berbincang bersama anak. katakan bahwa Mama dan Papa akan memberikan kepercayaan kepada si Kecil. Jadi, jangan sampai anak mengkhianati kepercayaan tersebut dengan melanggar aturan keluarga yang sudah ditetapkan bersama.

Begitu juga dengan Mama dan Papa yang harus menaati peraturan tersebut.  Karena jika orangtua melanggar atau tidak menepati janji maka akan kehilangan kepercayaan dan respect si Kecil. Imbasnya anak tidak akan mendengarkan lagi ucapan dari Mama dan Papanya.

Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, privasi seyogyanya menjadi keuntungan (privilege) bagi orangtua maupun si Kecil.

Editors' Pick

2. Mama dan Papa harus bisa menerima kenyataan anak akan bertambah dew

2. Mama Papa harus bisa menerima kenyataan anak akan bertambah dew
Freepik

Saat anak memasuki usia 14 tahun, anak mulai menunjukkan beberapa perubahan. Misalnya mulai menutup pintu kamar, lebih pendiam dan tertutup, dan mulai memercayai saran dari temannya daripada Mama dan Papa.

Dalam menghadapi situasi ini ini, orangtua harus mulai menyadari anak juga mempunyai dunianya sendiri sebagai individu. Punya privasi dan rahasia menjadi penting untuk mengembangkan konsep diri .

Jadi yang bisa Mama lakukan adalah berkomunikasi tanpa menghakimi. Terutama untuk hal-hal yang sekiranya “kontroversial”, seperti rokok, peer pressure, dan kenakalan remaja lainnya.

3. Jangan sembarang membaca buku harian anak, hargai rahasianya ya Ma!

3. Jangan sembarang membaca buku harian anak, hargai rahasia ya Ma
Freepik/rawpixel.com

Memang banyak orangtua yang gemas ingin membaca buku harian (diary) anaknya. Namun, hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan ya, Ma.

Membaca yang seharusnya tidak dibaca justru akan membuat Mama dan Papa bingung. Apalagi saat si Kecil menuliskan tentang keluh kesah dan masalah-masalahnya. Pasti gemas kan ingin ikut memberikan solusi.  

Tahan ya, Ma. Lebih baik menahan rasa ingin tahu agar tidak membaca diary. Daripada melukai hati si Kecil serta kepercayaan yang sejak lama terbangun.

4. Pastikan rahasia anak tidak mengancam nyawa atau masa depannya

4. Pastikan rahasia anak tidak mengancam nyawa atau masa depannya
Freepik/kunchainub

Dalam menghargai privasi dan rahasia anak, satu hal yang perlu Mama dan Papa pantau. Pastikan rahasia anak tidak mengancam nyawa dan masa depannya. Menurut Vera, ini menjadi poin penting.

“Sepakati bahwa anak akan selalu terbuka terkait masalah-masalah yang  menyangkut masa depan dan nyawa. Misalnya pacaran, narkoba (drug), eating disorder, maupun hal-hal mengganggu yang berdampak pada kesehatan mental.

Implementasi ini memang tidak mudah. Sehingga diperlukan kepekaan para orangtua dalam memantau pergaulan si Kecil. Apabila Mama melihat ada kejanggalan, segera tanyakan dan diskusikan untuk mendapatkan solusi.

5. Sepakati batasan penggunaan media sosial

5. Sepakati batasan penggunaan media sosial
Freepik/ImageFlow

Selanjutnya, buatlah batasan terkait pemakaian media sosial. Apa yang boleh anak akses, berapa lama anak boleh menggunakan media sosial, apa saja yang boleh Mama dan Papa lihat di akun media sosial anak, dan hal lainnya.

Setelah memperoleh win win solution maka hasil keputusan harus dihargai dan dipatuhi si Kecil, Mama, dan Papa. Jika salah satu pihak melanggar, lagi-lagi dampaknya adalah rusaknya kepercayaan. Jika sudah tidak ada rasa saling percaya, bukan tidak mungkin si Kecil tidak mau lagi menuruti perkataan orangtuanya. Bahaya banget kan. Jadi jangan sampai itu terjadi, ya.

Itulah ulasan terkait batasan privasi remaja yang harus dihargai orangtua. Langkah ini mesti dilakukan agar anak juga merasa nyaman dan tidak merasa “dimata-matai” bak tawanan oleh orangtuanya sendiri. Kebebasan yang bertanggung jawab perlu juga diberikan lho. Tujuannya agar dia bisa mengembangkan minta, bakat, pergaulan serta kemampuan lagi sebagai bekal hidupnya nanti.

Baca Juga:

 

The Latest